Hipertensi Dapat Memicu Jantung dan Stroke

 

Hipertensi Dapat Memicu Jantung dan Stroke
Angka kejadian hipertensi atau tekanan darah tinggi meningkat selama beberapa dekade terakhir. Di Amerika Serikat, angka kejadian kasus baru hipertensi mencapai 90% per tahun. Sampai saat ini, hipertensi juga masih merupakan tantangan besar di Indonesia, karena merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yakni sebesar 25,8% (Riskesdas, 2013). Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum memadai meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
Hipertensi adalah sebuah kondisi terbanyak pada pelayanan primer yang dapat menyebabkan kematian otot jantung, stroke, gagal ginjal dan kematian apabila tidak ditangani secara tepat. Mengapa demikian? Sebab peningkatan tekanan darah secara perlahan namun terus-menerus akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah.
Dinding pembuluh darah pada pasien dengan tekanan darah tinggi akan rusak menjadi tidak rata. Dinding pembuluh darah yang tidak rata akan menyebabkan mudahnya terjadi bekuan atau sumbatan di dalam pembuluh darah. Apakah hal ini berbahaya? Tentu saja. Sumbatan dalam pembuluh darah dalam ukuran kecil kemungkinan  belum memberikan keluhan klinis. Namun, bagaimana dengan sumbatan yang besar?
Pembuluh darah bisa diumpamakan sebagai selang yang berisi air untuk menyiram tanaman, di mana air merupakan sumber asupan utama bagi tanaman. Seperti air yang merupakan asupan utama bagi tanaman, darah juga merupakan asupan utama bagi jaringan/organ. Bagaimana jika tanaman tidak disiram? Lama-kelamaan akan mati, bukan?
Pembuluh darah bertugas membawa darah dan komponennya ke jaringan. Untuk apa? Darah yang mengandung oksigen yang digunakan untuk melakukan metabolisme pada jaringan. Bisa Anda bayangkan, apa yang terjadi apabila terdapat sumbatan dalam pembuluh darah yang cukup besar? Aliran darah ke organ pun menjadi tidak lancar. Organ/jaringan yang tidak mendapatkan asupan darah yang cukup, lama-kelamaan dapat mengalami kematian sebagian jaringan, terutama bagian yang tidak mendapat asupan darah memadai.
Kerusakan pembuluh darah dapat terjadi di mana saja. Apabila mengenai pembuluh darah jantung bisa menyebabkan kematian otot jantung. Jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kematian otot jantung sangatlah berbahaya dan mengancam nyawa sebab, apabila jantung tidak dapat berfungsi, asupan darah ke seluruh tubuh pun akan terhenti. Kerusakan pembuluh darah di otak dapat menyebabkan kematian jaringan otak yang mengakibatkan stroke. Begitu pula kerusakan pembuluh darah di ginjal akan menyebabkan gagal ginjal.
Klasifikasi tekanan darah yang dianggap normal menurut Joint National Committee (JNC) 8 yaitu:
Usia ≥ 60 tahun memiliki target tekanan darah < 150/90.
Usia < 60 tahun memiliki target tekanan darah < 140/90.
Usia > 18 tahun dengan gagal ginjal kronis memiliki target tekanan daran <140/90.
Usia > 18 tahun dengan diabetes memiliki target tekanan darah < 140/90.
Bagaimana menjaga agar tekanan darah dapat normal? Sebelum mengalami tekanan darah tinggi, usaha pencegahan sangat penting untuk dilakukan. Menurut penelitian Diaz dan Simbho, beraktivitas fisik atau berolahraga dapat mencegah terjadinya hipertensi atau tekanan darah tinggi.Angka kejadian hipertensi atau tekanan darah tinggi meningkat selama beberapa dekade terakhir. Di Amerika Serikat, angka kejadian kasus baru hipertensi mencapai 90% per tahun. Sampai saat ini, hipertensi juga masih merupakan tantangan besar di Indonesia, karena merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yakni sebesar 25,8% (Riskesdas, 2013). Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum memadai meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.

Hipertensi adalah sebuah kondisi terbanyak pada pelayanan primer yang dapat menyebabkan kematian otot jantung, stroke, gagal ginjal dan kematian apabila tidak ditangani secara tepat. Mengapa demikian? Sebab peningkatan tekanan darah secara perlahan namun terus-menerus akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah.

Dinding pembuluh darah pada pasien dengan tekanan darah tinggi akan rusak menjadi tidak rata. Dinding pembuluh darah yang tidak rata akan menyebabkan mudahnya terjadi bekuan atau sumbatan di dalam pembuluh darah. Apakah hal ini berbahaya? Tentu saja. Sumbatan dalam pembuluh darah dalam ukuran kecil kemungkinan  belum memberikan keluhan klinis. Namun, bagaimana dengan sumbatan yang besar?

Pembuluh darah bisa diumpamakan sebagai selang yang berisi air untuk menyiram tanaman, di mana air merupakan sumber asupan utama bagi tanaman. Seperti air yang merupakan asupan utama bagi tanaman, darah juga merupakan asupan utama bagi jaringan/organ. Bagaimana jika tanaman tidak disiram? Lama-kelamaan akan mati, bukan?

Pembuluh darah bertugas membawa darah dan komponennya ke jaringan. Untuk apa? Darah yang mengandung oksigen yang digunakan untuk melakukan metabolisme pada jaringan. Bisa Anda bayangkan, apa yang terjadi apabila terdapat sumbatan dalam pembuluh darah yang cukup besar? Aliran darah ke organ pun menjadi tidak lancar. Organ/jaringan yang tidak mendapatkan asupan darah yang cukup, lama-kelamaan dapat mengalami kematian sebagian jaringan, terutama bagian yang tidak mendapat asupan darah memadai.

Kerusakan pembuluh darah dapat terjadi di mana saja. Apabila mengenai pembuluh darah jantung bisa menyebabkan kematian otot jantung. Jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kematian otot jantung sangatlah berbahaya dan mengancam nyawa sebab, apabila jantung tidak dapat berfungsi, asupan darah ke seluruh tubuh pun akan terhenti. Kerusakan pembuluh darah di otak dapat menyebabkan kematian jaringan otak yang mengakibatkan stroke. Begitu pula kerusakan pembuluh darah di ginjal akan menyebabkan gagal ginjal.

Klasifikasi tekanan darah yang dianggap normal menurut Joint National Committee (JNC) 8 yaitu:Usia ≥ 60 tahun memiliki target tekanan darah < 150/90. Usia < 60 tahun memiliki target tekanan darah < 140/90. Usia > 18 tahun dengan gagal ginjal kronis memiliki target tekanan daran <140/90.Usia > 18 tahun dengan diabetes memiliki target tekanan darah < 140/90.

Bagaimana menjaga agar tekanan darah dapat normal? Sebelum mengalami tekanan darah tinggi, usaha pencegahan sangat penting untuk dilakukan. Menurut penelitian Diaz dan Simbho, beraktivitas fisik atau berolahraga dapat mencegah terjadinya hipertensi atau tekanan darah tinggi.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…