Laju Inflasi Ramadan Diprediksi Terkendali

 

 

NERACA

 

Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memprediksi bulan Ramadhan tidak akan menyumbang inflasi yang tinggi, karena pemerintah telah berupaya mengendalikan harga komoditas pokok sejak dua bulan lalu. "Ini masih pertengahan bulan, tapi kalau melihat inflasi Juni ada indikasi bahwa inflasi Ramadhan dan Lebaran akan jadi yang mungkin terendah dalam lima tahun terakhir," katanya, seperti dikutip laman Antara, Selasa (14/7).

Menkeu mengatakan belum mengetahui perkiraan inflasi pada Juli 2015, namun proyeksinya relatif rendah karena pemerintah telah menjaga agar harga tidak melambung tinggi, dengan merumuskan kebijakan pengendalian harga. "Ini indikasinya berarti kita bisa mengendalikan selama Ramadhan dan Lebaran. Karena kebutuhan pangan jika tidak disertai 'demand' memadai akan ada kenaikan harga. Bulan lalu, kita sudah lakukan operasi pasar," ujarnya.

Menkeu mengklaim upaya itu efektif untuk meredam inflasi, apalagi meskipun ada tren pelemahan konsumsi rumah tangga, namun biasanya masyarakat tetap berbelanja pada event Ramadhan dan Lebaran. "Ramadhan dan Lebaran itu pola yang tidak biasa, artinya setiap Lebaran apapun kondisi ekonominya, selalu ada lonjakan permintaan. Artinya pemerintah mampu mengendalikan lonjakan permintaan yang sifatnya sesaat," jelasnya.

Dengan tingkat inflasi tahun kalender Januari-Juni 2015 yang masih tercatat 0,96 persen, Menkeu pun menyakini laju inflasi pada akhir tahun berada pada perkiraan 4,0 persen-4,5 persen atau lebih rendah dari asumsi APBN-Perubahan 5,0 persen. Sebelumnya, pada Juni 2015 tercatat inflasi sebesar 0,54 persen yang sebagian besar disumbangkan oleh naiknya komoditas bahan makanan, seperti cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras dan beras.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo menambahkan pada periode Juli menjelang Lebaran, pemerintah harus menyiagakan pasokan lebih banyak untuk bahan makanan agar tidak terjadi inflasi tinggi. "Cabai masih dominan, kemudian tepung terigu dan minyak goreng (mengalami harga tinggi pada Juli). Kalau (menjelang) lebaran, ayam dan sapi juga harus dijaga pasokannya meskipun pengadaannya tidak mudah," katanya.

Sasmito memprediksikan pada periode setelah Lebaran, ada kemungkinan inflasi mulai melandai, karena setelah itu masyarakat mulai mengerem konsumsinya, sehingga inflasi diperkirakan angkanya tidak jauh dari inflasi Juni 2015. "Untungnya Lebaran berada ditengah bulan, karena setelah itu dampak inflasi mulai turun hingga akhir Juli. Mungkin tahun ajaran baru sedikit mendorong (inflasi), karena ada tarif uang sekolah serta tarif angkutan darat maupun udara," ujarnya.

Senada dengan Menkeu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P Joewono mengatakan inflasi Ramadhan di DKI tahun ini adalah inflasi terendah sepanjang empat tahun terakhir. "Hingga Juni, inflasi di DKI Jakarta sebesar 0,35, angka ini adalah angka terendah sepanjang empat tahun terakhir," kata Doni.

Menurut dia, rendahnya angka tersebut karena Pemerintah Daerah berhasil melakukan operasi pasar besar-besaran sehingga harga kebutuhan sembako tidak melambung. "Saya sangat mengapresiasi Gubernur DKI Jakarta yang telah berupaya untuk melakukan operasi pasar, sehingga tahun ini harga beras tidak naik sedikit pun, dan saya rasa hal ini patut dicontoh oleh daerah lain," kata dia.

Namun dia mengharapkan, harga telur dan daging di DKI Jakarta dikendalikan lebih ketat lagi agar tidak terjadi inflasi yang besar. Dia memperkirakan, pada Juli ini inflasi di DKI Jakarta juga tidak lebih dari angka 0,35.

Menurut dia ada tiga faktor utama yang menyebabkan inflasi di Jakarta seperti harga tanah yang selalu naik, dan menyebabkan ikut naiknya harga hunian, baik perumahan maupun harga kontrak. "Naiknya harga listrik juga mempengaruhi naiknya harga hunian, hanya saja Pemprov tidak dapat mengendalikan harga listrik karena patokannya adalah BBM," kata dia.

Selain itu menurut Doni masyarkat Jakarta hampir sebagian besar pendapatannya dihabiskan untuk transportasi dan perumahan, dan penyebab terakhir adalah bahan makanan. Dia memperkirakan, inflasi keseluruhan pada semester dua ini bekisar pada angka 4,5 hingga 4,9.

 

BERITA TERKAIT

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…