Pasar Modal Rawan Rapuh

Oleh: Ahmad Nabhani

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Lesunya perekonomian dalam negeri dan ditambah depresasi nilai tukar rupiah yang anjlok terhadap dolar AS membuat sentimen negatif terhadap laju indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terus terkoreksi sejak kuartal I hingga semester I-2015. Kondisi ini tentunya membuat kepanikan para investor dalam negeri yang ikut latah untuk melakukan aksi jual untuk menyelamatkan portofolio investasi saham agar tidak terus anjlok. Begitu banyaknya sentimen negatif di bursa saham juga memacu sebagian emiten untuk melakukan buyback saham seperti yang dilakukan MNC Grup.

Tentunya apa yang dilakukan pelaku pasar dan emiten, tentunya sikap yang wajar. Pasalnya, mensiasati kondisi pasar saham yang tidak kondusif ini harus lebih jeli dalam memutuskan investasi dan termasuk pelaksanaan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Tak heran, saat ini banyak calon emiten yang berencana listing di pasar modal dengan penawaran saham perdana menunda kembali sehingga membuat target IPO yang di pasang PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menuai skeptis bakal tercapai.

Tengok saja, rencana PT Phapros sebagai emiten farmasi milik pemerintah ini menjadwal kembali untuk IPO pada tahun depan atau molor yang sejatinya bakal di lakukan tahun ini. Pertimbangan kondisi pasar saham yang belum kondusif menjadi alasan utama. Rupanya langkah yang sama juga dilakukan PT Wika Realty dan Big TV yang juga menunda go public dengan berbagai alasan.

Ya berbicara IPO, sangat memperhatikan betul timing yang tepat agar saham yang ditawarkan bisa diserap pasar. Meskipun hal ini bukan menjadi indikator utama baik dan buruknya fundamental sebuah perusahaan. Namun biasanya, sebagian pelaku pasar beranggapan, awal yang bagus biasanya bakal berlanjut hingga berikutnya dan sebaliknya awal yang buruk bakal menjadi catatan buruk. Pandangan negatif inilah yang masih dipegang kuat oleh pelaku pasar dan termasuk perusahaan penjamin emisi.

Semua pelaku pasar dan investor tentunya berharap untung dan menekan betuk risiko kerugian, karena itu mempertimbangkan kondisi pasar dan waktu yang tepat menjadi hal penting sebelum ceroboh dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Terlepas dari itu semua, sikap optimisme pelaku pasar dan investor perlu dipegang kuat agar tidak terlalu khawatir yang berlebihan dalam berinvestasi saham dan sebaliknya malah dimanfaatkan investor asing untuk berburu saham-saham yang sudah murah.

Tak ayal jauh-jauh hari, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghimbau kepada investor lokal untuk bisa menyerap saham-saham go public dan termasuk saham-saham yang sudah murah, ditengah derasnya dana asing yang keluar di pasar modal. Bagaimanapun juga peran keberadaan investor lokal dinilai penting untuk menjaga fundamental kuat industri pasar modal dan bukan sebaliknya mudah di setir oleh investor asing karena dominasi kepemilikan saham investor asing.

Sudah saatnya, industri pasar modal dibangun secara kokoh dengan memperkuat basis investor lokal daa bukan sebaliknya, nilai kapitalisasi pasar saham yang besar namun rawan rapuh karena dominasi investor asing yang semaunya bisa keluar kapan saja. Maka diharapkan dengan basis investor lokal yang kuat, sederas apapun sentimen negatif terhadap industri pasar modal baik itu dari dalam dan luar negeri tidak mudah goyah.

BERITA TERKAIT

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

BERITA LAINNYA DI

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…