Total Emisi Obligasi Capai Rp 37,75 Triliun

NERACA

Jakarta -PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan total emisi obligasi dan sukuk pada Rabu kemarin, sebanyak 30 emisi dari 26 emiten senilai Rp37,75 triliun. Informasi tersebut disampaikan BEI dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Disebutkan dengan pencatatan ini maka total total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 269 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp240,87 triliun dan US$100 juta, yang diterbitkan oleh 103 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 94 seri dengan nilai nominal Rp1.356,43 triliun dan US$540 juta serta lima EBA tercatat senilai Rp2,71 triliun. Jumlah ini bertambah seiring dicatatkannya obligasi subordinasi berkelanjutan II Bank Bukopin tahap I-2015 yang diterbitkan oleh PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) di Bursa Efek Indonesia BEI.

Obligasi subordinasi berkelanjutan II Bank Bukopin tahap I-2015 dicatatkan dengan nilai nominal sebesar Rp400 miliar. Adapun hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) untuk obligasi ini adalah IdA-(Single A minus) dengan prospek stabil. Bertindak sebagai wali amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Wahyu Trenggono pernah bilang, dampak krisis utang Yunani tidak banyak mempengaruhi pasar surat utang di Indonesia dikarenakan fundamental ekonomi yang relatif masih stabil,”Ada perbedaan fundamental ekonomi. Yunani dengan ekonomi yang keropos dibandingkan Indonesia dengan fundamental yang relatif lebih kuat dan masih memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa Indonesia juga relatif terlindungi oleh peningkatan peringkat dari Standard & Poor's (S&P) dari sebelumnya stabil menjadi positif pada beberapa waktu lalu. Dukungan fundamental ekonomi dan peringkat itu dinilai cukup untuk menjadi penahan atas dampak yang terjadi di Yunani saat ini.

Menurutnya, dua hal itu dapat menjadi pegangan investor sehingga mereka masih percaya bahwa surat utang Indonesia masih aman dan menarik karena masih menawarkan 'return' yang cukup tinggi. Sementara itu, Direktur Utama BEI Tito Sulistio menilai, krisis utang Yunani berpotensi memberikan dampak psikologis yang negatif bagi investor di dalam negeri,”Kalau saya lihat, utang Yunani yang jatuh tempo itu ada unsur politik yang 'unpredictable' dan 'psychological effect'-nya lebih menakutkan daripada dampak nilainya," kata Tito. (bani)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…