Toleransi Antar Umat Beragama, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI

 

Oleh:  Amril Jambak, Peneliti Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)

Sebagai makhluk sosial manusia mutlak membutuhkan sesamanya dan lingkungan sekitar untuk melestarikan eksistensinya di dunia. Tidak ada satu pun manusia yang mampu bertahan hidup dengan tanpa memperoleh bantuan dari lingkungan dan sesamanya.

Dalam konteks ini, manusia harus selalu menjaga hubungan antar sesama dengan sebaik-baiknya, tak terkecuali terhadap orang lain yang tidak seagama, atau yang lazim disebut dengan istilah toleransi beragama.

Toleransi beragama berarti saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mereka mengikuti agamanya dan tidak mencampuri urusan agama masing-masing. Umat Islam diperbolehkan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dalam aspek ekonomi, sosial dan urusan duniawi lainnya.

Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu".

Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan menghargai. Sehingga, gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Selain itu, masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara satu sama lain.

Adanya umat beragama lain di Republik ini dan bisa beribadah dengan tenang selama ratusan tahun adalah bukti kongkrit bahwa umat Islam menghormati mereka. Toh mereka bisa hidup tenang tanpa kesulitan.

Bandingkan dengan negeri di mana umat Islam menjadi kelompok minoritas. Bagaimana umat Islam diteror, dipaksa, dipersulit, diganggu dan dianiaya. Dan fakta-fakta itu bukan isapan jempol. Hal itu terjadi dimana pun umat Islam yang minoritas, baik Eropa, Amerika, Australia, Myanmar, dan sebagainya.

Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam suatu acara beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari republika online, mengatakan, perbedaan atau keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah karunia dari Tuhan yang harus disyukuri.

Mengenai kerukunan umat beragama, Zulkifli mengatakan, Indonesia layak menjadi contoh bagi negara lain, termasuk negara maju seperti Eropa. Menurutnya, negara lain dapat mengambil pelajaran dari kehidupan beragama di Indonesia.

Meski begitu, dia mengingatkan agar rakyat Indonesia terus menjaga kesatuan dan kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Zulkifli, keadaan damai dan akur tidak bisa terjadi begitu saja. Sudah menjadi kewajiban bagi semua umat beragama untuk menjaga toleransi, ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

"Selain itu, menjadikan empat konsesus, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai perilaku dan budaya kita sehari-hari. Kalau itu sudah selesai, kita bisa fokus pada yang lain dan kita akan jadi negara yang maju, hebat, meninggalkan negara lain. Kita punya potensi untuk itu, SDA, SDM, energi sosial," kata Zulkifli lagi.

Senada dengan Zulkifli, Ketua MUI Pusat Bidang Kerukunan Umat Beragama, Slamet Effendi Yusuf mengatakan, pluralitas atau kemajemukan Indonesia adalah karunia Allah SWT.

"Kita diberikan sebuah negara namanya NKRI. Tidak seragam isinya, tidak hanya satu agama, islam saja. Tidak satu suku saja, banyak sukunya. Kita jg miliki bahasa beraneka rupa. Itu yang Allah berikan pada kita, negara yang majemuk seperti ini," kata Slamet.

Slamet mengatakan, kerukunan harus selalu diperjuangan agar betul-betul menjadi kenyataan. Namun, lanjutnya, yang harus diwaspadai adalah selain dapat memberikan rahmat, kemajemukan juga dapat menjadi bencana.

"Menjadi rahmat ketika dengan kemajemukan itu kreatifitas negara melambung. Di dalam Al Quran kemajemukan itu untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Tapi akan jadi bencana ketika kita mempertentangkan perbedaan," jelasnya.

Jika dikaitkan dengan kerukunan antar umat beragama tersebut.  Rasanya kita miris melihat peristiwa yang terjadi di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua. Umat Islam tidak diperbolehkan melaksanakan salat Idul Fitri 1436 H. Bahkan, kejadian ini pun berakhir anarkhis dengan pembakaran lokasi salat, dan merembet ke kios pedagang.

Namun penulis tidaklah mengulang peristiwa ini, dan hanya berharap kepada pemerintah segera tanggap dengan peristiwa ini sehingga tidak menjalar ke daerah lain. Pihak aparat hukum juga diminta tegas mengusut tuntas penyebab kejadian tersebut. Dan juga diminta kepada media cetak, elektronik, dan online, memberitakan masalah ini sesuai kaidah jurnalistik dan sesuai dengan Undang-undang Pers Nomor 40 Tahun 1999.

Jangan sampai persoalan ini memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena bagi kita NKRI merupakan harga mati dalam tatanan hidup bermasyarakat di Tanah Air. Pedoman jelas yakni Pancasila meski dipegang teguh.

Marilah sama-sama kita menghormati dan menghargai satu sama lainnya. Jadikanlah keberagaman di Republik Indonesia sebagai seni ciptaan Allah SWT. Dan satu hal yang sangat penting, jangan mudah terprovokasi atau terpancing oleh adu domba yang memecah belah kesatuan dan persatuan di antara kita, khususnya bangsa ini. Mari sama-sama kita renungkan! ***

 

 

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…