Antara Indonesia dan Yunani: Kemenangan Demokrasi Atas Predator Dunia Bernama IMF

Oleh: Samuel Karwur

Yunani memang terpuruk, tapi demokrasi di dalam negeri dewa dewi tersebut masih tetap berdiri gagah dan dengan keberanian, akhirnya menolak paket dana talangan yang kembali ditawarkan IMF. Seperti modus operandi IMF terhadap banyak negara di dunia –termasuk yang dialami Indonesia pada tahun 1998-, gelontoran uang siap diluncurkan dengan imbalan paket reformasi di berbagai sektor yang terlebih dahulu di plot oleh IMF untuk “membeli” sebuah negara dengan harga murah.

Selama lima tahun terakhir, Yunani menjadi “permainan” IMF (International Monetary Fund) lewat dana-dana talangan yang katanya untuk mengeluarkan negara tersebut dari jurang krisis moneter. Faktanya, alih-alih selamat, Yunani malah menjadi negara maju pertama yang default.

Sebanyak 61% rakyat Yunani menolak bantuan IMF, karena menyadari bahwa institusi keuangan dunia tersebut, tak lain dan tak bukan adalah serigala berbulu domba. Penolakan ibarat sebuah peluru kendali yang kencang menghantam IMF, yang selama ini terkesan tidak bisa ditandingi negara manapun.

“Oxi, oxi, oxi”. Demikian pekik sorak dan teriakan yang membahana di seantero Yunani. Artinya, “tidak, tidak, tidak”.

Masyarakat Yunani menyebut pekik penolakan yang menggelegar itu adalah suara para dewa Yunani. Terkesan hyperbolic, tapi itulah ungkapan keberanian sekaligus kemarahan rakyat negeri itu, terhadap IMF dan semua kaki tangan beraroma neo liberalnya.

Menyadari bahwa hampir seluruh negeri sepakat menolak IMF, masyarakat tumpah ruah di jalanan, merayakan keputusan itu bak sebuah kemenangan perang. Bendera Yunani berkibar di seantero negeri. IMF pulang dengan “menggulung ekor” dan rakyat Yunani tahu persis apa yang barusan mereka kalahkan. Bukan hanya sebuah institusi keuangan, tetapi sebuah sistem gurita dengan sifat rakus, tamak, kejam dan licik yang sudah demikian lama tidak memperoleh lawan tanding sepadan.

Bagi Perdana Menteri Alexis Tsipras, ini merupakan kemenangan sama seperti yang rakyatnya rasakan dan rayakan. Perjalanan memamg masih panjang untuk Yunani. Krisis masih membelit. Seberkas cahaya di ujung terowongan mungkin juga belum terlihat. Tapi yang jelas, Yunani bersuka cita setelah mengirimkan IMF pulang dengan tangan hampa.

Tentu saja, di setiap negara pasti banyak juga mereka yang “cinta” sama IMF dan semua antek-antek neo liberalismenya. Yunani juga demikian. Perdana Menteri sebelum Tsipras adalah seorang penganut paham Washington Consensus. Ketika referendum dilakukan, mereka yang setuju dengan dana talangan IMF mencoba untuk unjuk gigi. Persaingan demikian ketat. Tsipras tidak akan bisa berbuat apa-apa, jika ternyata referendum dimenangkan oleh kaum pro IMF. Hal mana tidak kunjung terjadi.

Bagi Yunani, menolak IMF bukan berarti menolak Euro Zone. Rakyat Yunani masih menginginkan berada di dalam kumpulan Eropa Bersatu. Namun ada pihak yang mencoba memancing di air keruh, dengan mengaitkan perlawanan terhadap IMF, sama juga dengan pemberontakan terhadap Euro Zone.

Pandangan umum rakyat Yunani mengenai hal itu tak lain hanya propaganda dan opini palsu. Menurut mereka, IMF tidak ada hubungannya dengan pergulatan antara mata uang Euro dan mata uang Yunani, Drachma –yang merupakan mata uang tertua di dunia-.

Negara-negara kreditur mungkin murka dan akan membiarkan Yunani menjadi negara bangkrut tanpa uang. Namun bagi masyarakat Yunani, lebih baik berjuang ketimbang melihat tanah air mereka lebih terpuruk akibat menerima dan talangan yang hanya membuat hutang Yunani mekin membengkak.

Penghancur Impian

Kelompok masyarakat dari strata menengah, angkat bicara tentang nasib mereka yang mendadak berubah. Dalam berbagai cara, impian mereka buyar. Dana talangan IMF pertama kali terlihat sebagai kucuran air di tengah kekeringan gurun pasir. Tapi lambat laun, seiring dengan Euro demi Euro yang dikucurkan, ternyata menjadi penghancur impian, cita-cita dan harapan rakyat Yunani.

“Dahulu saya bisa kapan saja menikmati malam minggu, menonton bioskop ataupun melakukan hal-hal yang saya sukai. Namun hari ini, untuk menonton bioskop saja, saya harus berpikir ratusan kali karena setiap transaksi selalu dibarengi dengan pajak yang sangat mencekik. Hari ini saya bilang cukup sudah. Hal ini tidak boleh terus terjadi,” demikian Georgia, seorang warga Athena yang sehari-harinya bekerja sebagai pelatih senam.

“Ini bukan Eropa yang saya impikan. Ini bukan Eropa yang membawa pengharapan, penuh dengan solidaritas, keramah tamahan, dan kemerdekaan. Sebaliknya IMF mengubah segalanya. Ini adalah Eropa dimana orang-orang menjadi sinting, ribuan mati bunuh diri dan jutaan lain kehilangan pekerjaan dan menjadi miskin,” kali ini Christina, seorang lansia berumur 60 tahun menyemprot keberadaan IMF yang merusak Yunani.

Mayoritas masyarakat Yunani masih percaya mereka tidak akan terlempar dari Eropa bersatu. Kelompok masyarakat usia produktif, serta angkatan muda Yunani, masih menganggap negeri mereka terlalu berharga untuk ditendang dari Euro Zone. Meski pelaku ekonomi sangat kuatir dengan masa depan Yunani akibat menolak IMF, mereka lebih memilih menolak ketimbang tunduk pada IMF.

“Saya baru saja menyelesaikan pendidikan strata dua. Ada tawaran untuk pergi bekerja di luar negeri, yang tentunya menawarkan masa depan lebih menjanjikan. Tapi keputusan saya adalah tinggal di Yunani dan membangun negeri ini. Kami memang membutuhkan reformasi, tetapi bukan reformasi ala IMF. Reformasi IMF hanya membawa kematian bagi Yunani, “kali ini Katherina Arvanitis, seorang mahasiswi dengan pernyataan beraninya.

Beruntung bagi Aleix Tsipras, jajaran pemerintahannya mendukung keputusan yang ia ambil. Koalisi pemerintahan Yunani sepenuhnya berada di belakang sang Perdana Menteri. Bagi mereka, hari Minggu kemarin merupakan hari terindah dan terdahsyat untuk Yunani, meskipun awan gelap krisis belum juga beranjak dari atas bumi Yunani.

“Hari ini sangat penting dalam sejarah Yunani. Di satu sisi, kita melihat mantan perdana menteri yang pro bail out, sementara di sisi lain, kita melihat rakyat Yunani bersatu padu dengan pemerintah dan memilih untuk tidak menyerah pada ketakutan. Keputusan Yunani hari ini adalah keputusan berani yang tidak bisa diancam oleh siapapun, “demikian teriak lantang Panos Kammenos, yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan Yunani.

Episode drama krisis Yunani sekali lagi memang masih jauh dari berakhir. Gelombang mungkin masih akan menggulung. Tetapi pelajaran untuk Indonesia adalah keberanian dan kekompakan pemerintah dan rakyat, yang sama-sama menolak menjadi budak antek-antek neo liberalisme seperti IMF dan semua kroninya.

Penjualan saham-saham nasional termasuk membuka pintu BUMN untuk dikangkangi oleh orang asing, sebagai gagasan Menteri BUMN Rini Soemarno, merupakan ide gila yang hanya dilontarkan oleh mereka yang menjadi jongos-jongos IMF.

Harus diingat bahwa ideologi neo liberal dalam menjalankan roda ekonomi nasional yang tidak berpihak pada rakyat, bukan tidak mungkin menjadi boomerang bagi Indonesia. Yunani telah mengalami hal tersebut. Terlihat indah pada awalnya, tapi berubah menjadi busuk di kemudian hari.

Presiden Joko Widodo akan melalukan reshuffle sebentar lagi. Sudah saatnya belajar dari Yunani dan menolak semua intervensi beraroma neo liberalisme. Menteri-menteri baru nanti, harus steril dari paham predator ekonomi ini. Kembali pada Trisakti dan Nawacita menjadi harga mati yang tidak boleh ditawar lagi. Masih banyak orang-orang mumpuni yang “membenci” neo liberal, bisa dijadikan rekan kerja dalam kabinet untuk membangun Indonesia. Rizal Ramli, Benny Pasaribu, Theo Fransisco, adalah contoh pekerja handal, ahli, serta hebat yang memiliki keberanian dengan mental petarung dalam diri mereka masing-masing.

Kondisi Indonesia berbeda jauh dengan Yunani. Kita tidak sedang dalam krisis. Tetapi jika terus memelihara predator-predator ekonomi di dalam negeri sendiri, bukan tidak mungkin kita akan berubah menjadi mangsa yang akan dilahap tanpa belas kasihan. Tidak ada anak negeri yang ingin mengulang sejarah kelam, ketika krisis moneter terjadi di era 1998 .

Kabar yang kian kencang berhembus tentang akan kembalinya individu-individu seperti Sri Mulyani ke kabinet, akan menjadi mimpi super buruk bagi Indonesia. Manfaat apa yang didapat, ketika misalnya melepas Rini Soemarno tapi memasukkan Sri Mulyani sebagai pengganti?

Dua sosok ini menjadi sudah lama menjadi episentrum sorotan banyak pihak, karena sistem neo liberalisme yang mereka usung. Rini heboh karena terus menerus menjual asset nasional kepada pihak asing, padahal belum setahun bekerja. Ia dinilai sangat dekat dengan kiblat Washington dan tentu saja, neo liberalisme. Sementara Sri Mulyani juga bak pinang dibelah dua. Konon, ia mendapat jabatan sebagai salah satu direktur Bank Dunia, karena sukses menjual Indonesia pada pihak asing. Kalau Rini pergi namun Sri akhirnya datang, perbaikan apa yang terjadi?

Rakyat akan kembali dipaksa menerima kenyataan bahwa kita, bangsa Indonesia, anak negeri, akan seperti indekost di rumah sendiri.

Buat apa ada reshuffle kalau akhirnya hanya keluar dari kandang singa, tapi masuk ke dalam mulut buaya? (www.jokowinomics.com)

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…