Pertumbuhan Ekonomi akan Sedikit Lebih Rendah dari Target

NERACA

 

Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2015 akan mencapai 5,2-5,2 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan target pertumbuhan ekonomi pemerintah 5,4 persen. "Saya sih lebih realistis di 5,2-5,3 persen, itu skenario optimis ya. Kalau pemerintah kan 5,4 persen, kalau segitu selama sisa tiga triwulan harus 5,6 persen. Saya tidak yakin," ujar Enny di Jakarta, Kamis (11/6).

Enny sendiri lebih sepakat dengan Bank Indonesia yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2015 akan mencapai 5,1 persen. BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya 5,4 persen. "Target pertumbuhan ekonomi itu tidak hanya sekadar target, tapi juga harus diikuti oleh restrukturisasi lagi katakanlah misalnya politik anggaran. Yang jadi persoalan, APBNP 2015 saja kemarin sudah mengalami keterlambatan sehingga Mei baru bisa, kalau harus ada APBNP lagi, ya terus kapan," kata Enny.

Enny menuturkan, pertumbuhan konsumsi Indonesia sebelumnya tidak pernah anjlok di bawah 5,5 persen. Menurut dia, apabila pertumbuhan konsumsi masih 5,5 persen atau minimal 5,4 persen, besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi tidak akan di bawah 5 persen. "Cuma persoalannya, sekarang ini kan konsumsi benar-benar drop. Bahkan rasanya Juli ini saja walaupun sudah digembar-gemborkan pemerintah dengan bikin keppres dan sebagainya, inflasi Juli itu bisa menembus 1 persen (mtm)," ujar Enny.

Ia menilai, tingginya inflasi Juli disebabkan dua faktor yang bersamaan yakni musim lebaran dan tahun ajaran baru. Apabila inflasi menembus satu persen, lanjutnya, sulit mengembalikan daya beli masyarakat sehingga pertumbuhan konsumsi diperkirakan hanya tumbuh 5,1 atau 5,2 persen saja. "Kalau konsumsi hanya segitu (5,1-5,2 persen), besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2015 hanya 5 persen saja," kata Enny.

Bank Indonesia (BI) juga mengasumsikan target pertumbuhan ekonomi 2016 hanya mencapai 5,1 persen. Kendati berbeda dengan asumsi yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu), namun pertumbuhan ini dianggap lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Seperti diketahui, Kemenkeu mengasumsikan pertumbuhan ekonomi akan berada pada rentang 5,8 hingga 6,2 persen. "BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua, ketiga, dan keempat 2015 diperkirakan masing-masing mencapai 4,9 persen, 5,3 persen, dan 5,4 persen," tutur Gubernur BI Agus Martowardojo.

Pertumbuhan ekonomi kuartal II diperkirakan bakal mendapatkan dorongan melalui belanja dan proyek infrastruktur pemerintah. Hal tersebut diharapkan mampu diimplentasikan oleh pemerintah tahun ini. "Pada 2016 akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Meskipun tidak cukup signifikan, ekonomi tahun depan diproyeksikan dapat tumbuh pada rentang 5,4 - 5,8 persen, masih tetap lebih tinggi dari besaran 2015,"pungkasnya.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengasumsikan pertumbuhan ekonomi akan berada pada rentang 5,8 hingga 6,2 persen. Kondisi tersebut, dapat tercapai didorong oleh konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah dan ‎investasi swasta. "‎Memang akan menjadi bahan perdebatan, terutama karena kuartal I yang masih mengalami perlambatan dengan 4,7 persen," ujarnya.

Sementara itu, inflasi diasumsikan pada level 4 persen plus minus 1 persen,‎ maupun suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan pada rentang 4 hingga 6 persen. Sedangkan untuk defisit anggaran ditargetkan 1,7 persen hingga 2,1 persen. "Adapun defisit untuk posisi 2015 ditargetkan sebesar 1,9 persen. Jadi memang‎ masih pada rentang yang sama untuk tahun depan," imbuh dia.

Di sisi lain,arah kebijakan 2016 memiliki tema penguatan dalam fiskal dalam rangka memperkokoh, stimulasi fiskal maupun menjaga daya tahan serta stabilitas fiskal . "Untuk defisit anggaran belanja kami usulkan pada 2016 ini targetnya defisitnya 1,9 persen kira-kira sama dengan yang di usulkan dari 2015. Sedangkan range defisit anggaran belanja 2016,lebih rendah di RAPBN pada kisaran 1,7-2,1 persen dari PDB," tandasnya.

 

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…