Perlambatan Ekonomi dan Stabilitas Kebutuhan Pokok

Oleh: Kencana Sari

Peneliti Badan Litbangkes

Pertumbuhan ekonomi diyakini tidak mencapai angka lima persen pada kuartal awal tahun 2015. Daya beli pun menurun. Akibatnya masyarakat cenderung memperketat pengeluaran. Konsumsi yang tadinya jadi salah satu penggerak utama perekonomian, mulai mengempis kekuatannya. Banyak yang menahan untuk berbelanja terlebih untuk kebutuhan sekunder ataupun tersier.

Konsumsi yang melambat merupakan pertanda negatif terhadap daya beli masyarakat. Kenaikan harga listrik, elpiji pada beberapa waktu lalu secara tidak langsung meningkatkan pengeluaran masyarakat. Masyarakat miskin yang lebih dari 50 persen total pengeluarannya digunakan untuk konsumsi pangan merupakan yang paling menderita.

Lebih jauh dampaknya menjalar pada ketahanan pangan keluarga  yang kian menurun ketika daya beli semakin rendah. Kebutuhan gizi anggota keluarga terancam tidak sepenuhnya terpenuhi. Makin mengkhawatirkan jika ada anak balita  terlebih anak di bawah dua tahun (baduta) dalam keluarga. Sebab anak usia hingga dua tahun membutuhkan gizi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Hingga berusia lima tahun, anak rentan terhadap berbagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat gizi yang tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya gizi dan kebutuhan akan stimulasi pada masa ini akan menyebabkan anak tumbuh pendek dan terlambat berkembang.  Saat ini, 200 juta anak balita di dunia tidak mencapai perkembangann yang potensial, yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin di daerah terpencil maupun daerah kumuh perkotaan.

Terhambatnya pertumbuhan fisik dan kognitif akan menentukan kemampuan anak dalam belajar dan apa yang diperolehnya di masa mendatang. Walaupun sebuah studi mengungkapkan bahwa setiap dollar yang dihabiskan untuk intervensi mengatasi tubuh pendek (stunting) akan membuahkan 48 dollar di kemudian hari. Tetapi intervensi tersebut tidaklah berarti jika faktor lain tidak mendukung. Seperti misalnya ekonomi negara yang mempengaruhi ekonomi keluarga.

Sangatlah penting bahwa pemerintah paling tidak menstabilkan harga bahan kebutuhan pokok agar ketahanan pangan keluarga tetap terjaga. Anak pun dapat tumbuh optimal, tidak pendek dan berkembang dengan baik. Namun tidak hanya itu, intervensi dari berbagai sektor terkait seperti pendidikan, kesehatan, gizi adalah penting tetapi meningkatkan kesadaran masyarakat akan kualitas dan kuantitas pengasuhan juga tidak kalah penting. Kesadaran yang dipupuk tidak hanya ketika sudah memiliki anak tetapi sejak saat remaja dan masa kehamilan.

 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…