Dampak Anjloknya Rupiah - Indosat Mulai Pangkas Utang Dollar AS

NERACA

Jakarta – Meskipun semester pertama mampu membukukan pendapatan tumbuh 8,7% sebesar Rp12,62 triliun dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp11,61 triliun, tidak membuat aman bagi performance kinerja keuangan PT Indosat Tbk (ISAT). Pasalnya, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih menjadi ancaman lantaran perseroan memiliki porsi utang valas yang besar.

Maka mensiasati anjloknya nilai tukar rupiah, perseroan melakukan lindung nilai dan mengurangi porsi hutang dolar AS.”Pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini memang mengakibatkan perusahaan perlu mengambil sejumlah langkah agar kondisi keuangan tak terlalu terganggu," kata Divison Head Investor Communication PT Indosat Tbk, Andromeda H. Tristanto di Jakarta, kemarin.

Dikatakan, dalam melakukan lindung nilai, kebijakan risiko yang dianbil adalah rasio lindung nilai minimum 35% dari total nilai hutang dalam mata uang asing. Per 30 Juni 2015 Indosat mempunyai US$ 609,5 juta kontrak lindung nilai atau 52,24% dari total pinjaman bank dan obligasi dalam dolar AS.

Mengenai pengurangan utang utang dolar AS, kata Adromeda, saat ini perusahaan mengutamakan sumber pendanaan rupiah dengan tetap memperhitungkan keuntungan optimal yang diperoleh perusahaan. Selain itu sejak 2014 perusahaan sudah merencanakan pelunasan dipercepat untuk obligasi sebesar US$ 650 juta S yang jatuh tempo di tahun 2020 dan menyiapkan sumber pendanaan. "Pelunasan telah dilakukan pada Juli 2015," katanya.

Menurutnya, terjadi peningkatan jumlah hutang perusahaan sebesar Rp5 triliun dari bulan Maret 2015 sebesar Rp23,3 triliun menjadi Rp28,4 triliun pada Juni 2015. Disamping itu juga terjadi kenaikan jumlah hutang dalam dolar AS sebesar US$ 280 juta dibulan Juni 2015 sebesar US$ 1,17 miliar dibanding Maret 2015 sebesar US$ 890 juta.”Kenaikan jumlah hutang perusahaan di Juni 2015 dikarenakan perusahaan menarik fasilitas pinjaman yang dimiliki sebagai persiapan melakukan pelunasan dipercepat obligasi sebesar US$ 650 juta pada Juli 2015," ungkapnya.

Setelah pelunasan dipercepat dilakukan pada Juli 2015, jumlah hutang Indosat turun menjadi Rp23,4 triliun dan jumlah utang dolar AS turun dari US$ 1,17 miliar pada Juni 2015 menjadi US$ 676 juta pada Juli 2015. Sementara pada Agustus 2015, perusahaan kembali menurunkan porsi hutang dolar AS sehingga jumlah hutangnya menjadi US$ 515 juta atau 30% dari total hutang.

Dibandingkan posisi Maret 2015, lanjut Adromeda, profit hutang perusahaan juga membaik yang rata-rata tertimbang jatuh tempo naik dari 2,4 tahun (Maret 2015) menjadi 3,2 tahun (Agustus 2015) dan rata-rata tertimbang suku bunga turun dari 8,07% (Maret 2015) menjadi 6,5% (Agustus 2015).

Sebagai informasi, di paruh pertama tahun ini, ebitda atau laba sebelum dikurangi beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi tumbuh 6,7% menjadi Rp5,36 triliun dibanding semester pertama 2014 sebesar Rp5,03 triliun dengan marjin 42,5%. Disebutkan, beban mengalami penurunan sebesar 0,2% dalam semester pertama 2015 dibanding tahun sebelumnya dikarenakan tidak adanya pencatatan pencadangan kasus IM2 yang dilakukan di semester pertama 2014 yang diimbangi peningkatan beban jasa telekomunikasi, beban penyusutan dan amortasi, beban karyawan, beban pemasaran, serta beban administrasi dan umum.

Pendapatan selular, data tetap atau MIDI dan telepon tetap masing-masing memberikan kontribusi sebesar 81%, 15%, dan 4% terhadap pendapatan konsolidasi perusahaan. Kemudian pelanggan Indosat hingga semester pertama 2015 mencapai 68,5 juta pelanggan atau naik 24,7% dibanding periode sama 2014 sebesar 54,9 juta pelanggan yang disebabkan kampanye akuisisi yang agresif setelah persepsi peningkatan kualitas jaringan. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…