Laba Surya Semesta Tumbuh 36,22%

NERACA

Jakarta – Perlambatan ekonomi dalam negeri dan anjloknya nilai tukar rupiah membuat performance kinerja keuangan sebagian emiten ikut terkoreksi, namun tidak demikian dengan kinerja keuangan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang masih membukukan pertumbuhan bisnis dan laba.

Dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin, perseroan di semester pertama tahun ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 36,22% menjadi sebesar Rp 256,31 miliar dari Rp 189,69 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya laba bersih perseroan didorong oleh perolehan pendapatan yang mencapai Rp 2,49 triliun atau naik 14,63% dari 2,18 triliun per Juni 2014.

Meski, beban langsung perseroan naik dari Rp 1,63 triliun menjadi Rp 1,89 triliun. Namun, SSIA tetap dapat mempertahankan kinerja yang baik dengan membukukan laba bruto Rp 608,49 miliar. Kemudian, setelah dikurangi beban-beban lainnya laba usaha tercatat sebesar Rp 405,89 miliar. Hingga Juni kas dan setara kas perseroan turun menjadi Rp 1,06 triliun menjadi Rp 1,65 triliun. Kemudian aset perseroan naik dari Rp 5,99 triliun menjadi Rp 6,36 triliun.

Sebagai informasi, emiten konstruksi ini pernah menyampaikan rencana menerbitkan surat utang global (global bon) senilai US$ 200 juta. Aksi korporasi ini merupakan rencana lama setelah sebelumnya sempat tertunda. Selain itu, perseroan juga akan merilis merilis obligasi berdenominasi dollar Singapura sebesar S$ 100 juta yang akan diterbitkan secara bertahap.

Erlin Budiman, Hubungan Investor SSIA pernah bilang, tahun ini perseroan masih mencari pendanaan melalui kombinasi pinjaman bank dan penerbitan obligasi. Dana tersebut akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal. SSIA tetap berencana menerbitkan surat utang, meski kondisi pasar tidak kondusif. Perseroan mempercepat akuisisi lahan di wilayah Subang, Jawa Barat,”Target tahun ini kami mau mengakuisisi 500 hektare (ha). Tapi kami ingin percepat, kalau ditunda khawatir harga semakin mahal," kata Erlin.

Jika mengandalkan pinjaman perbankan tidak mungkin. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) tidak mengizinkan pinjaman bank untuk tujuan akuisisi lahan. Tak hanya itu, risiko pinjaman bank juga cukup besar, mengingat suku bunga begitu volatil. Sementara melalui obligasi bisa meraih dana dalam jumlah besar. SSIA memang membutuhkan pendanaan tahun ini karena kas dan setara kas per Maret 2015 hanya Rp 1,2 triliun. Sementara SSIA membutuhkan belanja modal Rp 1,7 triliun untuk akuisisi lahan, pembangunan sarana dan prasarana di Kawasan Industri Suryacipta Karawang, pembangunan SSI Tower serta pembangunan konstruksi business hotel.

Jika memaksakan merilis obligasi dollar AS, SSIA akan menanggung kopon sangat tinggi di tengah situasi ekonomi kurang bagus dan tekanan nilai tukar yang cukup besar. Hingga Juli tahun ini, SSIA baru menyerap belanja modal 30% atau sekitar Rp 510 miliar. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…