Pemerintah akan menyisihkan lahan sekitar 3.000 ha di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Nusa Tenggaran Barat sebagai kawasan konservasi.

Kawasan konservasi tersebut ditujukan untuk memelihara spesies asli kawasan tersebut, sekaligus arena untuk kegiatan low inpact seperti berspeda atau hiking dalam rangka meminimalkan kerusakan flora dan fauna endemik.

Dalam pengembangannya, KEK Mandalika akan menggunakan teknik baru, inovatif, pengolahan air daur ulang, pembuangan limbah, serta penggunaan energi efisien.

Selain menyediakan kawasan konserviasi, pemerintah menetapkan pembangunan Kota Baru Global Hub Bandar Kayangan di Kabupaten Lombok Utara. 

Kayangan dipilih sebagai bandar persinggahan kapal besar berdasar studi Bappenas. Selat Lombok sebagai alur laut kepulauan Indonesia II dari Samudra Hindia menuju Samudra Pasifik menjadi pilihan pengalihan lintasan 40 kapal dunia yang biasanya melintasi Selat Malaka yang saat ini dianggap sudah terlalu padat.  

Selama ini, Bandar Kayangan dan Mandalika dalam perkembanganya mengalami beberapa kendala teknis maupun non teknis, seperti lahan dan infrastruktur pendukung yang belum memadai. 

Padahal kawasan Mandalika dinilai memiliki keunggulan geo-ekonomi dan geo-strategi dimana berfungsi untuk menampung  kegiatan  industri, ekspor-impor, dan pariwisata.

Oleh karena itu, BUMN Pariwisata PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) menerima penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 2,1 triliun untuk membangun kawasan tersebut.

Pembangunan kawasan tersebut diperkirakan memakan waktu lima tahun, terdiri dari kawasan industri seluas 3.000 ha, kawasan bisnis 1.000 ha, dan hunian 5.000 ha.

Sementara itu, Mandalika yang memiliki luas 1.035,67 ha akan menjadi bagian dari Zona Pariwisata karena lokasinya tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok (BIL). Mandalika merupakan tujuan wisata bahari dengan pantai berpasir putih dan panorama indah. Lokasinya pun berdekatan dengan Pulau Bali.