BANK DUNIA PANGKAS PERTUMBUHAN RI JADI 4,7% - Kinerja Ekspor Masih Loyo

 

Jakarta – Di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini, kinerja ekspor produk Indonesia ternyata belum bisa bergerak naik. Menurut data BPS, dari 22 komoditas ekspor ternyata 18 diantaranya mengalami penurunan harga di pasar internasional. Akibatnya, total devisa ekspor Mei turun 15,24% dibandingkan Mei 2014 menjadi US$ 12,56 miliar. Sementara Bank Dunia kembali memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 menjadi 4,7% dari sebelumnya 5,2%.

NERACA

Menurut Kepala Badan Statistik (BPS) Suryamin, hanya sedikit harga komoditas ekspor Indonesia yang mengalami kenaikan. Seperti kakao, harga Mei 2015 dibanding Mei 2014 mengalami kenaika tipis 2,31%. Sedangkan apabila dilihat Mei 2015 dibanding April 2015 naik 8,01%.

Bahkan, secara kumulatif dari Januari-Mei 2015, nilai ekspor turun hingga 11,84% bila dibanding periode yang sama tahun lalu. Kepala BPS Suryamin mengatakan dari 22 komoditi ekspor yang diamati oleh BPS, terdapat 18 komoditi yang turun pada Mei 2015 dibanding Mei 2014.

Hal yang sama juga dialami komoditas batubara. Harga batubara turun 18%, meskin harga Mei dibanding April naik 5,02%. Harga minyak kelapa sawit (CPO) juga turun hingga 26,32%. "Harganya belum stabil," ujar Suryamin di kantornya, Senin (15/6).

Komoditas lainnya yang menaglami penurunan harga adalah tembaga turun 8,65%, karet (-11,11%), nikel (- 30,36%), perak (-12,95%) dan timah turun hingga 32,09%.

Meski demikian, secara kumulatif Januari-Mei 2015, neraca perdagangan RI mengalami surplus perdagangan sebesar US$3,75 miliar yang terdiri dari total ekspor US$  64,72 miliar dan impor US$ 60,97 miliar. “Jadi ini selama 5 bulan dari Januari sampai Mei 2015 kita surplus terus," ujar Suryamin.  

Menurut dia, share terbesar ekspor disumbang oleh minyak hewan dan nabati sebesar US$7,94 miliar dan bahan bakar mineral US$7,36 miliar. Adapun pangsa pasar ekspor nonmigas Indonesia terbesar yaitu ke Amerika Serikat sebesar US$6,44 miliar, Jepang (US$5,62 miliar), dan Tiongkok mencapai US$5,41 miliar. Sedangkan ekspor nonmigas ke ASEAN mencapai kenaikan 11,33% dan ke Uni Eropa sebesar 6,28%.

Kondisi Ekonomi Sulit

Laporan Global Economic Prospects (GEP) terbaru dari Bank Dunia yang diterima Neraca awal pekan ini mengungkapkan, negara-negara berkembang menghadapi serangkaian tantangan berat di tahun 2015, termasuk adanya prospek biaya pinjaman yang lebih tinggi karena mereka harus beradaptasi dengan era baru harga minyak dan komoditas penting lain yang lebih rendah. Hal tersebut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang telah mengecewakan selama empat tahun terakhir. Negara berkembang kini diproyeksikan tumbuh 4,4% (2015) dengan kemungkinan naik 5,2% pada 2016, dan 5,4% pada 2017.

"Semenjak krisis keuangan, negara berkembang adalah mesin pertumbuhan dunia. Tetapi sekarang mereka menghadapi kondisi ekonomi yang lebih sulit," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.

Dia mengakui, kenaikan suku bunga di Amerika, pinjaman semakin lebih mahal bagi negara berkembang selama beberapa bulan mendatang. Proses ini akan berlanjut mengingat pemulihan ekonomi Amerika terus berlangsung dan suku bunga di negara-negara besar lainnya tetap rendah.

Namun laporan tersebut mengingatkan adanya risiko cukup besar. Sama halnya ketika, pada tahun 2013, pengumuman normalisasi kebijakan Amerika menyebabkan gejolak di pasar keuangan - dikenal sebagai "taper tantrum" - prospek naiknya suku bunga The Fed AS karena krisis keuangan global, dapat memicu volatilitas pasar dan mengurangi arus modal ke negara berkembang hingga 1,8 poin persentase dari PDB.  

"Perlahan tapi pasti ekonomi global bergeser. Tiongkok berhasil menghindari masalah untuk saat ini dan mengurangi pertumbuhan menjadi 7,1%. Brazil, dengan skandal korupsinya, kurang beruntung dan terperosok ke dalam pertumbuhan negatif. Dengan pertumbuhan yang diharapkan sebesar 7,5% pada tahun ini, India, untuk pertama kalinya, memimpin pada grafik pertumbuhan ekonomi Bank Dunia. Ancaman utama terhadap gambaran ini adalah kenaikan suku bunga Amerika," kata Kaushik Basu, Chief Economist Bank Dunia.  

Hal ini terutama akan berdampak buruk pada negara berkembang yang lebih rentan dan dapat melemahkan prospek pertumbuhan. Untuk negara berkembang eksportir komoditas yang sudah berupaya menyesuaikan diri dengan harga komoditas yang masih rendah, atau negara-negara yang mengalami ketidakpastian kebijakan, perlambatan arus modal akan memperuncing tantangan mereka.

Menurut dia, harga lebih rendah untuk minyak dan komoditas strategis lainnya telah menyebabkan perlambatan di negara berkembang; banyak yang sangat bergantung pada ekspor komoditas. Sementara importir komoditas menerima manfaat dari inflasi yang lebih rendah, tekanan biaya fiskal dan biaya impor, rendahnya harga minyak belum bisa memacu kegiatan ekonomi secara signifikan. Banyak negara tetap menghadapi kekurangan pasokan listrik, masalah transportasi, irigasi, dan layanan infrastruktur penting lainnya, serta bahaya banjir dan kekeringan parah karena gangguan iklim, dan juga ketidakpastian politik.

Tertahan oleh lemahnya kepercayaan investor dan inflasi yang lebih tinggi, pertumbuhan Brazil diperkirakan mengalami kontraksi 1,3% pada tahun 2015, berubah sebanyak 2,3% dibandingkan  Januari. Sementara itu, ekonomi Rusia yang dilanda penurunan harga minyak dan sanksi, diperkirakan mengalami kontraksi 2,7%. PDB Meksiko diproyeksikan bertambah 2,6%, akibat perkembangan di Amerika serta penurunan harga minyak. Di Tiongkok, perlambatan terus dikelola secara hati-hati, dan pertumbuhan 7,1% cenderung masih kuat.

Di India, negara importir minyak, reformasi telah memperkuat kepercayaan investor dan penurunan harga minyak telah mengurangi kerentanan, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat hingga 7,5% pada tahun 2015.

Laporan tesebut juga mengungkapkan, negara-negara berpenghasilan rendah yang bergantung pada ekspor komoditas dan investasi, sangat rentan. Selama “commodities boom” di pertengahan tahun 2000-an, perekonomian mereka diperkuat dengan temuan-temuan tambang dan sumber mineral baru, investasi pada sumber daya alam, dan ekspor komoditas yang berkembang.

Menanggapi laporan Bank Dunia itu, Menkeu Bambang PS Brodjonegoro menyatakan, Bank Dunia yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi sejumlah kawasan dan negara, termasuk Indonesia adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi pemerintah Indonesia.

“Makanya itu kami anggap tantangan. Saya sudah bilang kalau bikin revisi selalu melihat kondisi, ya sudah itu kami anggap kondisi yang riil,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Bambang, pada dasarnya pemerintah selalu memantau pergerakan ekonomi global yang menjadi salah satu indikator realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Misalnya saya dapat kabar pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan dipangkas dari 3% ke 2,5%, jadi memang tahun ini tahun yang berat,” ujarnya.

Dia mengakui secara umum selama kuartal I-2015, sebagian besar membuat lambatnya pertumbuhan ekonomi dikarenakan masalah global. Tercatat, pada kuartal I-2015, pertumbuhan ekonomi RI hanya 4,7%. “Semuanya turun. Hanya sedikit yang naik, Filipina 5,8% pada kuartal I-2015, itu di bawah perkiraan mereka 6,2%,” ujarnya.

Bank Dunia juga memangkas proyeksi pertumbuhan sejumlah kawasan dan negara, termasuk Indonesia. Untuk pertama kalinya lembaga internasional tersebut menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi di bawah 5% yaitu 4,7%  dari semula 5,2% pada 2015. Sementara proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi 2016 hanya 5,2% dari semula 5,6%. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…