Dongkrak Penjualan Semen - Holcim Perkuat Pasar Ekspor Ke Vietnam

NERACA

Jakarta – Tingkatkan pasar ekspor ke Asia, produsen semen PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berencana akan melakukan ekspor dengan menyasar pasar ke salah satu negara di ASEAN, yakni Vietnam. Direktur Keuangan Kent Carson menuturkan langkah ini diambil perseroan guna mengatasi kelebihan suplai dalam penyerapan semen tidak akan berlangsung lama,”Oversupply akan diekspor. Buat kita menangani ekspor bisa mudah dijalankan. Vietnam ekspor terbesar, sekarang 40.000 ton. Dari total penjualan hanya 2,5%, kecil," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Pada kuartal kedua tahun ini, persereoan memiliki kapasitas ekspor. Namun begitu, Kent menyebutkan bahwa perseroan masih akan tetap memfokuskan penyerapan ke pasar domestik,”Meskipun ekspor memungkinkan, kita lihat pasar lokal dahulu. Kuartal depan Holcim Gobal memiliki kapasitas untuk ekspor," jelas Kent.

Dengan adanya oversupply tersebut, Presiden Direktur Holcim Gary Schutz dalam kesempatan yang sama menuturkan perseroan juga akan melakukan efisiensi di semua aspek seperti terutama adalah energi. Hal ini dilakukan juga dalam rangka menyiasati pelemahan ekonomi yang terjadi,”Strategi sekarang masalah efisiensi di semua aspek terutama energi. Kita efisienkan energi karena menyerap kontribusi 60% dari total cost," tutupnya.

Selain itu, perseroan juga tengah mancari pinjaman sebesar Rp 2,5 triliun untuk mendanai belanja modal tahun ini,”Kami memang sedang mencari fasilits pinjaman baru. Ada kemungkinan pinjaman sindikasi (syndication loan),” ujar Kent Carson.

Kendati demikian, Kent enggan memaparkan berapa banyak bank asing dan domestik yang akan terlibat. Adapun, rerata tenor yang ditawarkan berkisar antara 3-5 tahun. Sesuai rencana, pinjaman tersebut akan dialokasikan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) serta pembayaran kembali (refinancing) utang perseroan. Saat ini, perseroan tengah memangkas utang dalam mata uang asing dan mengalihkannya dalam rupiah.

Utang perseroan dalam dolar dan euro tahun ini, tercatat sebesar 36% dari total utang perseroan. Presentase tersebut telah terpangkas dari sebelumnya mencapai 70%. Adapun, pada akhir 2016, presentase utang perseroan ditargetkan hanya sebesar 20%,”Oktober 2014 kami telah melakukan refinancing utang dalam dolar cukup besar. Kami menilai di tengah nilai tukar rupiah yang tidak stabil, lebih rasional jika utang dalam rupiah,” jelas Kent.

Kent menyatakan perseroan sejauh ini tidak tertarik melakukan opsi lindung nilai (hedging). Praktik hedging hanya dilakukan sebesar 20% dari total utang mengikuti kebijakan Bank Indonesia (BI),”Di Indonesia, dengan hedging menelan biaya yang tidak sedikit. Mengingat rupiah saat ini masih terus melemah terhadap dolar Amerika,”ujarnya

Asal tahu saja, tahun lalu Holcim telah mengantongi pinjaman senilai Rp 2 triliun. Adapun, tenor pinjaman berkisar antara 3-4 tahun. Sebanyak Rp 1,2 triliun dari pinjaman tersebut dialokasikan untuk refinancing utang bank. Sisanya, yakni Rp 800 miliar digunakan untuk penambahan capex perseroan tahun ini.

Adapun, Kent menuturkan tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 150 juta. “Capex kami tahun ini memang lebih rendah sekitar 15 persen dibandingkan tahun lalu. Ini karena pabrik Tuban I sudah rampung, dan Tuban II akan menyusul sebentar lagi,” papar dia.

Kemudian hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), perseroan bakal membagikan dividen final tunai dengan rasio (dividen payout ratio/DPOR) mencapai 75%. Besaran dividen setara dengan Rp 65 per saham.

Sekretaris Perusahaan Holcim Indonesia, F. Helianti Sastrosatomo mengatakan pembayaran dividen selalu dilakukan oleh perseroan. Bahkan, rasio pembayaran dividen tahun ini tercatat paling tinggi dalam empat tahun terakhir,”Tahun ini lebih tinggi daripada rasio pembayaran dividen tahun lalu 73%. Sedangkan, dua tahun sebelumnya berturut-turut tercatat sebesar 40% dan 50," ujar Heli.

Sebelumnya, perseroan telah membagikan dividen interim tunai sebesar Rp 34 per saham. Pemegang saham telah menerimanya pada Oktober 2014. Sepanjang tahun lalu, anak usaha Holcim Ltd, PT Holcim Indonesia Tbk tersebut justru mencatatkan penurunaan perolehan laba bersih sebesar 29,83 persen menjadi Rp 668 miliar dari Rp 952 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh naiknya beban usaha hingga 28,78 persen menjadi Rp 1,7 triliun dari Rp 1,32 triliun pada 2013. 

BERITA TERKAIT

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…