Otomotif - Penjualan Mobil Murah Ramah Lingkungan Naik 3,74%

NERACA

Jakarta – Penjualan mobil murah ramah lingkungan (LCGC) di Indonesia meningkat sebesar 3,74 persen, menurut data dari situs jual-beli mobil multinasional dalam jaringan. “Peningkatan penjualan mobil ramah lingkungan di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara Asia lainnya,” kata Public Relations Manager Situs Carmudi, Puji Agung Budiman di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu.

Dalam data hasil survei tersebut, menunjukkan bahwa di negara Sri Lanka mampu mencapai penjualan sebesar 43,5 persen mobil ramah lingkungan, dan 93 persen adalah mobil jenis hybrid. Tidak hanya itu, mobil listrik pun mulai tumbuh peminatnya di Sri Lanka, dengan pertumbuhan sebesar 4 persen dalam 12 bulan terakhir.

Di Pakistan, mobil ramah lingkungan juga semakin diminati, terlihat dengan makin meningkatnya jumlah ragam mobil hybrid yang dijual serta dibeli dengan kisaran pertumbuhan 85 persen dalam 2 tahun terakhir.

Bersamaan dengan itu, terjadi penurunan 17,48 persen jumlah ragam mobil konvensional yang diperjualbelikan. Hal ini terjadi sejalan dengan kebijakan pemerintah Pakistan yang mendukung penggunaan mobil ramah lingkungan yang bermanfaat untuk mengurangi polusi karbondioksida dalam 10 tahun mendatang.

Namun pertumbuhan pesat tersebut tidak begitu berdampak di Indonesia yang hanya mengalami kenaikan sebesar 3,74 persen. Hal ini, menurut Puji, disebabkan karena harga jual mobil jenis LCGC yang masih dikenakan pajak hingga 75 persen dan dinilai memberatkan.

Meskipun di Indonesia terdapat mobil LCGC (low cost green car), mobil jenis ini masih banyak yang mengonsumsi bahan bakar fosil konvensional yang mana kadar emisi dan kadar efisiensinya tentu kualitasnya masih jauh di bawah jenis hybrid atau mesin alternatif lain.

Prediksi di Asia pertumbuhannya akan semakin cepat dalam satu dekade ke depan, terutama di negara-negara yang pemerintahannya sudah sadar akan pentingnya penggunaan mobil bermesin alternative ramah lingkungan dengan memberikan regulasi yang mendukung pertumbuhan mobil jenis ini.

Industri otomotif Indonesia tengah menggarap  pekerjaan besar. Yaitu bekerja keras menyalip Thailand dalam produksi serta ekspor kendaraan roda empat dan memperkuat daya saing industri otomotif nasional agar tidak tergerus produk impor. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan, kedua hal itu sekaligus untuk memenangi persaingan menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean akhir 2015 nanti.

“Indonesia telah mampu menjadi negara produsen otomotif ke-2 terbesar di ASEAN setelah Thailand. Kita harus bisa menyalip karena industri kita mampu serta pasar ekspor dan domestik yang besar,” kata Menperin Saleh Husin pada focus group discussion (FGD) dan eksibisi komponen otomotif yang terselenggara atas kerjasama Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), di Jakarta, dalam keterangan resmi.

Thailand saat ini sudah mampu memproduksi sekitar 2,5 juta kendaraan/tahun dan 50 persennya diekspor.  Sedangkan Indonesia mengekor dengan kemampuan produksi 1,2 juta unit/tahun dan masih berorientasi pasar domestik.

Potensi pasar domestik ditopang populasi kelas menengah. Menurut data AC Nielsen pada tahun 2013, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dengan kategori Middle Class di ASEAN tahun 2012-2020 sebesar 110,5%, sedangkan Indonesia mencapai 174%, tertinggi diantara seluruh negara ASEAN.

“Hal ini mengindikasikan permintaan kendaraan bermotor dalam negeri akan semakin meningkat. Sekaligus memantapkan optimisme kita bisa mengubah paradigma menjadi pengekspor dan jadi salah satu basis produk otomotif di ASEAN dan dunia,” ujarnya.

Program pengembangan industri otomotif ke depan harus diarahkan dan dilakukan dalam kerangka, pertama, mengimbangi kompetisi dan impor kendaraan khususnya dari ASEAN, kedua, mendorong investasi, dan ketiga, mendorong kemandirian Indonesia di bidang teknologi otomotif melalui penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia, dan keempat, pengembangan dan pengamanan pasar dalam negeri sebagai basis untuk mengembangkan industri otomotif yang mandiri dan berdaya saing global.

Kemenperin mengakui, selain menyediakan sarana angkutan orang maupun barang, industri otomotif juga berperan memberikan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, tenaga kerja yang terserap di sektor ini telah mencapai sekitar 1,3 juta orang, yang terserap pada industri perakitan hingga industri komponen dan aktifitas ekonomi ikutan lainnya seperti perbengkelan dan jaringan purna jual.

Hal inilah yang mendasari sehingga industri otomotif dijadikan sebagai salah satu industri prioritas dalam kebijakan industri nasional. Industri otomotif juga termasuk dalam kelompok industri unggulan masa depan.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…