PERTUMBUHAN EKONOMI MENYUSUT - BI Siapkan Jurus Kebijakan Baru

 

Jakarta – Meski Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dalam dua triwulan terakhir mengalami kontraksi, hal ini bukan merupakan awal resesi.  Sementara Bank Indonesia akan segera merespon dengan mengeluarkan bauran kebijakan untuk mengembalikan perekonomian kembali stabil.

NERACA

"BI akan terus lakukan kordinasi dengan pemerintah. Dan BI akan respon dengan bauran kebijakan dan lakukan kebijakan itu yang utama adalah dengan nilai tukar, policy rate, reserve, makro prudensial, komunikasi, kerja sama antar-bank sentral dan juga kordinasi dengan bank sentral," ujar Gubernur BI Agus Martowardoyo kepada pers usai menghadap Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Rabu (5/5).

Menurut dia, bauran kebijakan yang akan dirilis BI diperlukan untuk mengantisipasi faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perkembangan ekonomi di Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan Tiongkok perlu diwaspadai karena sangat berpengaruh pada komoditas yang diekspor Indonesia.

Meski demikian, BI melihat saat ini kondisi makro ekonomi dan sistem keuangan masih terjaga. "Nilai tukar rupiah pada 2014 terdepresiasi 1,8%. Tapi Brasil, Turki, dan semua di atas 10% persen. Volatilitasnya tinggi," ujarnya.

Agus menilai lemahnya perekonomian saat ini disebabkan turunnya harga delapan komoditas andalan ekspor Indonesia sejak 2011. Hal ini disebabkan karena pada 2010-2012, ada periode super cycle, saat seluruh harga komoditas naik semua. Namun, saat ini delapan komoditas utama justru menurun.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada trwiulanI- 2015 sebesar 4,71 persen year-on-year, sedangkan secara kuartalan turun 0,18%. Angka pertumbuhan in lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2014 ebesar 5,21%.

Kepala BPS Suryamin mengakui, tren penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia, Dia menyebutkan beberapa negara yang juga mengalami penurunan ekonomi seperti Tiongkok turun 0,4% dan Singapura turun 2,8%.

"Harga minyak yang melemah juga memiliki dampak pada pertumbuhan ekonomi triwulan satu ini. Ekspor impor yang turun pada triwulan pertama ini berpengaruh terhadap impor bangunan, mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi triwulan pertama," ujarnya pekan ini.

Memang benar, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2010 hingga kuartal I-2015 cenderung menurun. Pada tahun 2009 tercatat 4,5%, 2010 (6,1%), 2011 (6,5%), 2012 (6,23%), 2013 (5,78%), 2014 (5,02%), kuartal I-2015 (4,7%).

Pengangguran Meningkat

Menanggapi perlambatan ekonomi yang dialami Indonesia saat ini, Menkeu Bambang Brodjonegoro menegaskan, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sudah melambat sejak tahun 2012 silam.

"Perlambatan sudah dimulai sejak tahun 2012. Ekonomi kita turun 6,2% dari 6,5%. Pada 2013 turun lagi ke 5,8%, dan 2014 turun lagi ke 5%,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi kala itu, kata Bambang, terjadi lantaran menurunnya harga komoditas primer yang mendorong defisitnya neraca transaksi berjalan. "Dimana Indonesia ekspor masih tergantung pada komoditas primer, dan ekonomi termasuk konsumsinya terpengaruh pada kondisi komoditas primer tersebut," jelasnya.

Sebelumnya Deputi Staf Kepresidenan bidang ekonomi Purbaya Y. Sadewa ‎mengungkapkan, sejak dilantik menjadi Presiden RI, Jokowi  sudah mengetahui bahwa perekonomian Indonesia berjalan lambat. 

"Presiden Jokowi sebenarnya sudah tahu ekonomi melambat dari awal tahun. Dari pas dilantik juga sudah tahu," ujarnya. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat kemarin disebabkan karena program-program yang ada tidak sesuai prosedur APBN, dan belum semua anggaran dapat dicairkan.

Karena itu, periode April sampai Mei sering ke daerah yang dikejar adalah proyek infrastruktur, groundbreaking, dan lain-lain. Presiden juga segera memerintahkan para pembantunya ‎untuk menjaga stabilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

"‎Infrastruktur salah satu alat untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Menteri PU sudah siap gelontorkan ‎Rp92 triliun sampai Rp93 triliun pada April-Mei ini. Masuk 20% dari situ. Tapi dampaknya akan semakin kelihatan," ujar Purbaya.

Pemerintah juga harus menyikapi secara serius perlambatan ekonomi yang terjadi pada kuartal I- 2015. Sejumlah kalangan mengingatkan agar realisasi belanja pemerintah dipercepat sehingga bisa menjadi stimulus perekonomian. Karena melambatnya ekonomi Indonesia mengakibatkan jumlah pengangguran dalam negeri bertambah. Menurut data BPS,  tahun ini (Februari 2014-Februari 2015) jumlah pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang, sehingga total mencapai 7,45 juta orang.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, angkatan kerja Indonesia pada bulan kedua, bertambah sebanyak 128,3 juta orang atau meningkat 6,4 juta orang dibanding Agustus 2014. Sedangkan dibanding Februari tahun lalu, bertambah sebanyak 3 juta orang. “Hal ini berbanding terbalik dengan angka pengangguran yang bertambah 300 ribu orang. Sehingga total pengangguran mencapai 7,45 juta orang pada Februari 2015 dari realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 7,15 juta orang,” ujarnya.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)  Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pemerintah dan kalangan dunia usaha harus duduk bersama memikirkan strategi yang tepat untuk mengatasi perlambatan ekonomi. ”Kita perbaiki sektor riil ini karena kalau terganggu akan berpengaruh ke PHK (pemutusan hubungan kerja). Maka kita harus mencari solusi agar mereka bisa survive ,” ujarnya.

Kadin berharap pemerintah mampu merumuskan kebijakan jangka pendek yang tepat untuk menyelamatkan perekonomian. Fenomena perlambatan ekonomi tidak bisa dibiarkan. ”Mari kita carikan kebijakan apa yang bisa menggairahkan ekonomi ini sehingga dunia usaha bisa diselamatkan. Misalnya dibantu dengan memberikan insentif yang pas,” katanya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengatakan, perlambatan ekonomi sebenarnya sudah bisa diperkirakan dari akhir tahun lalu lantaran secara global juga melemah.

Dia khawatir perlambatan ekonomi berlanjut sampai akhir tahun. ”Catatan kami dari semua sektor yang ada, tidak ada satu sektor yang menunjukkan tren positif. Semuanya negatif. Lebih rendah daripada tahun lalu,” ungkapnya. Menurut Hariyadi, dalam jangka pendek pemerintah harus segera mengeksekusi belanjanya. Kemudian mendorong perluasan ekspor dengan sungguh- sungguh. ”Pokoknya semua yang terkait dengan upaya untuk meningkatkan ekspor harus dijalankan,” tegasnya.

Namun, Suryamin menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dalam dua triwulan terakhir mengalami kontraksi bukan merupakan awal resesi. "Kita belum bisa katakan ini awal resesi, walaupun dua bulan berturut-turut (triwulan I-2015 dan triwulan IV-2014)mengalami kontraksi," ujarnya.

Pada triwulan I-2015, ekonomi Indonesia tumbuh 4,71 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 yang mencapai 5,14 persen. Sedangkan pada triwulan IV 2014, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,01 persen, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 5,72 persen.

"Kita belum bisa simpulkan begitu (adanya gejala resesi) dengan cepat. Kan baru satu triwulan, masih ada tiga triwulan lagi tahun ini kan," ujarnya.

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…