Neraca Pembayaran Surplus US$1,3 Miliar

 

NERACA

Jakarta – Departemen Statistik Bank Indonesia mencatat neraca pembayaran Indonesia pada triwulan I-2015 tercatat mengalami surplus sebesar 1,3 miliar dolar AS, atau lebih rendah dibandingkan surplus triwulan sebelumnya 2,4 miliar dolar AS.

Kepala Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik BI Endi Dwi Tjahyono mengatakan, surplus tersebut didukung oleh defisit transaksi berjalan yang lebih rendah yakni 3,8 miliar dolar atau 1,8 persen PDB dan juga transaksi modal dan finansial yang masih surplus 5,9 miliar dolar. "Surplus neraca pembayaran triwulan I-2015 memang menurun, tapi defisit transaksi berjalannya juga menurun," ujar Endi di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Defisit transaksi berjalan memang mengalami penurunan dibandingkan kuartal IV-2014 yang mencapai 6,2 miliar dolar AS atau 2,81 persen PDB. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2014, lanjut Endi, defisit transaksi berjalan juga menurun di mana ketika itu defisitnya mencapai 4,1 miliar dolar AS atau 1,9 persen PDB. "Perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama didukung oleh berkurangnya defisit neraca perdagangan migas karena turunnya impor minyak," kata Endi.

Endi menuturkan, turunnya harga minyak dunia dan reformasi subsidi BBM mendorong perbaikan neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan migas pada triwulan I-2015 turun 55 persen dibandingkan triwulan sebelumnya atau periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan defisit terutama karena impor minyak yang tercatat lebih rendah 40 persen dibanding triwulan sebelumnya, bahkan minus 47 persen. "Di samping harga impor yang terkoreksi tajam, penurunan impor minyak dipengaruhi pula oleh turunnya volume impor BBM sejalan dengan konsumsi BBM yang telah tumbuh negatif, baik secara tahunan maupun kukartalan," ujar Endi

Ditambahkan Endi, pihaknya menilai defisit transaksi berjalan pada triwulan mendatang berpotensi terus membaik seiring dengan menurunnya volume impor bahan bakar minyak (BBM) dan juga menurunnya konsumsi BBM. Endi menyatakan reformasi subsidi BBM memang memberikan dampak positif terhadap perbaikan defisit neraca transaksi berjalan.

"Impor minyak turun lebih besar, tidak semata-mata oleh karena harga tapi volumenya juga sudah turun. Kalau ini secara konsisten dilakukan, kita punya harapan penurunan impor minyak ini akan berlanjut di triwulan berikutnya," ujarnya.

Secara volume, impor minyak pada triwulan I-2015 mencapai 83 juta barel, menurun dibandingkan triwulan IV-2014 yang mencapai 96 juta barel. Ia juga menambahkan, jika realisasi proyek infrastruktur oleh pemerintah dapat diwujudkan dengan cepat,maka konsekuensinya impor khususnya bahan baku akan meningkat dan berpotensi meningkatkan defisit transaksi berjalan.

Namun, menurut Endi, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena kendati neraca transaksi berjalan defisit namun itu merupakan defisit yang lebih berkualitas. "Defisit itu nantinya akan memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan triwulan I-2013 yang banyak didorong oleh konsumsi," kata Endi.

Sebelumnya, Pengamat ekonomi Iman Sugema mengatakan, masih besarnya defisit transaksi berjalan akan berakibat pada terus dilakukannya kebijakan moneter ketat oleh Bank Indonesia. Kebijakan ini masih akan dilakukan guna mempersempit defisit, terutama jika belum adanya kebijakan yang signifikan di sektor riil. "Defisit transaksi berjalan akan tetap menjadi masalah bagi perekonomian Indonesia di tahun ini. Prediksi kami defisit transaksi berjalan masih di atas 2,5 %," ujarnya.

Lebih lanjut Iman mengatakan defisit transaksi berjalan bisa berkurang dengan cara memperbaiki defisit transaksi migas kita. Pasalnya, kondisi ekonomi global memang belum pulih. Hal yang paling terlihat yakni turunnya harga minyak dunia berdampak pada turunnya harga komoditas lain dan mempengaruhi nilai ekspor Indonesia.

Di sisi lain,sambung Iman memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur demi meningkatkan daya saing, tentunya membutuhkan impor barang modal. Inilah yang masih menjadi beban pada transaksi berjalan Indonesia."Defisit tetap ada untuk sesuatu yang lebih produktif seperti impor barang modal," katanya.

BERITA TERKAIT

Sidak ke RSJD AHM Samarinda, Pj Gubernur Kaltim Minta Fasilitas Ruang Tunggu Dilengkapi AC dan TV

Sidak ke RSJD AHM Samarinda, Pj Gubernur Kaltim Minta Fasilitas Ruang Tunggu Dilengkapi AC dan TV NERACA Samarinda - Pj…

ASN Diminta Tunda Kepulangan ke Jabodetabek

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) yang…

KCIC : Penumpang Kereta Cepat Whoosh Meningkat 40%

    NERACA Jakarta – Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyampaikan, jumlah penumpang kereta cepat Whoosh mengalami peningkatan 40 persen…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Sidak ke RSJD AHM Samarinda, Pj Gubernur Kaltim Minta Fasilitas Ruang Tunggu Dilengkapi AC dan TV

Sidak ke RSJD AHM Samarinda, Pj Gubernur Kaltim Minta Fasilitas Ruang Tunggu Dilengkapi AC dan TV NERACA Samarinda - Pj…

ASN Diminta Tunda Kepulangan ke Jabodetabek

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) yang…

KCIC : Penumpang Kereta Cepat Whoosh Meningkat 40%

    NERACA Jakarta – Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyampaikan, jumlah penumpang kereta cepat Whoosh mengalami peningkatan 40 persen…