Hammock Jadi Bisnis Masa Kini

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah hammock dan hammocking semakin populer di kalangan masyarakat yang hobi beraktivitas di luar ruangan, seperti di pantai maupun di gunung.

Hammock merupakan sebutan untuk ayunan yang terbuat dari kain pilihan yang mempu menahan beban tubuh orang yang duduk atau tidur di atasnya, sedangkan hammocking merupakan kegiatan yang memanfaatkan hammock. Tak ayal, Hammock bisa dibilang menjadi bisnis unik masa kini, yang bisa meraup pundi-pundi rupiah.

Hal itu pun diambil oleh, Ciputra Heryanto yang memproduksi hammock dengan merek Trippy Stuff sejak April 2014. Dia melihat penggunaan hammock saat ini sedang tren di kalangan anak muda, sehingga pasarnya pun sangat besar.

Pria yang gemar jalan-jalan ini memulai bisnisnya dengan modal sekitar Rp5 juta, yang digunakan untuk riset bahan dasar kain, kekuatan tali webbing dan nautical, serta kualitas carabiner yang digunakan.

Hammock Trippy Stuff buatannya tersebtu menggunakan bahan 100% parachute nylon yang biasa digunakan produsen hammock di luar negeri, sedangkan alat untuk menggantung menggunakan S-hooks yang terbuat dari stainless steel. “Kami juga memproduksi hammock dengan perpaduan dua warna yang berbeda dengan produk lain,” katanya.

Sementara itu, proses produksi di awali dengan mempersiapkan bahan yang akan dijahit. Dua bahan dengan warna yang berbeda dipotong sesuai dengan ukuran yang ditentukan.

Setelah lembaran hammock dijahit, kemudian ditambahkan nautical ropes dan S-hooks, sambil memastikan tidak ada jahitan yang lepas. Setelah itu, produk kemudian di pak dan siap dipasarkan.

Trippy Stuff menawarakan hammock yang diproduksi terdiri atas dua jenis, yakni hammock berukuran single yang dipatok Rp225.000, dan hammock berukuran double seharga  Rp300.000. Harga tersebut sudah termasuk webbing.

Dalam sebulan, Trippy Stuff mampu memproduk dan memasarkan 60 set hammock yang dibantu lima orang tenaga kerja. Saat ini, proses produksi hammock Trippy Stuff dilakukan di Bandung, namun untuk pemasaran sudah mencapai beberapa kota besar seperti Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan Sumba.

Dari penjualan Hammock tersebut, Putra bisa meraup omzet hingga Rp15 juta per bulan, dengan margin keuntungan sekitar 30%-50%. Selama ini, proses promosi Trippy Stuff dilakukan secara online. Baik melalui forum jual beli online serta akun media sosial Instagram @hammocktrippy, dengan menyasar konsumen yang hobi traveling ke pantai atau gunung. “Tapi target utamanya adalah konsumen yang sadar akan kualitas produk, karena produk kami berberda dengan hammock lain yang ditawarkan dengan harga yang lebih murah,” katanya.

Namun, target pasarnya tesebut ternyata sama disasar oleh brand luar negeri, sehingga persaingannya cukup ketat, dan menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh Trippy Stuff.

Nah, untuk menyiasati hal tersebut, Ciputra terus menggenjot promosi produknya melalui sponsorship program, dan yang belum lama dilakukan adalah dengan mendukung pelaksanaan kegiatan fun gatheringHammockers Indonesia. “Kami juga terus meningkatkan kualitas produk, dan memberikan potongan harga pada produk-produk tertentu sebagai bentuk promosi,” imbuhnya.

Trippy Stuff juga terus memperluas jaringan distribusi dan promosi melalui reseller yang saat ini sudah tersebar di beberapa kota besar. Jika ke depannya strategi tersebut masih belum berhasil mengatasi kompetisi, maka strategi segera diubah dengan mengevaluasi apa yang sudah dilakukan.

Ciputra menilai, prospek bisnis hammock tidak akan padam, karena pencinta traveling yang menjadi target pasar di Indonesia dan di luar negeri semakin banyak. Selain itu, semakin banyak orang yang sadar tentang fungsi hammock dan lebih menyukai light traveling daripada harus repot-repot membawa tenda dan membawa beban yang berat kemana-mana.

Seperti diketahui,  banyak Antropolog percaya bahwa hammock ditemukan oleh masyarakat adat Maya, 1000 tahun sebelum Columbus menemukan Amerika. Mereka

membuat hammock menggunakan kulit pohon dan serat tanaman. Hammock menawarkan perlindungan dari tanah, ular, tikus dan makhluk beracun lainnya.

Sementara itu, di Indonesia sendiri, hammocking sebenarnya sudah sering digunakan di keseharian masyarakat, dalam bentuk ayunan untuk bayi yang biasanya dibuat menggunakan kain panjang.

Hammocking semakin populer sebagai pengganti berkemah menggunakan tenda. Pada umumnya,hammocking hanya menggunakan dua batang pohon, juga bisa digunakan di mana saja, seperti tebing dan batu besar.

Selain karena penggunaannya yang relatif mudah, hammock juga dapat dibuat sendiri menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar rumah. Namun, karena membutuhkan tingkat keamanan yang cukup tinggi, banyak orang yang lebih memilih membeli hammock yang dibuat oleh produsen atau pengrajin.

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX

  Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX  NERACA  Jakarta – AMG (Alternative Media Group)…

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…

BERITA LAINNYA DI Keuangan

Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX

  Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX  NERACA  Jakarta – AMG (Alternative Media Group)…

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…