Jumlah Profesi Penunjang Turun - Industri Pasar Modal Alami Krisis SDM

NERACA

Jakarta – Persaingan industri pasar modal di Asia semakin ketat, maka untuk memenangkan persaingan tersebut menghadapi masyarkat ekonomi ASEAN atau MEA, tentunya diperlukan pengambangan produk dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Namun saat ini, bicara SDM di pasar modal di Indonesia masih terbatas dibandingkan dengan negara lain.

Tengok saja, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin disebutkan jumlah lembaga dan lembaga profesi penunjang pasar modal turun. Jumlah total lembaga dan profesi penunjang pasar modal per akhir Mei 2015 sebanyak 34.437. Penurunan itu dinilai mengkhawatirkan, sebab pasar modal menjadi salah satu sektor yang dinilai riskan bagi Indonesia di era Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang memiliki persaingan ketat.

Jumlah lembaga dan profesi penunjang pasar modal per akhir Mei 2015 yang sebanyak 34.437, merosot jika dibandingkan akhir 2014 yang mencapai 37.685. Penurunan tertinggi terjadi pada profesi wakil agen penjual efek reksadana (waperd).

Pada penghujung tahun lalu, jumlah waperd tercatat sebesar 21.484 orang. Namun per akhir Mei 2015 jumlahnya berkurang sebanyak 3.563 orang menjadi 17.921 orang. Di akhir April 2015, jumlahnya sempat bertambah jadi 22.856 orang, namun berkurang drastis 4.935 orang di bulan Mei.

Penurunan juga terjadi pada jumlah notaris. Akhir tahun lalu, jumlah notaris tercatat sebanyak 1.689. Kemudian, di akhir bulan lalu jumlahnya tersisa 1.686. Penasihat investasi juga menyusut dari tujuh menjadi hanya enam. Begitu pula jumlah manajer investasi (MI) berkurang satu.

Ada 20 pihak yang termasuk dalam lembaga dan profesi penunjang pasar modal. Mereka adalah self regulatory organizations (SRO) yang terdiri dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Lalu ada perusahaan efek yang berjumlah 140 perusahaan. Perantara pedagang efek (PPE) sebanyak 123 perusahan. Penjamin emisi efek sebanyak 98 perusahaan. Lalu ada wakil perantara pedagang efek (WPPE) dan wakil penjamin emisi efek (WPEE).

Jumlahnya per akhir Mei 2015 masing-masing sebanyak 8.199 orang dan 1.935 orang. Ada juga penasihat investasi sebanyak enam orang. Agen penjual efek reksadana (aperd) sebanyak 24 perusahaan. Kemudian, MI sebanyak 80 perusahaan, wakil manajer investasi (WMI) sebanyak 2.707 orang.

Bank Kustodian ada 22 perusahaan, biro administrasi efek (BAE) sebanyak 12 perusahaan, dan perusahaan pemeringkat efek ada tiga. Wali amanat tercatat ada 11, penilai ada 170, notaris 1.868, konsultan hukum 722. Adapun, jumlah akuntan ada 574 orang dan Lembaga Penilai Harga Efek Indonesia (LPHEI) ada satu. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…