Stabilisasi Pangan Bisa Redam Inflasi

NERACA

Jakarta---Penguatan cadangan pangan diprediksi bisa meredam lanju inflasi. Alasannya selama ini sektor pangan sebagai kontributor utama laju inflasi. Karena itu stabilisasi pangan sangat mendesak. "Mau tidak mau, pemerintah memang harus fokus untuk menstabilkan sektor pangan terhadap inflasi,” kata ekonom LIPI, Latif Adam kepada wartawan di Jakarta,3/10

 

Lebih jauh kata Latif, selama ini penyumbang terbesar dalam menentukan laju inflasi adalah pangan. Berdasarkan catatan, selama 2010, pangan memberikan berkontribusi sekitar 52% atas tingkat inflasi Indonesia.  "Makanya, stabilisasi ini harus menyeluruh mulai dari produksi, manajemen stok, distibusi, hingga keseimbangan permintaan dan penawaran," tambahnya

 

Menurut Latif, keseimbangan permintaan dan penawaran bahan pangan penting juga harus diperhatikan. Mengingat, laju pertumbuhan penduduk Indonesia lebih tinggi dibandingkan laju produksi pangan nasional.  "Sekarang telah terlihat indikasi demand lebih tinggi dari supply. Dan kita harus waspadai itu. Sebab, bahaya jika permintaan tinggi tapi suplainya minim, ini akan meningkatkan laju inflasi juga," ujarnya

 

Selain menjaga stabilitas pangan, pemerintah harus intensif dan konsisten dalam upaya melakukan diversifikasi pangan. Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia, kata Latif, perlu diubah agar tidak tergantung pada satu bahan makanan pokok saja.  "Diversifikasi pangan ini harus diupayakan secara intensif dan konsisten dengan pendekatan holistik. Selain itu, program ini juga perlu dilakukan secara paralel dengan stabilitas pangan," imbuhnya.

 

Latif memprediksikan, laju inflasi Tanah Air bulan ini ada di kisaran 0,5%-0,6%. Secara siklus, tren laju inflasi usai Ramadan dan Idul Fitri memang menurun. Oleh karena itu, rendahnya tekanan inflasi pada September sebesar 0,27%, makin meyakinkan jika inflasi sampai akhir tahun dapat berada di bawah 5%.

 

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi september berada pada 0,27 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender Januari hingga September, berada pada kisaran 2,97%. "Kami semakin optimistis inflasi bisa ditekan di bawah lima persen," katanya Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta, Senin (3/10)

 

Seperti diketahui, tekanan inflasi, berasal dari beras sebesar 0,08%, cabai merah sebesar 0,08 persen. Emas, pada inflasi September 2011, hanya memberikan tekanan sebesar 0,05 % dari IHK sebesar 0,27%. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,19 persen dari IHK sebesar 0,93%. Sementara, sumbangan deflasi terjadi dari daging ayam sebesar 0,07%, telor ayam sebesar 0,04%, dan ikan segar sebesar 0,02%. **cahyo

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…