Target 32 Emiten Sulit Tercapai - Minat Investor Beli Saham IPO Berkurang

NERACA

Jakarta – Ambisi Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terpilih Tito Sulistio yang menargetkan bisa menambah calon emiten tiap tahunnya sebanyak 40 emiten, dinilai terlalu muluk. Pasalnya, target 32 emiten tahun ini saja diperkirakan sulit tercapai seiring dengan kondisi pasar saham yang tidak stabil sebagai dampak dari ekonomi global dan lesunya pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Bahkan dari beberapa emiten yang sejatinya rencanakan listing di semester kedua tahun ini, harus menjadwalkan kembali. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan, gagalnya target IPO lantaran pasar saham masih tertekan. Akibatnya, minat investor menanam modal di pasar saham juga berkurang. "Hingga akhir tahun prospek perusahaan yang akan IPO masih terus tertekan karena pasar saham masih diwarnai masalah Yunani dan ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Jika perusahaan tetap nekat melakukan IPO tahun ini, harus siap menerima konsekuensi peminat kurang banyak. "Harga akan di batas bawah dan setelah melantai di bursa harga sahamnya tidak akan bergerak banyak," kata Hans. 

Oleh karena itu, dengan kondisi ini, David N Sutyanto, Analis First Asia Capital meragukan bahwa  BEI bisa memenuhi target 32 emiten baru yang masuk bursa saham tahun ini.  Bahkan sampai paruh  pertama tahun ini, jumlah emiten saham baru yang masuk bursa belum mencapai setengah target IPO. Sejak awal tahun sampai Juni 2015, baru delapan emiten yang masuk BEI. Itu pun menghitung dua emiten yang relisting.

Kedua analis menilai, permasalahan saat ini sangat fundamental. Yakni suku bunga tinggi dan asing tidak mau menempatkan dana dalam jangka waktu lama. David menjelaskan, kebanyakan dana asing yang masuk ke pasar saham datang dari Amerika Serikat (AS).

Jika suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed naik, dana itu akan kembali ditarik dan masuk ke AS sehingga investor yang masuk hanya untuk jangka pendek. Lagi pula, tren saat ini, volatilitas pasar saham masih tinggi. "Kalau tren harga saham masih berpotensi turun, mengapa harus masuk sekarang," papar dia.

Saat bersamaan, suku bunga di Indonesia masih cukup tinggi, sehingga investor lebih memilih menempatkan dana mereka  di deposito. "Itu yang menyebabkan emisi  kurang diserap, jarang yang oversubscribed," ujar David.

Selama likuiditas masih ketat dan suku bunga tetap tinggi, David menganalisis, penyerapan saham perdana akan kecil. Padahal, sejatinya, semua perusahaan yang menggelar penawaran saham perdana memiliki prospek jangka panjang menarik.

Toh, dalam situasi seperti saat ini, bukan berarti tak ada saham yang prospektif. David melihat, saham sektor perbankan mungkin bisa menuai minat lebih besar di pasar saham karena net interest margin (NIM) bank masih cukup gede. Suku bunga acuan juga terjaga di level tinggi. Di sisi lain, ekspansi emiten sektor lain terhambat, karena suku bunga tinggi dan kesulitan likuiditas. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…