Indonesia Perlu Waspadai Ekonomi Tiongkok

 

 

NERACA

 

Jakarta – Ekonomi Tiongkok yang tengah melemah bisa menjadi sinyal penanda bahaya buat ekonomi Indonesia. Pasalnya, hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Tiongkok cukup besar sehingga apabila ekonomi negeri tirai bambu tersebut tengah melesu maka baik secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Hal itu yang diutarakan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di Jakarta, Senin (27/7).

Menurut Agus, kondisi ekonomi dunia yang perlu diperhatikan adalah Tiongkok. Dirinya menambahkan perekonomian di Tiongkok pernah tumbuh hingga 10 persen selama 20 tahun. Namun, selama tiga tahun terakhir kondisi perekonomiannya terkoreksi turun. Bahkan diperkirakan 6,8 persen di 2015.

Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, koreksi di pasar modal Tiongkok sebesar 30 persen akan kembali mempengaruhi kondisi Indonesia. "Hal ini juga berpengaruh, tidak langsung ke Indonesia tapi pengaruh ke confident masyarakat dunia bahwa di dunia sedang terjadi ketidakpastian," terangnya.

Selain itu, yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia adalah kondisi ekonomi dunia yang terus terkoreksi dari 3,8 hingga 3,5 persen. "Bulan lalu diperkirakan 3,39 persen ternyata malah kita prediksi 3,3 persen jadi lebih rendah dari tahun lalu yang 3,4 persen dan ini berpengaruh kepada dunia dan juga Indonesia," pungkas dia.

Perlambatan ekonomi Tiongkok ternyata ikut menyeret pertumbuhan Indonesia yang terhantam jatuhnya permintaah komoditas ekspor dari Tiongkok, ksususnya batu bara. “Kini semakin jelas bahwa peningkatan kinerja makro ekonomi Indonesia antara 2010 dan 2013 berputar di sebuah siklus dan bergerak dipicu faktor eksternal dibandingkan isu struktural," tutur Ekonom BNP Paribas Richard Iley.

Para ekonom mengatakan, jatuhnya ekspor komoditas Indonesia ke Tiongkok menjadi salah satu pemicu jatuhnya pertumbuhan ekonomi domestik ke bawah level lima persen. Berbagai persoalan politik di dalam negeri juga dikatakan memainkan peranan penting dalam mendorong dan menghambat pertumbuhan di Asia. Sejauh ini, reformasi Indonesia yang dicetuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru menunjukkan sedikit kemajuan dalam mendorong produktivitas dan aktivitas ekonomi domestik.

Kondisi ini membuat Indonesia sangat rentan terhadap penarikan dana asing keluar mengingat Bank Sentral AS (The Fed) kini tengah berencana menaikkan suku bunga AS. Di Asia, tak hanya Indonesia, Thailand juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi serupa. Setahun setelah kasus militer di Thailand, ketidakpastian politik masih berlanjut menyeret perekonomiannya. Setelah tumbuh hanya 0,7 persen tahun lalu, penguatan ekonomi Thailand diprediksi akan semakin melambat dan hanya tumbuh tiga persen tahun ini. 

"Perusahaan masih menahan rencana investasi sementara situasi politik masih belum pasti di Thailand," tutur para analis di Capital Economics. Iklim ekonomi di Asia mulai berubah dari 2012 di saat Indonesia dan Thailand mengalami peningkatan ekspor dan belanja konsumen, sementara India masih terlilit persoalan inflasi dan mengalami pertumbuhan ekonomi paling lamban sejak 2008.

 

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…