NERACA
Sukabumi - Harga baras di sejumah pasar tradisional di Sukabumi, alami kenaikan hingga 3% atau sekitar Rp 500 per liternya dari harga normal Rp 5500 beras premium (konsumsi umum) atau jenis IR. Kendati demikian, stok beras di Sukabumi ini masih terbilang aman dan pemerintah dipandang belum perlu untuk melakukan opersi pasar (OP).
Kenaikan harga beras ini dipicu akibat kemarau yang berkepanjangan yang melanda wilayah Sukabumi. Sehingga banyak petani mengalami penurunan hasil produksi bahkan gagal panen.
Kepala Dinas Koperasi Perindusterian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Sukabumi, Asep Japar, dan Kepala Diskoperindag Kota Sukabumi, Dudi Fatwuljawad ketika dihubungi Harian Ekonomi Neraca secara terpisah, membenarkan terjadinya kenaikan harga beras tersebut. "Kenaikannya masih terbilang wajar dn an belum perlu adanya OP, mengingat stok beras masih ada dan aman hingga bulan Februari 2012 mendatang. Namun kami akan terus mlakukan monitoring jangan sampai terjadi kelangkaan beras dipasaran" ungkap Asep Japar kepada ,Selasa (4/9) kemarin
Hal serupa diungkapkan Dudi Fatwuljawad. Menurut dia, pihaknya sudah meminta pihak Sub Drive III Dolog Cianjur, melalui Gudang Beras Bulog (GBB) Sukabumi untuk mempercepat penurun raskin umum serta raskin ke 13 yang dicanangkan oleh pemerintah..
"Kenaikan harga beras ini sedikitnya tidak begitu berpengaruh terhadap masyarakat secara umum. Setidaknya kebutuhan pokok ini selalu tersedia. Dan kami mengimbau, kepada para pelaku usaha, agar tidak mempermainkan harga," jelas dia. (ron/yong)
Kualitas Raskin
Sementara Neraca di Cianjur melaporkan, sejumlah masyarakat yang masuk dalam rumah tangga sasaran (RTS) untuk program beras miskin (raskin) mengharapkan pihak Dolog agar meningkatkan kualitas beras.
Seperti dialami para penerima beras raskin di Cianjur selatan, akhir akhir ini kualitas beras Raskin akhir-akhir ini tampak pecah- pecah atau hancur. Selain itu, agak sedikit bau tak sedap atau tidak seperti beras yang layak untuk dikonsumsi.
“Sudah dua bulan ini kualitas beras bubuk dan agak bau sehingga tak enak dimakan,” kata Barnas warga Cikanaga Kecamatan Leles Cianjur sambil memperlihatkan beras raskin tersebut.
Untuk kedepan, warga mengharapkan kualitas yang disalurkan harus bagus. Kerena untuk mendapatkan beras raskin, warga harus membeli Rp 2.000 per kilo.
“Saya tahu bahwa beras ini disubsidi oleh pemerintah. Tetapi saya bisa mendapatkan beras raskin beli seharga Rp 2000 per kilo,” kata Barnas didampingi RTS lainnya, Ropijah yang juga tetangganya.
Pemkab Cianjur nampaknya tak mampu berbuat banyak akan kondisi ini. Apa pasal, karena setelah raskin didistribusikan sudah menjadi hak RTS. “Kami memantau bagaimana raskin tersebut didistribusikan kepada RTS. Dan kemudian harus sampai pada RTS. Memang dari segi kualitas raskin lebih rendah,” ujar pengelola raskin Kecamatan Leles –Cianjur, Asep Sunarlan.
Sedangkan anggota DPRD Komisi IV Cianjur, Oceu Wiguna Juanda berharap, agar pihak terkait agar segera melakukan investigasi kondisi ini, sehingga tidak mengecewakan RTS. “Dari pihak Bulog, Pemda, dan steakholder di desa harus mengontrol kualitas beras subsidi tersebut. Lebih lebih jangan sampai ada hal hal yang tidak diinginkan,” pungkas Oceu.
NERACA Jakarta - Calon Ketua PWI Jaya periode 2024-2029, Iqbal Irsyad, bersama Calon Ketua DKP PWI Jaya, Berman Nainggolan, serta…
NERACA Jakarta - Mendekati tenggat waktu yang telah ditetapkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yakni hingga April 2024, dikabarkan bahwa proses integrasi…
NERACA Bandung - bank bjb terus melakukan inovasi berupa program yang memberikan kemudahan dan keuntungan bagi nasabah. Paling anyar, bank…
NERACA Jakarta - Calon Ketua PWI Jaya periode 2024-2029, Iqbal Irsyad, bersama Calon Ketua DKP PWI Jaya, Berman Nainggolan, serta…
NERACA Jakarta - Mendekati tenggat waktu yang telah ditetapkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yakni hingga April 2024, dikabarkan bahwa proses integrasi…
NERACA Bandung - bank bjb terus melakukan inovasi berupa program yang memberikan kemudahan dan keuntungan bagi nasabah. Paling anyar, bank…