Mencari Jati Diri Jakarta di Sunda Kelapa

Bicara tempat wisata menarik di Jakarta susah-susah gampang. Pilihannya memang variatif, mulai dari museum, pantai hingga kebun binatang. Tentu dengan segala ironi yang ada. Tetapi, ada satu wisata yang dapat dijadikan alternatif bagi para warga Jakarta maupun pelancong. Yaitu berwisata ke kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.

Nama Pelabuhan Sunda Kelapa tentu sudah tidak asing di telinga warga Jakarta, tetapi tidak banyak yang menyadari bahwa di kawasan banyak potret-potret cemong Ibukota.Wisata ke Pelabuhan Sunda Kelapa jangan hanya terpaku di sekitar dermaga bongkar-muat kapal, coba rute lain dengan menelusuri gang yang berada di Jalan Pasar Ikan, sisi Barat dermaga.

Bau amis menyambut sejak di mulut gang jalan Pasar Ikan. Suasana memang tidak nyaman, terlebih dengan pemandangan yang semrawut. Tetapi di sana justru sejarah besar Jakarta berakar.Zaman sudah berubah, megahnya gedung-gedung yang dibangun VOC tak ubah seperti gudang kumuh yang membuat orang memilih pergi ketimbang menyambanginya. Museum Bahari misalnya, bangunan yang sempat jadi saksi kebesaran VOC itu nampak tak bergairah di sisi jalan Pasar Ikan.

Masuk lebih dalam, pemandangan akan terlihat semakin parah. Kumuh, kumuh dan kumuh. Sampah tersebar di berbagai sudut, bau amis semakin menyengat. Tetapi ada yang hangat, yaitu sapaan dan ekspresi akrab para warga yang tinggal di sana.

Jalan Pasar Ikan memiliki beberapa gang, menariknya di kawasan padat pemukiman itu terselip sebuah dermaga kecil yang berisi perahu nelayan. Bagi penggemar fotografi, tempat ini adalah kawasan yang tepat untuk mengasah naluri memotret human interest. Satu yang paling penting, para warga sangat terbuka dengan para wisatawan, sehingga mereka tidak terlampau risih ketika kita memotret. Tentu hal ini harus diimbangi dengan etika dan kesopanan dari si fotografer.

"Ayo, naik perahu sampai ujung pelabuhan, seratus ribu (rupiah) saja. Kalau sama bule biasanya dua ratus ribu (rupiah). Kalau sama bangsa sendiri masa dimahalin," celetuk seorang nelayan yang bisa menawarkan jasa berkeliling daerah Pelabuhan Sunda Kelapa dengan perahu.

Harga yang ditawarkan si nelayan tentu dapat lebih murah, tergantung bagaimana kita bernegosiasi.

Menyusuri Pelabuhan Sunda Kelapa dengan perahu membuat pikiran melayang dan hati teriris. Melayang lantaran teringat bagaimana Sunda Kelapa di masa lampau, teriris karena kondisi di sana yang sangat menyedihkan. Menurut sejarah, Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan milik Kerajaan Sunda. Wilayah Jakarta di masa lampau identik dengan daerah yang ditumbuhi banyak pohon kelapa. Sehingga lazim disebut Sunda Kalapa. Tahun 1527 Sunda Kalapa dikuasai oleh Kasultanan Demak dan Cirebon di bawah komando Fatahillah. Peristiwa politik ini lantas mengubah nama Sunda Kalapa jadi Jayakarta.

Perkampungan di Sunda Kelapa memberikan pemandangan yang kumuh, tapi juga estetis. Perahu-perahu kecil bersandar langsung di samping rumah. Tanpa batas berarti. Di muara yang kotor itu warga hidup. Di atas sampah-sampah yang seolah tiada habisnya. Nelayan pulang setelah melaut. Dengan perahu seadanya, mereka menerabas lautan. Hasil tangkapan mereka langsung diperdagangkan dengan pembeli di sekitar rumah atau dijual ke pasar.

Aktivitas sore hari di perkampungan Sunda Kelapa juga layaknya di pemukiman lain. Meski bahaya, anak-anak kecil berlarian di sekitar dermaga, tanpa jaminan keamanan dan keselamatan. Mereka tidak bermain smartphone seperti anak-anak di "Jakarta," berlarian sudah membuat mereka tampak girang.

Air yang butek bukan halangan bagi anak-anak untuk berenang. Kesehatan tidak lagi dihiraukan selama itu menyenangkan bagi mereka. Padahal, air tempat mereka renang terdiri dari endapan berbagai limbah. Ditambah dengan sampah yang bertebaran di air. Tidak ada taman bermain dan ruang terbuka nyaman yang seharusnya milik anak-anak. Anak-anak di daerah Pelabuhan Sunda Kelapa kerap memanfaatkan wisatawan untuk meminta uang. Imbalannya, mereka melakukan atraksi melompat atau mencari uang yang dilempar.

Jejak kejayaan itu seolah terimbun tumpukan sampah, tata wilayah amburadul dan air yang hitam butek. Sangat bertolak belakang dengan kawasan pesisir Jakarta yang ditawarkan oleh pengembang pemukiman di televisi, yang tampak begitu mewah.

BERITA TERKAIT

Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Travel Tawarkan Private Trip Eksklusif

  Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Tracel Tawarkan Private Trip Eksklusif NERACA  Jakarta - Organisasi Pariwisata Jepang (JNTO) telah…

The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika

  The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika NERACA Jakarta - The Apurva Kempinski Bali…

Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey

  Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey NERACA Jakarta - The Pokémon Company, perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Wisata Indonesia

Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Travel Tawarkan Private Trip Eksklusif

  Liburan ke Jepang Makin Ramai, Howliday Tracel Tawarkan Private Trip Eksklusif NERACA  Jakarta - Organisasi Pariwisata Jepang (JNTO) telah…

The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika

  The Apurva Kempinski Bali Luncurkan Program Powerful Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika NERACA Jakarta - The Apurva Kempinski Bali…

Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey

  Hadir di 4 Wilayah, The Pokemon Company Umumkan Proyek Pikachu's Indonesia Journey NERACA Jakarta - The Pokémon Company, perusahaan…