Data Inflasi Belum Topang Laju Indeks BEI

NERACA

Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (3/8), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup tipis 2,347 poin (0,05%) ke level 4.800,182. Sementara Indeks LQ45 ditutup naik 1,957 poin (0,24%) ke level 815,054.

Data inflasi Juli 2015 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 0,93% memberikan sentiment negatif sehingga belum banyak pelaku pasar melakukan aksi beli. Inflasi tinggi didorong puasa dan Lebaran. Inflasi tersebut lebih tinggi dari prediksi analis di sekitar 8% dan tingginya inflasi justru disambut positif karena dianggap daya beli masyarakat bisa naik tinggi.

Pada perdagangan kemarin, transaksi investor asing hingga sore tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 327,991 miliar di seluruh pasar. Perdagangan berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 180.876 kali dengan volume 4,418 miliar lembar saham senilai Rp 4,486 triliun. Sebanyak 115 saham naik, 169 turun, dan 87 saham stagnan.

Bursa-bursa di Asia kompak melemah sejak pembukaan hingga penutupan perdagangan sore hari. Bursa saham China memimpin pelemahan. Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah Mayora (MYOR) naik Rp 500 ke Rp 28.300, Multi Prima (LPIN) naik Rp 500 ke Rp 7.000, Maskapai Reasuransi (MREI) naik Rp 450 ke Rp 5.450, dan BRI (BBRI) naik Rp 400 ke Rp 10.450. Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Solusi Tunas (SUPR) turun Rp 1.925 ke Rp 7.775, Tigaraksa (TGKA) turun Rp 1.160 ke Rp 3.490, Unilever (UNVR) turun Rp 1.125 ke Rp 38.975, dan Mitra Keluarga (MIKA) turun Rp 900 ke Rp 26.075.

Perdagangan sesi pertama, IHSG naik 11,308 poin (0,24%) ke level 4.813,837. Sementara Indeks LQ45 menguat 3,356 poin (0,41%) ke level 816,453. Investor mulai memburu kembali saham-saham uunggulan yang diawak kena koreksi. Enam sektor berhasil menguat dan empat lainnya melemah.

Perdagangan berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 98.772 kali dengan volume 2,287 miliar lembar saham senilai Rp 2,195 triliun. Sebanyak 134 saham naik, 117 turun, dan 83 saham stagnan. Bursa-bursa regional masih kompak melemah hingga siang. Jatuhnya bursa saham China dan Hong Kong memberi sentimen negatif.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah Astra Agro (AALI) naik Rp 525 ke Rp 20.600, Multi Prima (LPIN) naik Rp 500 ke Rp 7.000, Lippo Cikarang (LPCK) naik Rp 400 ke Rp 8.700, dan Matahari (LPPF) naik Rp 400 ke Rp 17.900. Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Tigaraksa (TGKA) turun Rp 850 ke Rp 3.800, Unilever (UNVR) turun Rp 850 ke Rp 39.150, Solusi Tunas (SUPR) turun Rp 800 ke Rp 8.900, dan Mitra Keluarga (MIKA) turun Rp 775 ke Rp 26.200.

Diawal perdagangan, IHSG dibuka melemah sebesar 24,48 poin atau 0,51% menjadi 4.778,04. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 6,26 poin (0,77%) menjadi 806,93,”Minimnya
sentimen dari eksternal dan domestik mendoromg IHSG BEI kembali bergerak melemah," kata Head of Research Valbury Asia Securities, Alfiansyah.

Dia mengemukakan bahwa gejolak bursa Tiongkok menjadi salah satu pemicu tekanan bagi bursa saham global, termasuk IHSG BEI. Selain itu, rata-rata laporan laba emiten domestik sepanjang semester I 2015 yang cenderung menurun menambah sentimen negatif IHSG.

Pelaku pasar, lanjutnya juga sedang khawatir terhadap fenomena El Nino yang melanda sejumlah daerah di Indonesia yang akan berdampak terhadap penurunan produksi pangan nasional. Imbas El Nino dapat menyusutkan produksi petani di beberapa daerah di Indonesia."Fenomena El Nino yang berkepanjang akan mengurangi produksi sejumlah kebutuhahan pokok, hai ini dapat menjadi salah satu faktor pendukung inflasi di semester II tahun ini, disamping kekhawatiran kemungkinan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan elpiji," katanya.

Sementara itu, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan bahwa IHSG BEI masih memiliki potensi untuk menguat menyusul pergerakan mata uang rupiah pada awal pekan ini bergerak menguat terhadap dolar AS,”Rupiah yang menguat berpotensi menjadi penopang bagi IHSG. Di sisi lain, jika level batas bawah IHSG BEI di 4.704 poin masih bertahan maka secara teknikal, dalam jangka panjang IHSG masih berada pada pola tren naik," katanya.

Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng dibuka melemah 273,36 poin (1,11%) ke level 24.362,92, indeks Nikkei turun 142,96 poin (0,69%) ke level 20.442,28, dan indeks Straits Times melemah 7,80 poin (0,23%) ke posisi 3.194,98. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…