Utang Luar Negeri Naik jadi US$298 miliar

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan I-2015 mencapai 298,1 miliar dolar AS, naik tipis dibandingkan triwulan IV-2014 292,6 miliar dolar AS. Namun, apabila dilihat secara pertumbuhan, ULN Indonesia tumbuh melambat yakni 7,6 persen (yoy) dibandingkan triwulan IV-2014 10,2 persen (yoy). "Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada triwulan I-2015 sejalan dengan pertumbuhan perekonomian domestik yang melambat," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, seperti dikutip laman Antara, Selasa (19/5).

ULN sendiri terdiri dari ULN sektor publik sebesar 132,8 miliar dolar AS (44,5 persen dari total ULN) dan ULN sektor swasta sebesar 165,3 miliar dolar AS (55,5 persen dari total ULN). Perlambatan pertumbuhan ULN terjadi baik pada ULN sektor publik maupun sektor swasta. Pertumbuhan ULN sektor publik melambat dari 5 persen (yoy) pada triwulan IV-2014 menjadi 1,7 persen (yoy), sementara ULN sektor swasta melambat dari 14,6 persen (yoy) menjadi 12,7 persen (yoy) pada triwulan laporan.

Sementara, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) dan debt service ratio (DSR) mengalami peningkatan masing-masing dari 33 persen dan 51,6 persen pada triwulan IV-2014 menjadi 33,5 persen dan 56,1 persen pada triwulan I-2015.

Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka panjang (85,3 persen dari total ULN). ULN berjangka panjang pada triwulan I-2015 tumbuh 8,9 persen (yoy), lebih lambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,4% (yoy). Sementara itu, ULN berjangka pendek tumbuh 0,3 persen (yoy), juga lebih lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9 persen (yoy).

Pada akhir triwulan I-2015, posisi ULN berjangka panjang mencapai 254,4 miliar dolar AS. ULN terdiri dari ULN sektor publik 129,7 miliar dolar AS (97,7 persen dari total ULN sektor publik) dan ULN sektor swasta 124,7 miliar dolar AS (75,4 persen dari total ULN swasta).

Pada sektor swasta, posisi ULN akhir triwulan I-2015 terpusat pada sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, dan listrik, gas & air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta masing-masing sebesar 29,5 persen, 19,9 persen, 16 persen, dan 11,7 persen.

Pada triwulan I-2015, pertumbuhan tahunan ULN sektor keuangan dan industri pengolahan tercatat melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, sementara pertumbuhan ULN sektor pertambangan dan sektor listrik, gas & air bersih mengalami peningkatan.

"Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan agar ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi," ujar Tirta.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan peningkatan utang luar negeri nasional merupakan hal yang perlu diwaspadai. “Memang utang yang ditambah bila digunakan untuk hal yang produktif merupakan kebijakan yang cukup baik meskipun risiko juga perlu diwaspadai. Peningkatan utang di tahun 2014 terjadi akibat utang swasta dan pemerintah yang bertambah banyak,” kata Gunawan.

Dikatakannya, yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan memburuknya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS. Mengingat di tahun 2015 ini justru sangat krusial bagi pergerakan rupiah, yang diyakini akan tertekan dengan kebijakan Bank Sentral AS. Sehingga di saat pembayaran pokok utang maupun bunga jatuh tempo, saat itulah rupiah berpeluang tertekan dalam dan bisa membuat utang membengkak.

Lebih jauh dia mengatakan sentimen utang dan eksternal sangat potensial menekan kinerja keuangan pemerintah ke depan. Sementara itu, untuk peningkatan utang swasta perlu diperhatikan lebih serius lagi. Meskipun dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan, namun berdasarkan angka tahunan realisasi utang valas swasta tetap menduduki peringkat teratas.

Sebenarnya, sebut Gunawan, ia menilai perbankan asing tentunya berpikir ulang untuk memberikan pinjaman ke perusahaan swasta nasional. Mengingat ada tekanan harga komoditas yang menurun yang sangat potensial menimbulkan kredit macet.

BERITA TERKAIT

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

Pemerintah Komitmen Percepat Pengembangan Ekonomi Digital

    NERACA Jakarta – Pemerintah berkomitmen mempercepat pengembangan ekonomi digital sebagai pilar strategis transformasi Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

Pemerintah Komitmen Percepat Pengembangan Ekonomi Digital

    NERACA Jakarta – Pemerintah berkomitmen mempercepat pengembangan ekonomi digital sebagai pilar strategis transformasi Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh…