The Fed Pastikan Kenaikan Suku Bunga di 2015

 

 

NERACA

Jakarta - Ketua The Fed Janet Yellen mengatakan pada Jumat, ia memperkirakan Federal Reserve AS mulai menaikkan suku bunga "pada suatu saat tahun ini," mengatakan menunda langkah yang ditunggu-tunggu berisiko ekonomi terlalu panas. Tetapi Ketua The Fed juga menekankan ekonomi masih menunjukkan pelemahan, dengan pelemahan pasar kerja yang signifikan tidak tercermin dalam tingkat pengangguran 5,4 persen.

Komentar itu muncul dua hari setelah risalah dari dewan kebijakan Fed membuat menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang lambat dalam beberapa bulan terakhir berarti pihaknya tidak memperkirakan untuk meningkatkan suku bunga acuan federal funds sebelum Juli, meskipun perkiraan sebelumnya kenaikan pada pertengahan tahun.

Yellen mengatakan dia memperkirakan ekonomi akan bangkit kembali dari pelambatan di kuartal pertama, tetapi bahwa setiap keputusan perlu didasarkan pada peningkatan yang jelas dalam data ekonomi. "Penundaan tindakan untuk memperketat kebijakan moneter sampai pasar kerja dan inflasi sudah kembali ke tujuan kita akan berisiko perekonomian terlalu panas (overheating)," dia mengatakan dalam pidatonya di kamar dagang dan industri di Providence, Rhode Island, yang dikutip laman Antara, akhir pekan kemarin.

Untuk alasan ini, sambung dia, jika perekonomian terus membaik seperti yang diharapkan, “Maka saya pikir itu akan tepat di beberapa titik tahun ini untuk mengambil langkah awal menaikkan target tingkat suku bunga federal funds dan memulai proses normalisasi kebijakan moneter," katanya.

Sementara itu, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, mengatakan asumsi itu dengan pertimbangan jika Fed Rate naik, maka akan memperburuk kondisi neraca perdagangan. Kenaikan Fed Rate akan membuat dolar AS menjadi mahal karena mata uang beberapa negara mitra dagang terus melemah. "Kalau sudah begitu, dia mau dagang sama siapa. Ini kan yang melemah bukan cuma rupiah," katanya.

Menurut Enny, The Fed juga mempertimbangkan posisi Presiden AS Barack Obama. Jika neraca perdagangan AS kembali memburuk, posisi Obama di mata partai oposisi tentu akan semakin tersudut. Penerapan suku bunga hampir nol persen itu sejak Desember 2008, ketika negara itu dihantam resesi. Proyeksikan kenaikan Fed Rate, mempertimbangkan saat ini laju ekonomi dan angka pengangguran AS membukukan kinerja lebih positif melampaui perkiraan.

The Fed sebelumnya beberapa kali menunda rencana kenaikan Fed Rate. Menurut Enny, jika kenaikan suku bunga terus ditunda, maka psikologi pasar akan semakin memburuk. “Memang simalakama, makanya ekonomi itu ekuilibrium. Walaupun mata uangnya menjadi acuan dunia, namun AS tak akan bisa sewenang-wenang menaikkan suku bunga,” ujarnya.

Enny menyarankan agar pemerintah Indonesia memperkuat fundamental ekonomi agar tahan terhadap guncangan ekonomi global. Langkah itu agar nilai tukar rupiah lebih kuat. Perbaikan fundamental bisa dilakukan dengan menginventarisasi permintaan dan pasokan dolar untuk menghindari spekulan. Jika permintaan dan pasokan dolar dalam negeri sudah diketahui, maka pemerintah tak akan terpangaruh spekulasi dan kemauan pasar. "Ya mau bagaimanapun pasar pasti akan melakukan spekulasi dan selanjutnya profit taking," katanya.

Disisi lain, Pengamat ekonomi dari The Habibie Center, Zamroni Salim menegaskan rencana kenaikan suku bunga The Fed justru dapat memacu produk-produk Indonesia mampu bersaing dengan negara lain karena akan semakin banyak negara-negara ingin menjadikan Amerika sebagai tujuan ekspor. Kondisi tersebut ditambahkannya dapat memacu produk-produk Indonesia meningkatkan kualitas untuk mampu menembus pasar global, terutama pasar Amerika Serikat.

“Tentu saja peran Amerika saat ini masih cukup besar dalam arti keputusan dia untuk menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga The Fed itu mempengaruhi pasokan uang dollar keseluruh dunia dan itu akan mempengaruhi tingkat suku bunga di masing-masing negara yang melakukan perdagangan ataupun menggunakan uang dolar, itu pertama," kata Zamroni Salim.

"Yang kedua kita perlu menggaris bawahi bahwa sebenarnya dominasi Amerika dalam hal ini adalah dolar sudah mulai berkurang dengan adanya kekuatan euro, kemudian juga yen maupun yuan dari China itu juga mulai mempunyai pertumbuhan signifikan dalam mempengaruhi peta perdagangan dunia. Sebagian besar di negara besar itu kan pasar dari kita, tetapi apapun keputusan yang dikeluarkan pemerintaholeh Amerika menaikkan atau menurunkan akan mempengaruhitingkat daya saing produk Indonesia dipasar luar negeri,” lanjutnya.

BERITA TERKAIT

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 - Tingkatkan Literasi Keuangan

Tingkatkan Literasi Keuangan Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 NERACA Jakarta - Komitmen untuk…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 - Tingkatkan Literasi Keuangan

Tingkatkan Literasi Keuangan Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 NERACA Jakarta - Komitmen untuk…