Bisnis Perbankan Sejalan dengan Pertumbuhan Ekonomi

 

 

NERACA

Jakarta - Direktur Keuangan PT Bank Danamon Indonesia Tbk Vera Eve Liem menilai pertumbuhan bisnis perbankan tidak akan terlepas dan senantiasa mengikuti laju pertumbuhan ekonomi. "Kalau ekonomi menurun maka akan berdampak pada perbankan. Jadi tahun ini jangan kaget, karena bisnis bank tidak bisa bertolak belakang dengan kondisi pertumbuhan ekonomi," ujar Vera di sela-sela buka puasa bareng media di Jakarta, Jumat.

Pada triwulan I-2015, pertumbuhan ekonomi relatif melambat bila dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya yakni hanya 4,7 persen (yoy). Vera menuturkan, adanya perlambatan ekonomi tersebut telah berdampak pada bisnis perbankan yang tercermin dari laba bersih perseroan yang mengalami penurunan pada kuartal I 2015 hingga 21 persen menjadi Rp687 miliar.

Namun demikian, lanjut Vera, pihaknya mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi nasional akan membaik ke depannya dan diharapkan berdampak positif kepada bisnis bank. "Kita melihat di tahun depan, diharapkan dengan dukungan pemerintah ekonomi akan membaik yang tentu berdampak pada proyeksi kita," kata Vera.

Ia sendiri juga menambahkan bahwa kondisi ekonomi saat ini yang relatif tidak terlalu baik, jangan dijadikan sebagai tolak ukur pada perbankan. "Kita harus melihat tahun depan. Bank siap, modal perbankan tinggi, likuiditas longgar. Sebenernya momentum itu yang mesti kita lihat," ujar Vera.

Vera menambahkan, Danamon belum akan melakukan revisi rencana bisnis bank (RBB), khususnya pada pertumbuhan bisnis perseroan. Pihaknya akan melakukan kajian terlebih dahulu untuk menentukan apakah ada revisi atau tidak pada RBB sebelumnya. "Nanti, masih dikaji. Secara keseluruhan target pertumbuhan di atas 10 persen, belum mengubah, memang di kuartal I ada pelambatan, tapi kita harap kondisi akan membaik di kuartal II dan berikutnya tapi kita belum mengubah target," kata Vera.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menilai bahwa salah satu cara untuk menjaga perekonomian Indonesia agar tetap tumbuh di atas lima persen pada tahun 2015 ini yakni dengan mendorong tingkat konsumsi masyarakat. "Konsumsi masyarakat harus tetap dijaga, dengan jumlah penduduk Indonesia yang cukup banyak maka diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perlambatan global," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin.

Ia memprediksi bahwa durasi perlambatan ekonomi saat ini akan lebih lama dibandingkan tahun 2008 lalu. Hal itu dikarenakan pada 2008 lalu kondisi ekonomi Tiongkok masih mencatatkan pertumbuhan serta harga komoditas yang tidak bergejolak. "Saat ini perekonomian Tiongkok melambat dan harga komoditas cenderung turun. Bagi perbankan, yang pintar menahan kredit macet (NPL) dan pintar ekspansi akan selamat dari krisis tahun ini," ucapnya.

Ia juga mengatakan bahwa salah satu penopang ekonomi domestik yakni perbaikan infrastruktur. Untuk mendukung perekonomian domestik, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit infrastruktur pada semester I sekitar 10 triliun. Pada semester II nanti, diperkirakan kredit infrastruktur mencapai Rp5-Rp10 triliun.

Sementara itu di tempat yang sama, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Abiprayadi Riyanto mengatakan bahwa melambatnya perekonomian, baik global maupun domestik telah terefleksi dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengalami penurunan. "Reaksi industri pasar modal lebih cepat dibandingkan industri lainnya. IHSG telah tertekan cukup dalam dan investor asing juga cenderung menarik dananya keluar dari pasar saham," ucapnya.

Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih mengatakan pertumbuhan ekonomi quartal to quartal telah dua kali mengalami minus berturut-turut. Kuartal keempat tahun 2014 minus 2,1 persen dan kuartal pertama tahun ini minus 0,18 persen. Menurut dia, jika kondisi ini berlangsung sekali lagi maka Indonesia memasuki masa resesi secaratextbook. Ini artinya ekonomi melambat di bawah garis 0 persen. "Ini tidak lagi lampu kuning, tapi lampu merah. Apa perlu kita minus 3 kali baru diperbaiki, enggakusah menunggu bahaya lagi," katanya.

Lana menambahkan, pertumbuhan ekonomi secara kuartal lebih realistis dibanding year on year karena lebih menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Anjloknya ekonomi dua triwulan berturut-turut ini perlu diwaspadai pemerintah. Dia berkata,  ekonomi mengalami penurunan sejak Bank Indonesia mengumumkan BI rate tahun 2013 yang didesain untuk memperlambat ekonomi. Namun perlambatan ekonomi menjadi lebih dalam karena ada gangguan dalam konsumsi masyarakat, seperti kenaikan harga barang-barang yang di antaranya adalah tarif bahan bakar minyak (BBM )dan elpiji.

BERITA TERKAIT

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 - Tingkatkan Literasi Keuangan

Tingkatkan Literasi Keuangan Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 NERACA Jakarta - Komitmen untuk…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 - Tingkatkan Literasi Keuangan

Tingkatkan Literasi Keuangan Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 NERACA Jakarta - Komitmen untuk…