Ikhtiar Menuju Poros Maritim Dunia - KKP Ajak Pembudidaya Mulai Serius Garap Mariculture

NERACA

Pulau Seribu – Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto, mengakui mariculture atau budidaya perikanan laut terutama untuk komoditas ikan masih sangat minim. Karena memang berbiaya tinggi, prosesnya lama, dan sangat rentan mengingat sangat tergantung dengan kondisi lingkungan. Menurut Dirjen Slamet, meski masih kurang dilirik oleh para pembudidaya, mariculture sangat berpotensi besar untuk dikembangkan karena dua per tiga wilayah Indonesia adalah laut. 

“Secara presentasi budidaya di air tawar atau payau masih mendominasi sekitar 60%, sisanya yang lain untuk mariculture sendiri masih sangat rendah. Oleh karenanya, itu yang harus terus kita dorong agar masyarakat mulai garap potensi mariculture,”  kata Slamet, saat melakukan tebar benih kerapu macan, dan bawal bintang, di Pulau Seribu, Provinsi DKI Jakarta, Minggu (24/5).

Apalagi di tengah komando pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla akan adanya poros maritim yang ingin mengoptimalkan potensi laut bagi perekonomian nasional. Jadi sekarang saatnya yang tepat untuk terus meningkatkan bagaimana agar masyarakat mulai terjun dalam mariculture. “Pemerintah saat ini sangat ingin mengoptimalkan laut, poros maritim sebagai garda ekonomi nasional. Jadi bagi perikanan budidaya, mariculture nantinya mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian,” ujarnya.

Disinggung apa saja kendala dari mariculture, menurut Slamet, saat ini memang posting anggaran untuk program mariculture belum besar, meski ada masih relatif kecil. Dan program saat ini dari KKP adalah bantuan benih dan jaring, tapi itu masih terbilang kecil. Harapannya jika memang pemerintahan sekarang perhatian terhadap budidaya laut, di tahun-tahun mendatang anggaran program bantuan lebih besar untuk menyedot minat masyarakat agar mau menggarap mariculture.

“Tahun ini jatah anggaran Direktorat Budidaya hanya Rp 1,3 trilliun sedangkan untuk program mariculture berkisar 30%, itu pun tidak semuanya untuk komoditas ikan tapi bareng bersama dengan komoditas rumput laut. Jadi memang masih sangat kecil. Tahun depan kami sudah susun program untuk mariculture untuk komoditas ikan agar dapat posting anggaran lebih,”  terangnya.

Mengingat, lanjut dia, potensi mariculture sangat besar, disamping harga ikan yang tinggi permintaan juga terus naik. Apalagi jika dalam kondisi musim atau adanya cuaca buruk, tangkapan ikan berkurang, ikan dari hasil mariculture banyak dicari. “Kalau budidaya kita yang maintainance. Tapi kalau ikan tangkap pas cuaca buruk tidak bisa melaut makanya ikan hasil mariculture banyak di cari. Oleh karenanya kami terus mendorong agar masyarakat kini mulai menggarap potensi mariculture ini,” jelasnya.

Teknologi Panen

Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Tatie Sri Pariyanti menambahkan  memang salah satu kendala masyarakat kurang minat mariculture karena tenggat panennya yang lama sehingga menguras biaya produksi. Namun begitu balai yang sekarang dipimpinnya sudah mulai menemukan teknologi perekayasaan mempercepat panen lebih cepat 38% dari biasanya. Namun begitu, dirinya belum bisa menyebutkan kapan teknologi ini dapat dirasakan oleh masyarakat, mengingat masih dalam proses penyempurnaan. “Balai kami sudah bisa menemukan teknologi percepatan panen, tapi masih terus kami lakukaan penyempurnaan baru kami transfer teknologi ini pada para pembudidaya,” katanya.

Di mata Slamet, jika teknologi sudah sempurna maka dirinya menjanjikan akan segera mentransfer kepada masyarakat.  “Balai kami memang untuk mengembangkan teknologi laut, agar bisa diadopsi oleh masyarakat. Kalau dirasa teknologinya sudah sempurna maka kami siap transfer,” ucapnya.

Dirinya meyakini, meski saat ini mariculture belum besar, jika teknologinya sudah siap mampu mendongkrak produksi hasil perikanan mariculture. Karena saat ini masih banyak daerah-daerah potensial seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa Bagian Barat yang lautnya masih bersih dan terhindar dari pencemaran punya potensi tinggi untuk dikembangkan mariculture.

“Mariculture sangat bergantung dengan alam, dan kondisi lingkungan laut. Tapi Indonesia masih punya laut yang bersih jauh dari pencemaran itu yang sangat berpotensi untuk nantinya dikembangkan,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…