Genjot Jumlah Investor - Menakar Optimisme Ditengah Lesunya Ekonomi

NERACA

Jakarta – Sikap percaya diri dan optimisme menjadi modal kuat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk terus menyakinkan pelaku pasar dan investor bila industri pasar modal masih tetap tumbuh dan aman. Bahkan tudingan kondisi pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang terkoreksi bakal memicu minat perusahaan go public mundur dan menurunkan minat investor menyerap saham IPO, dibantah langsung oleh direksi PT Bursa Efek Indonesia.

Menepis khawatiran investor, Direktur Perdagangan dan Anggota BEI, Samsul Hidayat menegaskan, jumlah investor domestik akan terus bertambah meski perekonomian Indonesia pada kuartal pertama 2015 mengalami kelesuan,”Memang mengembangkan pasar modal di Indonesia bukan hal mudah. Tetapi bukan mustahil selama kita mau bekerja,"ungkapnya.

Namun demikian, Samsul tidak menafikan, akibat lesunya perekonomian domestik memberikan imbas terhadap kinerja perusahaan sekuritas yang menjadi Anggota Bursa mengalami penurunan. Berdasarkan laporan keuangan triwulan pertama 2015, dari 107 perusahaan Anggota Bursa (AB), sebesar 75% meraih keuntungan dan sisanya merugi.

Dia mengemukakan bahwa total laba usaha dari broker yang mengalami keuntungan periode kuartal II tahun 2015 ini sebesar Rp727 miliar atau naik 5% dibandingkan Rp692 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Senada dengan Samsul, kepala kantor BEI Perwakilan Denpasar, Alit Nityaryana mengatakan, penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) delapan perusahaan pada semester I/2015 semakin menumbuhkan jumlah investor domestik di Indonesia,”Makin banyak perusahaan go public, makin banyak pilihan yang bisa menjadi sasaran investasi para penanam modal domestik," tuturnya.

Dia mencontohkan, sampai saat ini jumlah investor di regional Bali, NTB dan NTT terus menunjukkan pertumbuhan. Pertumbuhan investor di Bali pada tahun 2014 dibandingkan 2013 merupakan pencapaian tertinggi daripada sebelumnya. Tercatat pada tahun 2013, jumlah investor di Bali sebanyak 4.939 investor. Lalu, pada tahun 2014 meningkat menjadi 6.272 investor sedangkan rata-rata per tahun hanya 600 investor yang bergabung.

Di Bali, kata dia, hingga April 2015 jumlahnya meningkat menjadi 6.693 investor. Jumlah terbesar kedua berada di NTB yang pada tahun 2013 tercatat sejumlah 558 investor,”Jumlah itu naik menjadi 777 investor pada tahun 2014. Hingga April 2015 jumlahnya meningkat menjadi 1.061 investor," katanya.

Kawasan Timur

Namun demikian, jika dibandingkan dua wilayah lain maka jumlah investor di NTT lebih rendah. Jumlah investor pada tahun 2013 sebesar 409 investor. Lalu, pada tahun 2014 naik menjadi 507 investor. Kemudian, hingga April 2015 hanya bertambah menjadi 555 investor. Dari wilayah tersebut, mayoritas investor berasal dari kota besar seperti Denpasar, Mataram, dan Kupang.

Alit Nityaryana bilang, rendahnya pertumbuhan investor di NTT disebabkan tidak adanya perusahaan sekuritas di kawasan tersebut. Oleh sebab itu, pada tahun ini pihaknya siap mendirikan tiga galeri investasi di NTT yang melibatkan pihak universitas, BEI, dan sekuritas,”Kami optimistis, galeri investasi itu bisa meningkatkan angka pertumbuhan investor di NTT. Sementara di NTB jumlah sekuritas baru satu dan di Bali mencapai 13 sekuritas,'' katanya.

Sementara Direktur Pengaturan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Gonthor R Aziz menyatakan, komitmen OJK untuk terus mendorong pertumbuhan jumlah investor pasar modal terutama di Kawasan Indonesia Timur. Untuk itu, OJK memacu peran kantor di daerah untuk memberikan info dan menyelenggarakan program edukasi,”Pada tahun ini kami juga mengagendakan kegiatan berkaitan penanaman modal untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Agenda itu dilaksanakan di sejumlah kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Medan, Makassar, Bandung dan Kalimantan Timur," katanya.

Bagi Direktur Pengembangan BEI, Friderica Widyasari Dewi, peningkatan jumlah investor merupakan salah satu faktor terpenting untuk upaya pendalaman pasar (market deepening). Maka berbagai program dilakukan untuk merealisasikan itu. "Peningkatan jumlah investor pada dasarnya bukanlah hasil akhir. Secara prinsip yang kita inginkan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pasar modal. Kesejahteraan masyarakat Indonesia bisa diraih melalui dua cara, bekerja dan investasi. Investasi di pasar modal sebagai salah satu pilihan yang belum banyak dipahami masyarakat," ungkapnya. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…