Menciptakan Kereta Api Cepat

Oleh: Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis

Kereta Api cepat kalaupun ada di Indonesia tidak akan optimal seperti Eropa. Kondisi Indonesia yang merupakan negara maritim tidak memungkinkan investasi kereta api cepat untuk menghasilkan skala ekonomi. Konsekuensinya, tanpa adanya skala ekonomi maka harga tiket akan secara relatif menjadi lebih mahal sehingga surplus konsumen semakain tergerus.

Berbeda dengan kondisi di Eropa dimana sebagian besar wilayah Eropa berupa daratan kecuali Inggris, sehingga dengan adanya terowongan bawah tanah maka hubungan Eropa tanpa melalui perairan dapat terjadi. Artinya potensi skala ekonominya menjadi sangat besar di sana.

Dengan kondisi yang seperti itu maka kereta api cepat di Indonesia harus disesuakan dengan kondisi teknologinya. Semantara itu, di Asia pilihanya hanya dua yaitu Jepang atau Cina. Tetapi nampaknya, Indonesia harus mengadopsi teknologi Jepang karena beberapa alasan. Pertama, secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan, jadi tentu saja Indonesia lebih menyerupai Jepang ketimbang Cina. karena Cina lebih menyerupai Eropa ketimbang Jepang.

Kedua, adalah seberapa jauh teknologi tersebut bukan hanya cocok bagi negara maritim tetapi juga cocok dengan persyaratan utama dalam penggunaan teknologi itu sendiri yaitu zero accident. Teknologi kereta api cepat Cina tidak berperinsip pada zero accident sehingga banyak sekali kecelakaan yang terjadi yang bukan saja merenggut jiwa manusia tetapi juga kerusakan kereta api cepat dan infrastruktur yang fatal. Sementara itu, teknologi Jepang berperinsip kepada zero accident sehingga boleh dikatakan bahwa kereta api cepat di Jepang sangatlah aman.

Ketiga, dari sisi struktur pasar kereta api cepat di Cina bersifat monopoli yang mematikan bisnis dari kereta api yang non cepat. Sementara di Jepang, teknologi kereta api cepatnya bersifat komplementer dengan kereta api non cepat lainnya. Artinya kalau Indonesia akan menerapkan teknologi Cina maka kereta api yang ada saat ini di Indonesia dipastikan akan gulung tikar.

Keempat, dari sisi pemeliharaan. Kereta api cepat di Cina memiliki biaya operasional yang sangat besar untuk mencapai mutu pelayanan kereta api cepat yang memadai. Sementara teknologi Jepang secara relatif memiliki biaya operasional yang lebih murah.

Kelima, teknologi harus terbukti tangguh dalam jangka panjang. Teknologi kereta api cepat Cina belum teruji dalam jangka panjang sementara dalam jangka pendek Ini sudah sering sekali terjadi kecelakaan. Jepang justru telah terbukti dalam jangka panjang dimana teknologinya bersifat handal dan anti kecelakaan. Rakyat Indonesia bukan kelinci percobaan! Faktor keamanan adalah yang nomor satu.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…