Dampak Merger Dengan Axis - Pendapatan XL Landai Hanya Rp 5,5 Triliun

NERACA

Jakarta – Kuartal pertama tahun 2015, PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan pendapatan Rp 5,5 triliun dengan tingkat pertumbuhan yang relatif datar dibandingkan dengan periode tahun lalu. Hal ini sebagai efek menyusul dilakukannya penjualan dan penyewaan kembali 3.500 menara pada akhir tahun 2014. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (6/5).

Perseroan juga mengungkapkan, pendapatan dari layanan seluler tumbuh 3% dari tahun lalu, sementara layanan data terus mengalami pertumbuhan sebesar 29% dibanding tahun lalu. Disebutkan, pendapatan layanan data memberikan kontribusi sebesar 32% terhadap total pemakaian pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 26%.

Presiden Direktur/CEO XL, Dian Siswarini  mengatakan, pertumbuhan layanan data yang signifikan didorong oleh meningkatnya lalu lintas (traffic) penggunaan data serta penetrasi penggunaan smartphone,”Kami fokus menyediakan layanan Internet agar lebih terjangkau sehingga dapat meningkatkan trafik penggunaan data sebesar 92% dibandingkan tahun lalu,”ujarnya.

Selain itu, guna menggenjot penetrasi layanan data, peseroan juag menawarkan beragam layanan internet yang di-bundling dengan ponsel dengan harga terjangkau. Saat ini jumlah pengguna smartphone XL telah mencapai 17,2 juta pelanggan dengan tingkat penetrasi sebesar 33% selama kuartal pertama tahun ini.

Perseroan mengakui, proses konsolidasi dan merger dengan Axis memberikan dampak terhadap performance kinerja perseroan. Dimana laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) menurun 15% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp. 1,9 Triliun dengan marjin EBITDA sebesar 34%. Dijelaskan, penurunan EBITDA ini merupakan dampak adanya integrasi dengan Axis, yang mana proses akuisisi telah selesai dilakukan pada tanggal 19 Maret 2014 yang lalu. Di kuartal pertama tahun lalu dampak tersebut belum terlihat sepenuhnya.

Kata Dian, kerugian selama kuartal pertama 2015 sebesar Rp758 Milliar merupakan dampak dari melemahnya rupiah. Tanpa memperhitungkan dampak dari transaksi forex  yang belum direalisasikan serta hasil pajak, maka XL hanya mencatat kerugian sebesar Rp79 Milliar.

Disamping itu, XL juga telah membelanjakan Rp 769 milliar belanja modal untuk memperluas infrastruktur layanan data dan layanan mobile, dengan sumber dana berasal dari internal. Total hutang mengalami sedikit peningkatan menjadi Rp30.2 triliun dari Rp28.4 triliun pada akhir kuartal empat tahun lalu, sehingga hutang bersih/EBITDA sedikit berkurang dari sebelumnya 2.9x menjadi 2.8x.

XL menyakini, melorotnya kinerja keuangan perseroan sebagai imbas dari proses merger dengan Axis menjadikan investasi besar untuk meningkatkan nilai panjang dalam transformasi dan membangun bisnis yang lebih berkesinambungan dimasa yang akan datang, sejelan dengan perubahan dinamika industri dan pasar. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…