Konstruksi Indonesia "Rapuh"

Oleh Fauzi Aziz

Pemerhati Industri dan Perdagangan

 

Rapuh bukan karena arsitekturnya yang salah, tetapi lebih disebabkan karena cara membangunnya yang salah. Inilah gambaran sekilas tentang negeri kita hingga kini. Tidak dibangun berdasarkan konsep rumah tumbuh, tetapi dibangun dengan cara partial, project by project tergantung "arah angin".  Arsitekturnya "diacak-acak" karena banyak pihak yang berkepentingan untuk membangun Indonesia dengan gaya arsitekturnya sendiri sesuai dengan seleranya.

Masing-masing pihak ingin mencari manfaat ekonomi bukan untuk yang sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, tapi untuk kemakmuran diri sendiri, keluarganya dan kepentingan kelompoknya. Dalam bidang politik konstruksinya tidak kuat meskipun sudah menjadi negara demokrasi terbesar ke tiga di dunia, setelah AS dan India.

Buktinya "konflik" politik partisan masih saja berlangsung,padahal kekuatan politik dalam negeri yang kokoh dan solid menjadi modal dasar untuk membangun peradaban Indonesia. Soliditas dan kekompakan politik kebangsaan yang kokoh, dapat menjadi salah satu pilar bagi  keutuhan NKRI dan menjaga wibawa dan marwah bangsa Indonesia dalam pergaulan internasional. Keutuhan NKRI hanya bisa terjadi bila politik kebangsaan Indonesia solid.

Sebaliknya, ancaman perpecahan NKRI bisa terjadi bila Indonesia dilihat sekeping-sekeping dari kepentingan pragmatis partai politik yang basis idiologi utamanya adalah mengkapitalisasi aset negara berdasarkan cara pandangnya sendiri yang bersifat subyektif. Di bidang ekonomi secara struktural fondasinya juga belum kuat, sehingga kalau terjadi gempa ekonomi dengan skala yang kecil dan sedang-sedang saja di kawasan regional, dan global, ekonomi Indonesia gampang digoyang. Hal ini terjadi karena ketergantungan Indonesia terhadap luar negeri sangat tinggi.

Krisis nilai tukar adalah salah satu contoh betapa rapuhnya fondasi ekonomi nasional. Pasar komoditas tergantung dari kondisi eksternal, begitu pula modal dan teknologi masih banyak mengandalkan pasokan dari luar. Kapling-kapling ekonomi sudah dibagi-bagi. Ada yang dibagi untuk kepentingan Tiongkok, ada pula yang dibagi untuk kepentingan AS, Jepang, Korsel, Taiwan, Eropa, dan hanya sedikit aset bangsa yang disisakan pengelolaannya untuk dipercayakan kepada bangsa Indonesia sendiri.

Ancaman terhadap kedaualatan ekonomi menjadi sangat terbuka karena  politik ekonomi yang sudah dinyatakan. dalam pasal 33 UUD 1945 dijalankan menurut persepsi dan tafsir yang bersifat subyektif. Yang penting terjadi pertumbuhan ekonomi,dan bahwa penggerak utamanya adalah modal asing tidak penting, yang penting kegiatan ekonomi dapat tumbuh dan berkembang.

Dalam tata kelola migas sebagai contoh, pembubaran Petral dulu dikomandangkan oleh semua partai, tetapi begitu dilikuidasi ternyata ada parpol yang keberatan, dan paradoksnya justru disuarakan oleh partai pengusung presiden terpilih. Ada apa rupanya kok keberatan?

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…