Produktivitas vs Ramadhan

Sudah bukan rahasia umum lagi bila tingkat produktivitas kerja menurun di saat bulan puasa Ramadhan. Bahkan menurut banyak penelitian, penurunannya hingga mencapai 50%. Kondisi tentu membuat kerisauan para pemilik perusahaan. Tidak seharusnya dalam bulan yang suci ini, segala aktivitas kerja positif yang pasti mendapat pahala berlipat ganda dari Allah SWT, kita malah berleha-leha dalam bekerja.

Coba kita lihat dalam keseharian mungkin kita sering melihat banyak orang tidur setelah habis salat Subuh hingga siang, bahkan sore hari. Atau banyak orang yang merebahkan tubuhya setelah salat di masjid. Apabila tidak tidur, biasanya banyak orang hanya berdiam diri tidak mau bekerja berat. Rasa malas tampaknya menyelimuti sebagian besar orang yang sedang berpuasa.

Rasa malas dalam meningkatkan produktivitas kerja, umumnya disebabkan alasan pada siang hari tidak makan dan minum, sehingga merasa letih dan kurang bugar. Namun, pada kenyataannya puasa menyehatkan. Bahkan banyak penelitian yang menegaskan puasa memberi efek sangat positif bagi kesehatan manusia seperti hasil penelitian Allan Cott MD, ahli kesehatan dari AS dalam bukunya berjudul Why Fast.

Menurut Allan, berbagai hikmah puasa antara lain merasa lebih baik secara fisik dan mental, terlihat dan merasa lebih muda, membersihkan badan, menurunkan tekanan darah dan kadar lemak, lebih mengendalikan seks, membuat badan sehat dengan sendirinya, mengendurkan ketegangan jiwa, menajamkan fungsi indrawi, memperoleh kemampuan pengendalian diri, dan melambatkan proses penuaan

Sayangnya, puasa yang sangat menyehatkan itu malah membuat sebagian umat Islam yang menjalaninya menjadi malas dan menurunkan produktivitas kerja. Terlihat lebih banyak tidur-tiduran dan meninggalkan aktivitas kerja berat. Masalah ini seperti berjalan akut dari tahun ke tahun. Setiap Ramadhan tiba, produktivitas sebagian umat Islam menurun. Padahal Nabi Muhammad SAW pernah bersabda,  bahwa puasa itu menyehatkan. Shuumuu tashihhuu (Berpuasalah, niscaya kalian sehat). Bahkan Nabi membuktikan saat berpuasa, tidak mengendurkan semangat juang dan produktivitas kerja. 

Ini terbukti ketika Nabi dan para sahabatnya berjuang demi Islam pada Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadan, saat pertama kali puasa disyariatkan Allah kepada Muhammad SAW. Sekitar 313 kaum muslimin, di bawah pimpinan Nabi Muahmmad Saw, berhasil mengalahkan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 950 orang di bawah komando Abu Sofyan.

Jika kita menyimak refleksi substansial dari perang Badar tersebut bukanlah pada perang fisiknya, melainkan pada etos kerja dan etos juang yang tak pernah surut meski nabi dan para sahabatnya waktu itu sedang berpuasa. Melalui peristiwa Perang Badar, semakin jelas puasa yang dilakukan sesuai tuntunan nabi akan mampu melestarikan dan menumbuhkan etos kerja dan etos juang yang tinggi.  

Fakta Perang Badar menjadi realitas yang amat kontradiktif dengan kenyataan umat Muslim saat ini. Bahwa, karena puasa tubuh jadi letih dan lemas, adalah wajar. Namun, bila karena puasa produktivitas, etos kerja, dan etos juang menjadi loyo, ini yang harus dibenahi.

Bagaimanapun, puasa sebagai syariat Islam memang dihadiahkan bagi muslim agar mampu meningkatkan produktivitas ibadah atau kerja. Banyak keistimewaan yang diberikan Allah pada bulan suci Ramadan, salah satunya seperti malam Lailatul Qadar. Pahala ibadah pada malam itu lebih baik dari 1.000 bulan, atau jika dikalkulasi sekitar 83 tahun empat bulan. Do’a pada malam ini begitu mustajab. Namun, waktunya tidak diberi tahu secara pasti oleh Allah SWT.

Banyaknya pahala dan kerahasian pada saat malam Lailatul Qadar  sejatinya juga sebagai motivasi agar umat Muslim meningkatkan produktivitas kerja, bukan malah memperbanyak tidur dan bermalas diri. Mereka yang memperbanyak ibadah atau meningkatkan produktivitas kerja pasti akan mendapat pahala berlipat ganda. Semoga! 

BERITA TERKAIT

Cegah Dampak El Nino

Ancaman El Nino di negeri belakangan ini semakin kentara, apalagi data BPS mengungkapkan sektor pertanian saat ini hanya berkontribusi sekitar…

Permendag Tak Akomodatif

  Meski aturan pembatasan jenis dan jumlah barang kiriman pekerja migran Indonesia (PMI) sudah dicabut, penumpang pesawat dari luar negeri…

IKN Magnet Investasi

  Eksistensi UU Cipta Kerja dinilai cukup strategis dalam memajukan perekonomian Indonesia. UU Cipta Kerja akan menjadi salah satu regulasi…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Cegah Dampak El Nino

Ancaman El Nino di negeri belakangan ini semakin kentara, apalagi data BPS mengungkapkan sektor pertanian saat ini hanya berkontribusi sekitar…

Permendag Tak Akomodatif

  Meski aturan pembatasan jenis dan jumlah barang kiriman pekerja migran Indonesia (PMI) sudah dicabut, penumpang pesawat dari luar negeri…

IKN Magnet Investasi

  Eksistensi UU Cipta Kerja dinilai cukup strategis dalam memajukan perekonomian Indonesia. UU Cipta Kerja akan menjadi salah satu regulasi…