Digugat Kreditur - Bisnis Pelayaran BLTA Berada di Titik Nadir

NERACA

Jakarta – Perjalanan bisnis emiten pelayaran, PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) masih terus tertatih-tatih dirundung beban utang perusahaan. Bahkan kini bisnis perseroan berada di titik nadir seiring dengan gugatan kepada perseroan yang telah didaftarkan di Pengadilan Niaga dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin, Direktur Utama Berlian Laju Tanker, Siana Anggraeni Surya mengatakan, gugatan tersebut dilayangkan oleh PT Trojan International, PT Pasific Indocorpora, PT Samitra Artha Laksita, Feryanto Fulbertur, Nico Handoyo, Agustinus Gondowidjoyo, dan PT Industri Sukses Bersama.

Disebutkan, gugatan tersebut menuntut pembatalan rencana PKPU perseroan tertanggal 13 Maret 2013 yang telah dihomologasi oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 22 Maret 2013,”Saat ini kami sedang mencari pendapat hukum atas hal tersebut dan akan membuat pengumuman yang diperlukan untuk tetap memberikan informasi kepada pemegang saham," ujarnya.

Sekedar informasi, pada rencana PKPU tahun 2013 lalu mayoritas kredit menyetujui proposal perdamaian menyangkut restrukturisasi utang obligasi perseroan. Sebagai informasi, perseroan sempat menyampaikan niatannya untuk terus menyelesaikan proses restrukturisasi utangnya yang cukup besar. BLTA dan beberapa anak perusahaannya sudah meneken restructuring support agreement (RSA) dengan para kreditur.

Dalam salah satu pokok perjanjian itu, BLTA akan mengalihkan aset-aset utamanya, yakni 27 kapal milik BLTA kepada perusahaan bernama NewCo. NewCo merupakan perusahaan yang baru akan dibentuk oleh para kreditur mandated lead arranger (MLA). Asal tahu saja, BLTA saat ini memiliki 39 kapal termasuk 8 kapal yang disewa dengan jangka waktu tertentu.

Manajemen BLTA  mengatakan, latar belakang adanya restrukturisasi ini karena kurangnya pembiayaan bank dan minat investor untuk industri ini. Sehingga, para pihak MLA menyetujui pembebasan aset-aset dengan estimasi nilai mencapai US$ 86,6 juta. Restrukturisasi ini untuk memenuhi kewajiban utang obligasi yang mencapai US$ 584,01 juta.

Adanya beban ini membuat kondisi keuangan BLTA makin berat. Tahun lalu, BLTA hanya mampu membukukan pendapatan sebesar US$ 315 juta, turun dibandingkan tahun 2013 yang sebesar US$ 329,4 juta. Sementara kerugian BLTA tahun lalu menjadi US$ 39,4 juta. Padahal pada tahun 2013, BLTA masih bisa membukukan laba US$ 178 juta.

Performance kinerja keuangan BLTA tahun lalu memang sangat mengecewakan. Pasalnya selain pendapatan perseroan yang terkoreksi juga beban utang perseroan terus membengkak. Tengok saja sembilan bulan 2014, BLTA menanggung beban keuangan US$ 67,28 juta. Beban penyusutan dan operasi kapal masing-masing US$ US$ 30,89 juta dan US$ 47,29 juta.

Situasi serupa dialami BULL yang merupakan perusahaan afiliasi BLTA. Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2014. Pada periode tersebut, laba BULL senilai US$ 996,59 juta. Minimnya laba BULL disebabkan penurunan pendapatan 8,03% menjadi US$ 22,66 juta di akhir Juni 2014. Tapi BULL mampu memangkas sejumlah beban sehingga laba tidak banyak tergerus. (bani)

BERITA TERKAIT

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…