Ekonomi Melemah, BI Rate Diprediksi Tak Turun

 

 

NERACA

Jakarta – Ditengah kondisi perekonomian Indonesia yang sedang melesu, Pengamat Perbankan Dilan Batuparan menilai kondisi sekarang tak memungkinkan untuk Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuannya atau BI rate. Menurut dia, penurunan BI rate akan berpengaruh terhadap kemungkinan pelarian modal, terlebih modal yang masuk adalah modal asing yang mudah untuk datang dan pergi dari Indonesia.

Ia menegaskan, saat ini tingkat risiko Indonesia masih tinggi. Peluang di berbagai negara lain pun tak kalah menarik. "Jadi menurut saya, mau nggak mau untuk sementara ini bahwa bunga perbankan untuk industri tidak turun, ya iya," ujar Dilan, seperti dikutip, kemarin. Meski begitu menurutnya, menurunkan BI Rate bukan satu-satunya cara untuk menurunkan bunga perbankan ke industri.

Dilan mengungkapkan, Net Interest Margin (NIM) perbankan cukup tebal. Pada 2014 saja sekitar lima persen lebih. Sehingga ia mengatakan, masih ada peluang untuk mengurangi NIM perbankan. Caranya dengan disalurkan ke industri. "Jadi melalui cara itu, BI Rate tetap bisa seperti itu, tapi upaya untuk menurunkan bunga mestinya bisa dilakukan perbankan tanpa harus selalu mengacu pada BI Rate," Jelasnya. Dilan menambahkan, selama ini kebanyakan bank menunggu BI Rate turun jika ingin menurunkan bunganya.

Disisi lain, Pengamat Ekonomi dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan BI akan menurunkan tingkat bunga pada akhir tahun ini sebesar 50 basis poin di tengah dilema yang dihadapi bank tersebut. “Kami masih memperkirakan penurunan tingkat bunga sebesar 50 basis poin tahun ini meski kami menyadari peluang depresiasi rupiah masih tinggi di tengah ketidakpastian global," ujarnya.

Menurutnya, Keputusan bank sentral Amerika Serikat the Fed menunda penaikan tingkat bunga memberi peluang lebih banyak bagi BI untuk fokus pada isu domestik. Sedangkan mempertahankan kebijakan soal bunga tinggi di tengah penurunan pertumbuhan pinjaman membuat bank itu merevisi target pertumbuhan PDB antara 5% sampai 5,4% per tahun. “Ini merupakan dilema bank sentral sekarang menawarkan tantangan yang lebih berat,” ujarnya.

BI akhirnya merevisi turun pertumbuhan target PDB meski tidak ada pernyataan penurunan target pertumbuhan pinjaman yang saat ini pada 15% sampai 17% per tahun, ujarnya. Menurutnya, memperhitungkan penurunan pertumbuhan pinjaman, BI harusnya menyadari bahwa pendorong likuiditas dibutuhkan untuk mendampingi kebijakan makro ekonomi baru-baru ini, yakni mencapai target rendah 5%. “Itu berarti pertumbuhan harus rata-rata 5,1% per tahun untuk triwulan yang tersisa,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…