Hingga Maret, Laba Hexindo Turun 12,46%

NERACA

Jakarta - Sepanjang tahun ini, performance kinerja keuangan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) masih belum memuaskan. Tengok saja, hingga priode Maret 2015, emiten alat berat ini membukukan penurunan laba tahun berjalan sebesar 12,46% menjadi US$19,18 juta, dibandingkan laba tahun berjalan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$21,92 juta. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Selain itu, perseroan juga mengungkapkan, penghasilan neto turun jadi US$392,67 juta dari penghasilan neto tahun sebelumnya yang sebesar US$478,33 juta. Beban pokok turun jadi US$323,94 juta dari beban pokok tahun sebelumnya US$404,76 juta.

Laba bruto turun jadi US$68,73 juta dari laba bruto tahun sebelumnya yang sebesar US$73,56 juta, dan laba usaha turun jadi US$26,02 juta dari laba usaha tahun sebelumnya yang sebesar US$30,03 juta. Sedangkan laba sebelum pajak turun jadi US$26,23 juta dari laba sebelum pajak tahun sebelumnya yang sebesar US$30,04 juta. Total aset per Maret 2015 mencapai US$378,36 juta, turun dari total aset per Desember 2014 yang sebesar US$403,58 juta.

Buruknya kinerja keuangan Hexindo memperburuk citra perseroan. Dimana penurunan kinerja keuangan sudah dialami perseroan sepanjang tahun lalu. Dimana perolehan laba tahun berjalan menjadi US$ 11,95 juta atau turun 29,35% sepanjang 2014, dibandingkan dari perolehan sebesar US$ 16,91 juta di 2013. Ironisnya, penurunan laba sudah terjadi sejak tahun 2013 lalu.

Kala itu, perseroan membukukan penurunan laba sebesar 65,21% menjadi US$ 16,91 juta dibanding periode yang sama 2012 senilai US$ 48,61 juta. Kemudian pendapatan 2014 juga turun 16,9% menjadi US$ 284,7 juta, dibanding raihan pendapatan sebelumnya sebesar US$ 342,8 juta. Beban pokok turun 18,5% menjadi US$ 233,15 juta, dari beban pokok sepanjang 2013 sebesar US$ 286,13 juta.

Sementara itu, total aset perseroan turun 5,21% menjadi US$ 382,1 juta di 2014, dibanding perolehan sepanjang 2013 sebesar US$ 403,5 juta. Di tahun 2015 ini, kebutuhan alat berat akan meningkat sebesar 25% dan masih akan terus tumbuh hingga 2019. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha dan Pemilik Alat Berat dan Konstruksi Seluruh Indonesia (APPAKSI) Sjahrial Ong menyatakan, prediksi peningkatan kebutuhan alat berat sebesar 25% itu telah disesuaikan dengan program pembangunan infrastruktur nasional yang dicanangkan oleh pemerintahan saat ini,”Pada 2015, asosiasi memperkirakan pertumbuhan alat berat untuk konstruksi mencapai 25% atau mencapai 132.210 unit," katanya. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…