NERACA
Jakarta –Wacana PT Citilink Indonesia, anak usaha dari PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) go public kembali menguak setelah sempat tenggelam lantaran induk usaha perseroan mengalami rugi. Apalagi Garuda Indonesia mempunyai pengalaman pahit dalam menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO). Alhasil, Garuda Indonesia sangat berhati-hati dalam melepas anak usahanya untuk mencari modal di pasar modal dengan IPO.
Namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan modal yang cukup besar untuk ekspansi maskapai penerbangan menjadi alasan bagi PT Citilink Indonesia untuk memilih go public, ketimbang mencari pinjaman perbankan. Apalagi, saat ini Garuda Indonesia sudah mulai meraup untung dan tidak lagi merugi.
Maka untuk memuluskan aksi korporasi tersebut, Citilink tengah berkonsultasi dengan beberapa perusahaan sekuritas yang juga menjalankan fungsi sebagai penjamin emisi. Langkah konsultasi tersebut untuk melancarkan langkah perseroan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia alias melakukan Initial Publik Offering (IPO) pada 2016.
President & CEO Citilink Albert Burhan menjelaskan, perseroan telah bertemu dengan beberapa penjamin emisi beberapa waktu lalu untuk berkonsultasi mengenai rencana IPO,”Ada beberapa yang ketemu. Salah satunya Bahana," kata Albert di Jakarta, kemarin.
Diakuinya, langkah mencatatkan saham di bursa tersebut tidak bisa diputuskan sendiri oleh Citilink. Pasalnya, keputusan ini dikembalikan kepada stakeholder, sebagai pemegang saham. Sebelum merencanakan untuk IPO, Citilink sebenarnya merencanakan untuk mencari investor strategis. Namun rencana tersebut urung dilakukan setelah melihat bahwa kinerja perusahaan semakin baik,”Selain itu juga langkah kami untuk menambah pangsa pasar bertambah besar setelah ada beberapa maskapai yang tutup akibat persaingan yang ketat," kata Albert.
Memang dalam beberapa tahun terakhir terdapat beberapa maskapai yang berhenti beroperasi. Contohnya adalah Adam Air yang tutup pada 2008, disusul kemudian Batavia Air yanf berhenti beroperasi pada 2013 dan pada tahun lalu Tiger Mandala Airlines juga mengalami nasib sama.
Albert melanjutkan, untuk mengembangkan bisnis pada tahun-tahun mendatang memang Citilink membutuhkan banyak suntikan modal. Sedangkan Garuda Indonesia tidak bisa terud menerus memberikab tambahan dana. Oleh sebab itu Citilink mencari berbagai cara untuk bisa memenuhi kebutuhan dana tersebut dan salah satunya dengan IPO.
Dalam rencana perseroan, dalam tiga tahun ke depan atau pada 2016-2018, Citilink menargetkan bisa menambah jumlah armada yang dioperasikan sebanyak 20 pesawat. Sedangkan untuk tahun ini, perusahaan akan menambah 9 pesawat yang terdiri dari 5 pesawat Airbus A-320 dan 4 pesawat Boeing 737.
Albert melanjutkan di tahun ini terdapat 1 pesawat Airbus A-320 yang habis masa sewanya sehingga tidak bisa digunakan lagi dan harus dikembalikan,”Dengan begitu maka jumlah pesawat yang kami operasikan sampai masa akhir tahun bisa 44 pesawat," tuturnya.
Sampai dengan Mei 2015 ini, sudah ada 3 pesawat Airbus yang telah diterima oleh Citilink dengan periode pengiriman Februari, Maret dan Mei. Sedangkan dua sisanya direncanakan bakal diterima pada Juni dan Agustus. Beberapa hari setelah diterima, Citilink Indonesia langsung mengoperasikan pesawat-pesawat tersebut. (bani)
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…
NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…
NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…