Kabupaten Lebak - Distan Lebak Belum Umumkan Kerugian Akibat Kemarau

NERACA

Lebak - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten hingga kini belum mengeluarkan data kerugian akibat kemarau yang menyebabkan terjadi kekeringan di sejumlah wilayah di daerah itu."Kami sedang melakukan pendataan kerugian dan belum bisa mengetahui secara pasti dampak kemarau panjang itu," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak Dede Supriatna saat dihubungi di Lebak, Selasa (4/8). 

Dia juga mengatakan, kemarau panjang yang terjadi belakangan ini kemungkinan bisa menimbulkan kerugian,terutama areal persawahan yang tidak memiliki air permukaan. Kerugian itu akibat tanamanya mati setelah mengalami kekeringan dan mengancam puso atau gagal panen.

Namun, tanaman padi yang terancam gagal panen itu hanya terjadi pada persawahan yang marjinal tanpa memiliki pasokan air dari sungai maupun saluran irigasi. Apalagi, saat ini sejumlah waduk atau situ mengalami penyusutan dan pendangkalan.

"Kami berharap akhir Agustus ini bisa diketahui dampak kerugian akibat kemarau panjang itu," ujarnya.

Menurut dia, sebagian persawahan yang memiliki air permukaan dari sungai maupun saluran irigasi bisa diselamatkan dengan pompansiasi. Pompanisasi itu melakukan penyedotan air sungai ke areal persawahan sehingga tanaman padi bisa dipanen. Pihaknya melibatkan pompanisasi itu dengan 95 pompa yang disalurkan oleh pasukan Brigadi Alsintan kepada kelompok tani yang mengalami kekeringan akibat kemarau.

"Kami bisa menyelamatkan tanaman padi jika lokasinya memiliki sumber air permukaan itu," katanya.

Di tempat terpisah Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Wismaryoto mengatakan diperkirakan petani akibat kekeringan ini bisa menimbulkan kerugian dengan biaya tanam rata-rata Rp5 juta/hektare."Kami saat ini sedang melakukan pendataan dan diharapkan petani yang mengalami gagal panen dapat bantuan dari pemerintah," katanya.

Ujang, petani warga Kalanganyar Kabupaten Lebak mengaku dirinya mengalami kerugian akibat kekeringan ini sebesar Rp5 juta untuk tanam padi seluas satu hektare itu. Dirinya tidak menyangka tanaman padi miliknya itu gagal panen setelah jaringan irigasi Sungai Cikatapis mengering.

Tanaman padi berusia 40 hari setelah tanam terjadi kekeringan akibat kemarau panjang itu. Sebab pada akhir Mei 2015 kondisi cuaca saat itu masih dilanda hujan, sehingga berkeyakinan bisa dipanen awal Agustus mendatang. Ant

BERITA TERKAIT

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…