BNI Revisi Pertumbuhan Kredit

 

 

NERACA

 

Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) merevisi proyeksi pertumbuhan kredit pada semester II-2015 ini menjadi hanya mengalami pertumbuhan sebanyak 13 persen sampai dengan 14 persen. Hal ini merupakan imbas dari perlambatan ekonomi yang dialami oleh Indonesia.

Menurut Direktur Utama BNI Achmad Baiquni, proyeksi tersebut jauh berada di bawah proyeksi di awal tahun yang menargetkan pertumbuhan kredit perbankan bisa mencapai angka 15 persen sampai dengan 17 persen. "Kita revisi untuk semester II-2015. Pertama, kita proyeksikan sekira 15 persen sampai 17 persen, sekarang antara 13 persen sampai 14 persen," ujarnya di Jakarta, Senin (13/7).

Sementara sampai dengan triwulan II-2015, pertumbuhan kredit BNI naik menjadi 11 persen dari sebelumnya hanya sembilan persen di triwulan I-2015. Meskipun naik, pertumbuhan kredit secara year on year (yoy) masih relatif lebih rendah. "Kalau triwulan I-2015 itu pertumbuhan kredit relatif rendah hanya sembilan persen. Untuk triwulan II-2015 relatif meningkat dari sembilan persen ke 11 persen. Secara yoy relatif lebih rendah," pungkas dia.

Sejalan dengan kondisi tersebut, kata Baiquni, perseroan bakal merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) di 2015 khususnya pada pertumbuhan kredit yang ditargetkan sebelumnya sebesar 15%-17% pada 2015, menjadi hanya 13%-14%. Bank BNI mencatat, sepanjang kuartal I 2015 penyaluran kredit BNI mencapai Rp269,51 triliun atau meningkat 9,1% bila dibandingkan dengan kuartal I di 2014 sebesar Rp247,12 triliun. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit segmen menengah yang tumbuh 27%.

Adapun komposisi kredit yang telah diberikan adalah segmen korporasi (27,1 persen), BUMN (15,1%), usaha menengah (14,6%), usaha kecil (14,1%), kredit konsumer (19,5%) dan pembiayaan perusahaan anak dan internasional 9,6%. Sedangkan khusus kredit infrastruktur, selama kuartal I 2015, BNI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp48,5 triliun, yang disalurkan untuk proyek infrastruktur telekomunikasi, jalan tol dan konstruksi, kelistrikan, transportasi dan migas.

Dalam kesempatan sebelumnya, Direktur Bisnis Banking II BNI Sutanto menuturkan, kebijakan pemerintah menurunkan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) tidak terlalu membantu untuk mendorong pertumbuhan kredit perseroan. Apalagi, perseroan hanya mendapatkan jatah penyaluran sebesar Rp 3 triliun. “Jumlahnya tidak terlalu signifikan,” kata dia. 

Meski begitu, dia setuju dengan kebijakan pemerintah memberikan subsidi bunga, sebab bunga kredit untuk UMKM memang tidak di atas 20 persen. Pemerintah seperti diberitakan telah menurunkan suku bunga KUR menjadi 12 persen, dan memberikan subsidi sebesar 7 persen. Ini artinya bank hanya menerima 19 persen dari penyaluran kredit ini. Angka ini lebih rendah dari sebelumnya 22 persen.



BERITA TERKAIT

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial NERACA  Jakarta – PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) (TASPEN)…

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial NERACA  Jakarta – PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) (TASPEN)…

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…