Dinilai Bersifat Sementara - Buyback Saham BUMN Tidak Efektif

NERACA

Jakarta – Dibalik kebijakan pemerintah yang menyerukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham untuk meredam gejolak harga saham, menuai pro dan kontra. Bila selama ini pemerintah menyakini kondisi tersebut sangat efektif, maka lain halnya menurut mantan menteri keuangan Fuad Bawazier yang menyebutkan keputusan pemerintah untuk melakukan buy back saham tidak akan efektif untuk mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Dirinya mengakui, kebijakan buyback saham yang digelontorkan sementara mampu membawa indeks BEI kembali menguat, tetapi hanya sementara,”Sebetulnya ini sifatnya menolong, tapi sementara. Jadi duit-duit dia juga yang dipakai lalu diambil lagi. Ini kurang efektif,"ungkapnya di Jakarta, kemarin.

Namun demikian, Fuad menjelaskan secara jangka pendek memang hal tersebut perlu dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya memperbaiki perekonomian,”Karena itu sebuah upaya yang bisa kita lakukan. Di Tiongkok juga lakukan upaya seperti itu supaya bursa efeknya itu enggak ambruk. Jadi sifatnya hanya temporer," lanjut dia.

Selain itu, dirinya menambahkan, jika upaya yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) merupakan upaya yang maksimal. Meskipun dinilai reaktif terhadap situasi saat ini, bahkan bisa dikatakan terlambat,”Saya kira BI juga lakukan upaya maksimal. Walaupun sebagian upayanya reaktif, terlambat. Tapi mending daripada enggak diantisipasi sama sekali,”paparnya.

Hal senada juga disampaikan analis Investa Sarana Mandiri, Kiswoyo Adi Joe. Dirinya menegaskan, langkah emiten BUMN di sektor konstruksi melakukan buyback saham merupakan hal yang keliru karena emiten tersebut membutuhkan dana besar untuk melakukan banyak proyek dari pemerintah,”Saya tidak setuju emiten BUMN konstruksi‎ buy back karena mereka perlu banyak dana untuk kerjakan proyek pemerintah," ujar Kiswoyo.

Dia berpendapat rencana buy back saham yang dilakukan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), dan emiten BUMN pada sektor pertambangan  tidak perlu dilakukan."Garuda yang masih rugi tidak usah buy back, Semen Baturaja tidak berpengaruh ke indeks, kalau pertambangan memang lagi susah," jelas dia.

Dia menambahkan, sektor perbankan pelat merah harus mengamati pasar terlebih dahulu sebelum melakukan buy back. Jika penyaluran kreditnya sedang melambat dan tidak membutuhkan modal serta memiliki dana tunai, maka disarankan untuk buy back saham,”Jika mereka enggak butuh modal untuk penyaluran kredit, boleh buy back, khususnya BNI yang turun hingga 40 persen‎. Kalau BRI dan Mandiri, buy back saham harus tunggu momen tepat ketika harga saham di bawah per saham," sebut dia.

Sebelumnya, Ekonom Faisal basri, menuturkan jika perusahaan BUMN memiliki uang lebih, seharusnya mempercepat investasi dibanding buy back saham. Faisal berpendapat menggelontorkan uang sampai Rp10 triliun untuk buy back saham sama saja menggarami lautan karena tidak akan ada hasilnya. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…