Industri Budidaya Perikanan Air Payau - Sistem Pen Kultur Dukung Produktivitas Bandeng

NERACA

Jakarta – Bandeng merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang mendukung ketahanan pangan dan peningkatan gizi. Di samping itu, usaha budidaya bandeng juga dapat diandalkan untuk meningkatkan pendapatan pembudidaya skala kecil dan menengah. Salah satu contohnya adalah pembudidaya bandeng dengan system Pen Culture di Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Budidaya dengan system pen culture adalah cara budidayaikan yang menggunakan wadah budidaya berupa jaring dengan ukuran mata jaring tertentu yang dipasang mulai dasar perairan dengan ketinggian tertentu di atas permukaan air. Di lokasi dengan luas hampir 100 ha tersebut, para pembudidaya melakukan usaha budidaya bandeng, untuk memanfaatkan perairan kosong dan sekaligus meningkatkan pendapatan.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, cukup terkesan dengan semangat para pembudidaya bandeng tersebut. “Dengan system pen culture, masyarakat mengelola perairan yang tidak produktif menjadi lebih produktif.  Rerata per hektar menghasilkan 7 – 8 ton bandeng, ukuran 4 – 6 ekor per kg. Hargajualnya pun cukup tinggi yaitu Rp. 16 ribu per kg. Cara panennya pun bisa dilakukan secara parsial yaitu mulai umur 6 bulan. Jadi setelah umur 6 bulan, pembudidaya sudah dapat mengambil hasil usahanya,” terang Slamet, dikutip dari keterangan pers, di Jakarta, Rabu (26/8).

“Usaha  budidaya bandeng  disini telah mampu meningkatkan taraf  hidup para pembudidaya  dan  sekaligus mampu menggerakkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Ini sebagai bukti bahwa perikanan budidaya yang mandiri  akan  mampu  meningkatkan kesejahteraan  pembudidaya. Dan budidaya yang berkelanjutan seperti system pen culture ini, akan selalu dapat berjalan dan berkembang,” papar Slamet.

Produksi bandeng nasional pada tahun 2014 mencapai 621.393 ton atau mengalami peningkatan 10,4% per tahun sejak tahun 2010. Target produksi bandeng tahun 2015 mencapai 1,2 juta ton. “Perlu kerja keras semua stakeholder untuk mencapai target ini. Baik dari segi teknologi, ketersediaan induk dan benih unggul dan juga pasar yang dapat menyerap hasil produksinya,” kata Slamet.

“Untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan tersebut, kendala yang dihadapi pembudidaya dalam melakukan usahanya harus segera diatasi, dan ini memerlukan kerjasama dan koordinasi baik dari pemerintah daerah maupun pusat. Seperti yang dialami pembudidaya disini, yang terkait zonasi dan tata ruang. Ini harus dibicarakan untuk menemukan win win solution, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Dan saya yakin, solusi tersebut pasti ada,” pungkas Slamet.

Sebagai informasi tambahan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perikanan budidaya memberi kontribusi terbesar pada peningkatan produksi sub sector perikanan hingga 2,92 juta ton, dengan nilai Rp. 21 triliun. Peningkatan produksi ini mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sub sector perikanan pada triwulan I-2015 yang mencapai 8,64 % atau lebih besar dibanding dengan peningkatan PDB Nasional yang hanya 4,7 %.

Slamet Soebjakto mengatakan bahwa peningkatan produksi perikanan budidaya tersebut sebagian besar disumbang dari produksi dengan pertumbuhan 4,69% rumput laut  yang mencapai 2,1 juta ton dengan nilai Rp 4,9 triliun, kemudian ikan nila 149.000 ton dengan nilai produksi Rp 2,5 triliun, dan bandeng yang mencapai 137.000 ton dengan nilai Rp 1,9 triliun.

“Kita optimis peningkatan produksi perikanan budidaya ini akan terus meningkat sepanjang tahun 2015 dan mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 17,9 juta ton,” tambah Slamet. Beberapa strategi telah disiapkan dan akan dilakukan untuk menggenjot produksi perikanan budidaya tersebut.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…