Rumput Laut Masih Jadi Andalan - Perikanan Budidaya Sumbang Produksi Terbesar

NERACA

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada triwulan I – 2015 yang lalu, perikanan budidaya memberi kontribusi terbesar pada peningkatan produksi sub sektor perikanan hingga 2,92 juta ton, dengan nilai Rp 21 triliun. Peningkatan produksi ini mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan pada periode yang sama yang mencapai 8,64% atau lebih besar dibanding dengan peningkatan PDB Nasional yang hanya 4,7%. 

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan bahwa peningkatan produksi perikanan budidaya tersebut sebagian besar disumbang dari produksi dengan pertumbuhan 4,69% rumput laut  yang mencapai 2,1 juta ton dengan nilai Rp 4,9 triliun, kemudian ikan nila 149.000 ton dengan nilai produksi Rp 2,5 triliun, dan bandeng yang mencapai 137.000 ton dengan nilai Rp 1,9 triliun.

“Kita optimis peningkatan produksi perikanan budidaya ini akan terus meningkat sepanjang tahun 2015 dan mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 17,9 juta ton,” ujar Slamet, kepada Neraca, disampaikan dalam bentuk keterangan tertulis, yang dikutip, Minggu (5/7).

Beberapa strategi telah disiapkan dan akan dilakukan untuk menggenjot produksi perikanan budidaya tersebut. “Rumput laut masih menjadi komoditas unggulan perikanan budidaya. Komoditas ini menyerap tenaga kerja, memiliki pasar yang tidak terbatas dan produksinya sangat beragam. Negara-negara di dunia tidak semua bisa menghasilkan rumput laut,” kata Slamet.

Saat ini, rumput laut masih menjadi daftar pertama yang menjadi komoditas unggulan budidaya. Ditargetkan pada 2015, produksinya mencapai 10,6 juta ton. Bahkan hingga 2019 diperkirakan rata-rata pertumbuhan produksi rumput laut mencapai 16,74% per tahun.

Slamet menambahkan bahwa mulai tahun ini beberapa komoditas juga diperhitungkan dan menjadi andalan antara lain adalah bawal bintang. “Tahunini target produksinya masih 1.900 ton. Namun, target pertumbuhannya adalah 31,5% per tahun hingga 2019. Bawal bintang merupakan primadona baru, karena merupakan salah satu komoditas alternatif budidaya laut atau marikultur. Harga jualnya bersaing, sekitar Rp 70 ribu per kilogram. Waktu budidaya lebih cepat dibanding kerapu, yaitu 6 bulan dari ukuran benih tebar serta lebih mudah dalam pemeliharaannya,” papar Slamet.

Komoditas lain yang juga terus dikembangkan adalah kekerangan. Target produksi kekerangan pada tahun 2015 adalah 233.700 ton dan ditargetkan tumbuh 32,60% per tahun hingga 2019. “Kekerangan selama ini memang belum diperhitungkan dan pembinaannya masih kurang sedangkan kebutuhan di dalam negeri tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan selama ini justru diimpor dari Eropa karena belum diperhatikan secaraserius,” jelas Slamet.

Padahal potensi kekerangan di laut Indonesia sangat hebat.  Itu sebabnya sudah mulai dijalankan strategi pemberdayaan masyarakat seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB),  Banten, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Adapun udang diperkirakan akan mencapai 827.100 ton pada 2015. Rata-rata kenaikannya per tahun adalah 10,86% hingga 2019.

Untuk mendukung peningkatan produk perikanan budidaya, khususnya perikanan darat, Pemerintah menggulirkan program Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI). “Pakan menjadi fokus kita dalam peningkatan kesejahteraan pembudidaya, karena pakan merupakan komponen produksi utama yang menentukan keberhasilan produksi perikanan budidaya, khususnya budidaya ikan air tawar,” terang Slamet.

GERPARI menjadi program KKP untuk mencapai harga pakan yang lebih murah sehingga biaya produksi dapat ditekan karena biaya pakan 70% dari total produksi. Itu sebabnya,  kata Slamet, KKP menargetkan terdapat selisih harga pakan mandiri dari pakan pabrik swasta lebih murah Rp 3.000 per kg.

Harga pakan mandiri lebih bersaing karena bahan baku seluruhnya memberdayakan bahan baku lokal. GERPARI menjadi penting dan strategis karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan ikan impor. “Untuk kualitas pakan produks idari program GERPARI, akan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) Pakan yang sudah ada dan nantinya akan mendapat sertifikasi dari Ditjen Perikanan Budidaya,” ungkap Slamet.

Targetnya, pada tahun 2019, sudah sebanyak 30% kebutuhan pakan dari pembudidaya, dipenuhi dari produksi memakai pakan mandiri. “Target kami, pendapatan pembudidaya akan meningkat karena biaya pakan dapat ditekan. Pembudidaya akan setara dengan pengusaha UMKM,” tukas Slamet.

KKP terus berupaya mendorong peningkatan produksi perikanan budidaya dengan memenuhi kebutuhan komponen produksi secara mandiri. Harapannya dengan kemandirian itu nantinya dapat melatih masyarakat untuk bisa lebih kreatif dalam berbudidaya ikan meskipun masih tetap kami berikan pendampingan.  “Dengan kemandirian itu, diharapkan nantinya produksi ikan nasional bisa kompetitif dengan negara lain sehingga mampu menjadi pemain di pasar domestik maupun international,” tandasnya.

Data sementara produksi perikanan budidaya tahun 2014 baik dari rumput laut dan ikan/udang adalah sebesar 14,52 juta ton. Adapun target produksi tahun 2015 yang telah ditetapkan adalah sebesar 17,9 juta ton, terdiri dari ikan 7,6 juta ton dan rumput laut basah 10,3 juta ton. Kebutuhan pakan ikan/udang untuk memenuhi target produksi tersebut adalah sebesar 8,728 juta ton. 60 persennya merupakan kebutuhan pakan ikan air tawar.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…