OJK Belum Ubah Target Pertumbuhan Kredit - Perbankan Masih Optimis

NERACA

Jakarta – Meski pertumbuhan kredit sampai dengan Maret mengalami perlambatan dan tumbuh di bawah 2% dibandingkan dengan penyaluran kredit akhir tahun lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku masih belum ingin merevisi target pertumbuhan kredit yang dipatok sebesar 15-17% hingga akhir tahun ini. Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Perbankan OJK, Nelson Tampubolon mengaku masih optimis dengan target tersebut. “Perbankan masih optimistis target 15-17% bisa tercapai. Kami sudah tanya ke bank-bank besar, mereka bilang masih optimistis dan belum ada niat merevisi rencana bisnis bank (RBB),” ujar Nelson, Rabu (6/5). 

Pihaknya juga mengaku telah memprediksi akan ada perlambatan ekonomi di kuartal pertama tahun. Dan benar saja, BPS melansir pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama hanya mencapai 4,7%. Pertumbuhan ekonomi yang melambat tersebut dinilai bisa memperlambat penyaluran kredit. Namun begitu, menurut dia, berdasarkan pengalaman maka pertumbuhan kredit bank pada kuartal pertama memang relatif lambat dan bank baru akan memacu kredit pada kuartal ketiga dan keempat. “Perbankan stand by, begitu kondisi lebih stabil, uncertainty termasuk globalnya lebih pasti, itu pertumbuhan kredit pasti akan lebih besar. Kami berharap perbaikan di kuartal berikutnya bisa meng-cover perlambatan di kuartal pertama,” terang dia.

Tak hanya OJK, Bank Indonesia (BI) juga merasa optimistis pada kuartal II pertumbuhan kredit perbankan akan mulai meningkat sehingga dapat mencapai target pertumbuhan sebesar 15% hingga 17% pada tahun ini. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penyaluran kredit industri perbankan pada kuartal kedua mulai merangkak naik dibandingkan kuartal pertama tahun ini. “Ada sejumlah faktor yang mendorong tumbuhnya kredit tahun ini. Kondisi likuiditas perbankan saat ini sudah cukup berlebih. Dana pihak ketiga (DPK) bulan lalu sudah tumbuh 15,2%, funding dari bank sudah cukup bagus dan likuiditas cukup tersedia untuk bank menyalurkan kredit,” ujarnya.

Dia mengakui penyaluran kredit pada kuartal I tahun ini mengalami penurunan akibat dari perlambatan ekonomi Indonesia. Ekonomi Indonesia, lanjutnya, akan lebih tinggi mulai kuartal II tahun ini. “Memang triwulan I cukup rendah. Mulai triwulan II akan naik. Ekspansi fiskal akan mulai naik sehingga pertumbuhan dan demand kreditnya juga akan meningkat,” kata Perry.

Rencana BI, tambahnya, untuk mengeluarkan aturan terkait perluasan cakupan definisi simpanan dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) akan mendorong tercapai target kredit perbankan pada tahun ini. “Pertumbuhan kredit akan tercapai karena BI segera mengeluarkan aturan LDR-GWM. Bulan ini akan kami komunikasikan. Aturan ini akan memperluas definisi deposit sehingga kemampuan bank dalam penyaluran kredit akan cukup besar,” ucap Perry

Tahan Suku Bunga

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Ecomonics and Finance (Indef) Eko Listyanto mengatakan, perbankan akan tetep mempertahankan suku bunga. Bahkan kecendrerungan perbankan akan menahan suku bunga untuk lebih rasional, karena BI rate juga ditahan. Menurutnya, jika ada permintaan kredit dari sisi potensi ekonomi karena memang sektor riil mengeliat dan potensinya lebih bagus di kuartal II. “Dorongan akan muncul di sektor riil di kuartal II permintaan kredit lebih banyak sehingga naik. Perbankan tidak akan geser suku bunga, tidak naik juga tidak diturunkan,” ujar Eko.

Menurutnya, target pertumbuhan kredit 17 persen masih rasional di kuartal II-2015. Namun, dia menilai sampai akhir 2015 trennya akan kembali turun. Sebab, kuartal II lebih banyak momentum menjelang bulan puasa dan lebaran, sehingga 1-2 bulan sebelumnya terjadi peningkatan produksi, dan konsumsi yang lebih tinggi bulan puasa.

Namun, setelah momentum tersebut, gejolak eksternal kuartal III dan IV diperkirakan lebih kencang, sehingga perbankan lebih cepat ngerem suku bunga kredit. Menurutnya, target 17 persen untuk kuartal II cukup realistis dan diperkirakan akan bertahan 17 persen di kuartal III. Kondisi itu juga melihat situasi global, karena tapering off semakin dekat. “Itu mau tidak mau akan sedikit banyak berpengarugh terhadap sektor keuangan, baik pelemahan rupiah maupun capital outflow,” imbuhnya

BERITA TERKAIT

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 - Tingkatkan Literasi Keuangan

Tingkatkan Literasi Keuangan Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 NERACA Jakarta - Komitmen untuk…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 - Tingkatkan Literasi Keuangan

Tingkatkan Literasi Keuangan Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 NERACA Jakarta - Komitmen untuk…