Tumbuh Subur dari Kreasi Taman Mini

Bagi khalayak ramai, mungkin belum banyak yang tahu, potensi florikultura atau tanaman hias di Indonesia sangat besar. Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brasil. Dengan kata lain, negara ini punya sumber daya genetik yang tinggi untuk dikembangkan.

Fakta itulah yang menginspirasi Raden Nanda Teguh merintis usaha Little Gardenia. Pria yang akrab disapa Nanda ini bercerita, ketika masih sebagai mahasiswa, ia pernah mengikuti pelatihan tentang tanaman hias, khususnya terrarium. Saat itu, ia mulai tertarik dengan tanaman hias.

Dus, sejak pertengahan 2013, ia melakukan riset dan percobaan mengenai tanaman hias. Agar memberi nilai tambah pada tanaman hias, Nanda  mengkreasikan tanaman hias dalam wadah atau yang dikenal dengan sebutan terrarium.

Nanda mengatakan, terrarium mulai masuk ke tanah air sejak 2004. Namun, terrarium baru dikomersialkan alias dijual sejak tahun 2010. Untuk mengembangkan pasar terrarium, Nanda pun merintis Little Gardenia sejak Januari 2014.

Pria kelahiran Sukabumi ini tak sembarangan memilih terrarium sebagai produk yang dikembangkan. Tujuan utamanya dalam Little Gardenia ialah memasyarakatkan tanaman hias. Menurut Nanda, masyarakat hanya mau membudidayakan tanaman hias jika sudah mencintai florikultura.  

Dia membuat miniatur kebun dalam wadah untuk memudahkan masyarakat memelihara tanaman hias. “Dengan semakin mudah akses tanaman hias dalam rumah, otomatis kecintaan terhadap tanaman hias pun meningkat,” ucapnya.

Nanda bercerita, dulu ia hanya punya tabungan Rp 100.000 untuk modal usaha. Untuk mendapat tambahan modal, ia mengirimkan proposal kegiatan mahasiswa pada Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Dikti pun mengucurkan dana Rp 4 juta. Modal tersebut digunakan Nanda untuk membeli wadah dari bahan kaca dan keramik, serta pasokan tanaman hias.

Dalam masa persiapan selama enam bulan, ia membuat prototipe desain terrarium. Baru pada awal 2014, ia memasarkan karyanya. Respons pasar, menurut Nanda, sangat positif. Dalam sebulan, ia bisa membuat 1.500 buah terrarium berukuran kecil, 200 buah terrarium sedang, dan 100 buah terrarium besar.

Ia membanderol terrarium dengan kisaran harga Rp 40.000 –Rp 300.000 per buah, tergantung ukuran wadah. Saban bulan, pria yang baru berusia 21 tahun ini bisa meraup omzet sekitar Rp 10 juta. Nanda bilang, laba bersih dari usahanya bisa mencapai 60% dari omzet.

Nanda bilang, permintaan untuk terrarium terus meningkat. Di sisi lain, pemain yang memasarkan produk serupa pun bermunculan. Persaingan usaha pun semakin terasa. Beberapa pemain lain malah ada yang menjual terrarium di atas harga Rp 1 juta per buah. Tak tanggung-tanggung, pesaingnya mengimpor bunga dari negeri Eropa. “Antar-pemain jadi bersaing kreativitas membuat katalog produk yang semakin beragam,” tutur dia.

Namun, Nanda lebih memilih bahan baku tanaman hias dari negeri sendiri. Ia bekerjasama dengan petani di Jawa Barat dengan sistem kemitraan. Nanda membina para petani untuk menghasilkan tanaman hias berkualitas tinggi. Lantas, ia membeli hasil tani tersebut untuk dijadikan bahan baku pembuatan terrarium.

Kreativitas Nanda pun diganjar penghargaan Shell LiveWire Business Start-up Awards, tahun lalu. Nanda mengatakan, untuk membuat terrarium, hal utama yang paling penting ialah komposisi tanaman yang dimasukkan dalam wadah. “Kalau komposisi tidak bagus, tanaman hias tidak bisa berkembang,” ujar dia.

Ia cenderung memilih tanaman hias yang butuh waktu lama untuk bertumbuh. Jadi, pembeli pun tak perlu buru-buru memindahkan tanaman ke wadah lebih besar. Namun, ia bilang, jenis tanaman hias yang dipilih memang harus dirawat, minimal disiram air setiap hari. “Kalau didiamkan saja, dalam seminggu tanaman dalam wadah bisa mati,” ucapnya.

Untuk membuat terrarium dengan ukuran besar, Nanda butuh waktu sejam. Nanda bilang, ia tak menemui kesulitan berarti dalam pembuatan terrarium. “Yang penting, ada tanaman hias dan ada wadah, saya bisa bikin terrarium,” kata dia.

BERITA TERKAIT

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…

Stop Provokasi di Media Sosial, Pentingnya Netiket

  Stop Provokasi di Media Sosial, Pentingnya Netiket NERACA Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Cara Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital

  Cara Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital NERACA Jawa Tengah - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian…

BERITA LAINNYA DI Keuangan

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…

Stop Provokasi di Media Sosial, Pentingnya Netiket

  Stop Provokasi di Media Sosial, Pentingnya Netiket NERACA Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Cara Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital

  Cara Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital NERACA Jawa Tengah - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian…