BI Belum Gunakan Valas Buy Back SUN

NERACA

Jakarta---Bank Indonesia (BI) mengatakan pasar Surat Utang Negara (SUN) yang dijual pemerintah memang bergairah. Namun demikian intervensi BI terkait  pembelian kembali (buy back) Surat Utang Negara (SUN) belum dilakukan dalam bentuk mata uang asing (Valuta asing/valas).  "Kita itu di pasar SUN ada yang beli, ada yang secara bilateral dan lelang. Lelangnya juga pakai rupiah. Tapi kita belum melakukan operasi untuk membeli SUN pakai valas," kata Gubernur BI, Darmin Nasution di Jakarta..

 

Lebih jauh kata Darmin, intervensi BI di pasar sekunder dengan menggunakan valas akan dilakukan jika situasinya sudah lebih berat lagi dari sekarang. "Kalau situasi sudah kita anggap outflow dan lebih mengkhawatirkan, karena itu (intervensi di pasar SUN menggunakan valas) berarti menyatukan dua intervensi," ujarnya

 

Menurut mantan Dirjen Pajak ini, penggunaan valas untuk membeli SUN selama ini belum pernah dilakukan meskipun SOP-nya siap. "Artinya, masuknya BI ke SUN bukan dalam kapastitas jaga rupiah biar enggak merosot," tambahnya

 

Yang jelas, kata Darmin, BI selalu menggunakan instrumen pasar lelang dalam pembelian kembali. "Tidak hanya satu manfaatnya, salah satunya menambah portofolio BI dan menjaga supaya harga SUN tidak terlalu jatuh. Itu sebabnya kalau kita beli SUN dengan sistem lelang, kita pasang harga di atas pasar. Ketika outflow mengkhawatirkan, baru akan dilakukan (beli pakai valas)," imbuhnya

 

Beberapa hari lalu, diakui Darmin, femi meredam kekhawatiran investor, Bank Indonesia (BI) memastikan pihaknya terus memborong Surat Utang Negara (SUN) yang berada di pasar. "Sejak kemarin, kita sudah mulai mengubah intervensi pasaran dari sebelumnya yang lebih banyak ke valas, sekarang mulai juga kita mulai membuka lelang di pasar Surat Utang Negara (SUN)," terangnya

 

Darmin menambahkan BI akan membeli kembali SUN yang beredar di pasaran berapa pun harganya asalkan masih wajar. "Jadi, berapapun harganya, kalau mereka mau jual, asalkan masih wajar, sedikit di atas pasar, itu akan kita beli. Jadi kita akan tunjukkan ke pasar, enggak akan jatuh lebih dalam itu (pasarnya), tenang saja," lanjut dia.

 

Akibat langkah BI ini, menurutnya pasar cenderung lebih stabil dan lebih tenang.  "Ini lebih tenang pasar, tekanannya tidak seperti tiga sampai empat hari yang lalu. Jadi langkah-langkah yang kita lakukan ini lebih terarah dan komplit," tambah Darmin.

 

Seperti diketahui, mulai kemarin BI mulai melakukan intervensi pasar dengan melakukan pembelian kembali SUN yang ada di pasaran. Kemarin, BI telah mengeluarkan Rp1,7 triliun dari cadangan devisanya dari proses pembelian SUN di pasaran secara lelang dan Rp1,5 triliun lewat proses bilateral. "Nanti siang kita akan buka lagi, tapi datanya berapa yang akan terserap, itu baru terlihat nanti sore," ungkap Juru Bicara BI Difi A Johansyah melengkapi.

 

Menurut Difi, BI kembali merogoh Rp230 miliar untuk memborong Surat Utang Negara (SUN) yang ada di pasaran. "(Bank Indonesia) tetap bertekad untuk menjaga kestabilan pasar valas dan SUN. Hari ini BI menyerap 230 milyar SUN," tegasnya

 

Difi mengungkapkan pihaknya hanya melakukan penawaran pembelian SUN dengan cara bilateral atau penawaran langsung lewat bank dan bukan secara lelang.

 

Sebelumnya,  Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo juga mengungkapkan semua pihak tidak perlu khawatir dengan cadangan devisa negara yang digunakan untuk menstabilkan pasar valas dan buyback SUN. "Pertumbuhan ekonomi kita 6,6%, inflasi kita masih di bawah lima (year to date), pertumbuhan kredit perbankan hampir 24%, apalagi yang perlu dikhawatirkan," ujarnya. **cahyo

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…