Pelemahan Rupiah Diperkirakan Terus Berlanjut

 

 

 

NERACA

 

Jakarta – Dalam riset yang dilakukan Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menyebutkan bahwa nilai tukar Rupiah diperkirakan masih akan tertekan terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Hal ini sejalan dengan belum adanya sentimen positif dari dalam negeri dan adanya ketidakpastian kapan naiknya suku bunga AS.

“Meski dari dalam negeri belum banyak sentimen positif, namun pelemahan Rupiah yang sudah sangat dalam dan laju USD yang sudah terlampau tinggi membuat pelaku pasar mencoba melepas USD,” ujar Reza di Jakarta, Senin (31/8).

Menurutnya, antisipasi serta harapan akan membaiknya data-data ekonomi di dalam negeri yang akan dirilis pekan depan, membuat Rupiah diperkirakan dapat menguat. Kendati demikian, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus dapat mencermati sentimen yang dirilis, serta mewaspadai jika rupiah kembali melemah. “Dalam satu hari ini laju rupiah akan berada di level Rp14.035-14.100 per USD (kurs tengah BI),” ucap Reza.

Sebelumnya dirinya juga mengatakan, meski harapan terhadap kenaikan IHSG dapat terwujud, namun tidak halnya pada laju rupiah yang belum menunjukan adanya potensi rebound. “Hanya harapan akan adanya pembalikan menguat yang dapat memberikan dorongan pada rupiah dari pelemahannya saat ini,” tukasnya.

Sementara, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore melemah 49 poin menjadi Rp14.031 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.982 per dolar AS.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah terhadap dolar AS menjelang akan dirilisya beberapa data ekonomi Indonesia periode Agustus 2015 oleh Badan Pusat Statistik.

"Investor sedang 'wait and see' mengantisipasi data inflasi besok (1/9), di tengah situasi itu investor uang cenderung melepas sebagian aset rupiahnya, diharapkan inflasi masih dalam posisi rendah sehingga dapat menopang nilai tukar domestik," katanya.

Ia juga mengharapkan bahwa data ekonomi domestik lainnya yang juga akan dirilis pada pertengahan September ini mencatatkan perbaikan untk kinerja ekspor-impor.

Dari eksternal, lanjut dia, dolar AS masih tertopang oleh proyeksi data penggajian non pertanian atau "non farm payrolls" (NFP) yang meningkat, data itu sedianya akan dirilis pada akhir pekan ini. Jika data NFP itu meningkat maka dolar AS berpotensi melanjutkan penguatannya kembali terhadap rupiah.

Namun, menurut dia, dolar AS juga masih rentan terhadap koreksi menyusul adanya saran dari Presiden Fed Atlanta Dennis Lockhart agar The Fed mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunganya ditengah kondisi perekonomian global yang masih melambat.

Untuk ditingkat regional, Kurs dolar melemah terhadap yen dan euro di perdagangan Asia, Senin, tertekan kekhawatiran bahwa kelesuan ekonomi Tiongkok bisa menyeret pertumbuhan global, membalikkan reli yang dipicu oleh harapan kenaikan suku bunga AS pada September. Dolar juga melemah terhadap rupiah Indonesia.

Pada perdagangan sore di Tokyo, dolar merosot menjadi 121,10 yen dari 121,52 yen pada Jumat sore di New York. Euro naik menjadi 1,1249 dolar dan 136,24 yen dibandingkan dengan 1,1188 dolar dan 135,97 yen di perdagangan AS.

Berbicara pada akhir pekan di sela-sela simposium bank sentral yang digelar The Fed di Jackson Hole, wakil ketua Federal Reserve Stanley Fischer mengakui bahwa gejolak yang berakar di Tiongkok telah mengangkat beberapa pertanyaan tentang situasi ekonomi, sekalipun data AS tetap baik.

"Perubahan dalam situasi yang dimulai dengan devaluasi (yuan) Tiongkok relatif baru dan kami masih memantau bagaimana perkembangannya. Jadi saya tidak ingin mendahului dan memutuskan sekarang (tentang kenaikan suku bunga September)," katanya dalam sebuah wawancara dengan CNBC.

"Kami punya waktu sedikitnya lebih dari dua minggu sebelum kami membuat keputusan dan kami sudah punya waktu untuk menunggu dan melihat data yang masuk serta melihat apa sebenarnya, apa yang sedang terjadi saat ini dalam perekonomian." Pernyataan Fischer diambil sebagai tanda bahwa bank sentral AS masih mempertimbangkan kenaikan tingkat suku bunga pada bulan depan.





BERITA TERKAIT

Ramadan 1445 H, BSI Maslahat Menebar Kebaikan Total Rp11,24 Miliar

Ramadan 1445 H, BSI Maslahat Menebar Kebaikan Total Rp11,24 Miliar NERACA Jakarta - BSI Maslahat yang merupakan strategic partner PT…

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Ramadan 1445 H, BSI Maslahat Menebar Kebaikan Total Rp11,24 Miliar

Ramadan 1445 H, BSI Maslahat Menebar Kebaikan Total Rp11,24 Miliar NERACA Jakarta - BSI Maslahat yang merupakan strategic partner PT…

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…