Imbas Tingginya Beban UMR - Yanaprima Relokasi Pabrik Ke Jawa Timur

NERACA

Jakarta – Kenaikan upah buruh tiap tahunnya atau upah minimum regional (UMR) menjadi beban bagi pelaku industri ditengah kondisi lesunya pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Bahkan bagi sebagian perusahaan kondisi tersebut mengancam keberlangsungan bisnis. Tak ayal, banyak pelaku industri mensiasatinya dengan melakukan relokasi pabrik, seperti yang dilakukan PT Yanaprima Hastapersada Tbk (YPAS).

Direktur Keuangan PT Yanaprima Hastapersada Tbk, Rinawati mengatakan, perseroan akan merelokasi pabrik ke ring 2 untuk mengurangi beban dari UMR yang tinggi. Sehingga sifat usaha perusahaan yang padat karya tidak akan terbebani lagi,”Rencananya ke wilayah selatan Jawa Timur atau Jawa Tengah. Dengan pertimbangan harga tanah yang wajar tak perlu tinggi. Juga tenaga kerja (tersedia), lalu infrastruktur yang memadai atau tidak untuk mendukung proses distribusi barang,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, permasalah soal UMR masih menimbulkan ketimpangan daya saing antar perusahaan-perusahaan yang berdomisili di berbagai kota. Kondisi inilah, lanjutnya, yang menyebabkan laba perseroan mengalami penurunan yang sangat tajam lantaran perbedaan upah yang sangat tinggi di antara berbagai kota.

Dia menambahkan, peraturan pemerintah untuk upah sektoral yang hanya untuk perusahaan terbuka juga sangat membebani struktur biaya perseroan. Disebutkan, relokasi pabrik dilakukan perseroan ditargetkan selesai pada tahun 2016,”Pemindahan pabrik mnghindari UMR yang tinggi sekali. Perbedaan yang ada di antara industri sentra plastik itu berbeda jauh sekali, Rp1,26 juta di kota lain dan kalau kita Rp 2,97 juta. Pasar lesu, sementara produksi oversupply,”ungkapnya.

Besanya beban yang ditanggung perseroan, menjadi alasan bila target tahun ini sulit untuk mendongkrak laba. Meskipun begitu, Rinawati tetap optimistis jika pendapatan perusahaan akan membaik,”Kita memproyeksikan pendapatan perseroan yaitu sebesar Rp402 miliar. Belanja modal saat ini belum ada perencanaan,”ujarnya.

Dia memperkirakan di tahun 2015 ini, harga bahan baku akan tetap stabil di kisaran US$ 1,300-1,600 per tonnya, mengikuti harga minyak dunia yang berada di kisaran US$ 50-US$ 60 per barel,”Sektor karung plastik masih mengalami over-supply. Permintaan karung plastik dan kantong semen juga masih stagnan, karena belum tumbuhnya permintaan dan penundaan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah," cetusnya.
Asal tahu saja, sejak tahun 2014 hingga kuartal I/2015, kinerja penjualan perusahan terus mengalami penurunan sehingga menyebabkan perusahan terus merugi. Tercatat penjualan perusahaan turun hingga Rp18 miliar atau sekira 4,1% dibandingkan tahun 2013. Sehingga, menyebabkan rugi bersih perusahaan sebesar Rp8,9 miliar atau turun dari laba Rp6,2 miliar di tahun 2013.

Bahkan hingga kuartal I/2015, penjualan Yanaprima juga terus merosot dibanding periode yang sama tahun lalu. Dimana penjualan triwulan pertama tahun ini sebesar Rp87 miliar atau turun dari priode yang sama tahun lalu sebesar Rp104 miliar. Kemudian rugi bersih Rp931 juta atau turun dari laba bersih Rp690 juta dikuartal pertama tahun lalu. (bani)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…