Merajut Bisnis Pakaian dari Limbah Garmen

 

Anda mungkin pernah dengar sentra produksi baju anak yang terletak di Gang Pesantren, Jalan Pagarsih, Bandung sudah cukup terkenal dengan harga jualnya yang miring. Kenapa begitu, karena bahan baku kain diambil langsung dari pabrik garmen. Sebagian besar produsen mengambil kain-kain sisa produksi dari pabrik garmen secara cuma-cuma atau limbah . Itu sebabnya, harga jual pakaian anak di tempat ini bisa lebih murah dari tempat lain. Tapi ada juga produsen yang lebih banyak membeli kain dari agen. 

Irvan Mauludin, pemilik Toko Irvin Collection bercerita, untuk kegiatan produksi dia sebagian besar menggunakan bahan baku limbah kain dari pabrik garmen. Dia mengumpulkan sendiri dengan cuma-cuma ketika ada pesanan datang. 

Dia mengaku pesanan yang datang tidak menentu tiap harinya, namun lumayan stabil dan cenderung tidak turun. Itu sebabnya Irvan tidak ingin pindah atau membuka usaha baju anak di tempat lain. Dia sejatinya melanjutkan usaha sang ayah yang sudah berjalan sejak tahun 1991. Dia mulai mengambil alih kegiatan produksi di tahun 2013 silam.

Lantaran bahan baku kain dia dapatkan dengan cuma-cuma, ongkos produksi jadi lumayan murah. Dia hanya harus mengeluarkan biaya gaji pegawai dan biaya pembelian benang jahit. Di rumahnya, Irvan memiliki mesin jahit dan mesin sablon sendiri.

Dia dibantu tiga karyawan. Dua orang bertugas memotong kain dan menjahit, satu orang sisanya bertugas menyablon pakaian. "Saya memberdayakan saudara sendiri untuk membantu produksi," katanya.

Sementara itu, produsen baju lainnya, Epi, merasakan penurunan permintaan sejak pertengahan tahun lalu. Meski tidak mengetahui penyebabnya, dia mengaku tahun ini menjadi tahun yang paling sepi pembeli dibanding tahun-tahun sebelumnya. Rata-rata dia cuma bisa meraup omzet sekitar Rp 5 juta per bulan.

Usaha Epi bisa sedikit terdongkrak ketika menjelang Lebaran. Pada momen tersebut biasanya permintaan meningkat. "Saya bisa dapat omzet hingga Rp 60 juta," ujarnya.

Sedangkan Encep, penjual grosir baju anak di Toko Mentari, tidak menggunakan kain limbah untuk produksi. Dia lebih banyak membeli kain ke agen jika ada permintaan. Lantaran menjual dengan sistem grosir, dia mematok pembelian minimal sebanyak 10 potong baju. Untuk mempermudah, dia sudah membungkus pakaian anak dalam satu kantung berisi 10 potong pakaian.

BERITA TERKAIT

Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX

  Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX  NERACA  Jakarta – AMG (Alternative Media Group)…

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…

BERITA LAINNYA DI Keuangan

Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX

  Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX  NERACA  Jakarta – AMG (Alternative Media Group)…

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…