Pemerintah Diminta Ikut Dorong Pertumbuhan Kredit

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan triwulanan permintaan kredit baru pada kuartal II 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal itu tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil survei perbankan triwulan II yang sebesar 66,7 persen atau lebih rendah dari 87,9 persen pada triwulan II 2014. SBT triwulan II 2015 merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir. 

Atas fenomena tersebut, Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah meminta agar pemerintah bisa ikut mendorong pertumbuhan kredit melalui kebijakan strategis. Sejauh ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah mengeluarkan beberapa paket kebijakan di bidang perbankan, pasar modal dan Industri Keuangan Non Bank dalam rangka meningkatkan pertumbuhan kredit. “Saya kira baik, kebijakannya untuk mendukung keuangan terutama perbankan punya ruang untuk berikan kredit. Kita perlu juga meminta pemerintah ikut bergerak, tidak bisa hanya mengandalkan industri keuangan saja,” ujarnya, di Jakarta, Senin (27/7).

Dirinya menambahkan, meskipun permintaan domestik pada semester I ini melemah, namun pelemahan yang terjadi tidak hanya dari luar saja tapi juga dari sisi pemerintah yang menurut dia belum bisa bergerak. “Kalau saja pemerintah di semester II bisa menambah kecepatan untuk pengeluaran anggarannya, saya yakin perbankan akan terbantu dan relaksasi dari beberapa bidang perbankan, relaksasi di bidang makroprudensial untuk industri perumahan dan otomotif saya pikir ini bisa dikembangkan dengan baik, hanya saja ruang enggak sebesar tahun depan,” jelas dia.

Halim juga tetap meyakini jika penyerapan anggaran bisa dilakukan dengan cepat, maka pertumbuhan ekonomi juga akan mampu dipercepat lagi. Untuk itu, dirinya meyakini jika tahun depan akan lebih baik. “Kita mencoba melihat bagaimana dampak kedepan, yang lebih penting adalah dari sisi anggarannya dulu, kalau tahun ini anggarannya bisa memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat, tahun depan akan lebih baik,” pungkasnya.

Melemahnya pertumbuhan kredit disinyalir karena belum membaiknya kondisi usaha dan rendahnya kebutuhan pembiayaan akibat perlambatan ekonomi. Berdasarkan survei BI, kondisi ini juga membuat perbankan mewaspadai meningkatnya risiko kredit macet atau non performing loan (NPL), terutama pada kredit modal kerja (KMK) dan kredi tinvestasi (KI). Pada Mei 2015 tercatat NPL KMK sebesar 2,94 persen atau meningkat 0,18 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara untuk NPL KI juga mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen menjadi 2,81 persen.

BI mencatat penyeluran kredit konsumsi juga tidak mencapai target menyusul anjloknya penjualan otomotif, baik kendaraan roda dua maupun empat. Alhasil deviasi target paling besar terjadi pada kredit kendaraan bermotor yang permintaannya turun 9 persen pada kuartal II. Penurunan tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya yang masing-masing negatif 1,7 persen dan 3,2 persen.

Berdasarkan sektor ekonomi, ada dua sektor yang mengalami penurunan permintaan kedit. Pertama, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, yang turun 10,6 persen. Kedua, sektor real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan yang minus 13,4 persen. Lebih lanjut BI menjelaskan, responden memperkirakan pertumbuhan kredit baru akan menguat pada triwulan III-2015 seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi Indonesia dan meningkatnya kecukupan modal bank.

Di sisi lain, rata-rata suku bunga kredit rupiah pada triwulan III-2015 diperkirakan meningkat akibat kenaikan suku bunga dana dan tingginya risiko penyaluran kredit. Sebaliknya, jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan justru mengalami peningkatan. Pada kuartal II 2015, DPK yang terhimpun tumbuh 93,2 persen atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 93,2 persen. BI memperkirakan semua jenis simpanan naik, di mana giro tumbuh 94,6 persen, tabungan 97,2 persen, dan deposito 85,2 persen.

 

 

BERITA TERKAIT

Survei BI : Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan I/2024

    NERACA Jakarta – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa kinerja kegiatan dunia usaha…

BRI Catat Setoran Tunai Lewat ATM Meningkat 24,5%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) mencatat setoran tunai melalui ATM bank tersebut meningkat sebesar 24,5 persen…

Bank DKI Jadi Penyumbang Deviden Terbesar ke Pemprov

    NERACA Jakarta – Bank DKI menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) penyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta sepanjang…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Survei BI : Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan I/2024

    NERACA Jakarta – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa kinerja kegiatan dunia usaha…

BRI Catat Setoran Tunai Lewat ATM Meningkat 24,5%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) mencatat setoran tunai melalui ATM bank tersebut meningkat sebesar 24,5 persen…

Bank DKI Jadi Penyumbang Deviden Terbesar ke Pemprov

    NERACA Jakarta – Bank DKI menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) penyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta sepanjang…