Membendung Arus Globalisasi Negatif

 

Oleh : Herni Susanti, Pemerhati Masalah Bangsa tinggal di Jakarta. 

 

Secara garis besar ada dua tantangan bagi bangsa Indonesia, pertama tantangan Globalisasi/Pasar Bebas (Fundamentalisme Neoliberal) dan kedua tantangan Gerakan Islam Trans-Nasional (Fundamentalisme Islam). Sebagai konsekuensi dari percaturan nilai-nilai global dan lokal dalam dinamika sosial, politik, ekonomi dan budaya, maka tak terelakkan lagi terjadi benturan antar kelompok yang berbeda kecenderungan nilai atau ideologi. Hal itu tampak dari adanya benturan peradaban antara penganut paham fundamentalisme, penganut pasar bebas (neoliberalisme), dengan kalangan muslim tradisionalis (Islam lokal) sehingga dengan yang penganut aliran lokal seperti kaum kejawen maupun masyarakat adat yang masih teguh memegang tradisinya. Globalisasi (pasar bebas) adalah medan pertarungan terbuka bangsa-bangsa di dunia. Pertarungan itu terjadi di berbagai bidang, baik sumberdaya, modal, pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, baik melalui perdagangan, bantuan asing, pendidikan maupun teknologi informasi. Globalisasi yang mengusung ideologi neoliberalisme tersebut sangat berdampak bagi bangsa Indonesia, berupa pergeseran tata nilai, ideologi dan budaya. Globalisasi bisa menjadi penjajahan gaya baru. Di Indonesia sudah berlaku pasar bebas Asia Tenggara dan China (ACFTA) tahun 2010 ini sudah membuat risau para produsen tekstil dalam negeri dan para buruh. Dalam menghadapi globalisasi/pasar bebas, kita perlu memperkokoh wawasan kebangsaan serta nilai-nilai kearifan lokal sebagai suatu pandangan yang mencerminkan sikap dan kepribadian bangsa Indonesia, rasa cinta tanah air, menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan perlu dikaji lagi dan ditemukan kembali untuk meningkatkan daya saing dan karakter bangsa.

Penanaman Nilai Pancasila

Penanaman nilai-nilai Pancasila saat ini tidak seperti dahulu, karena ada penataran P4 namun saat ini ditekankan hanya bagaimana cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tersebut. Kedepan penanaman nilai-nilai Pancasila harus melalui peserta didik karena saat ini materi pelajaran mengenai wawasan kebangsaan dan idiologi Pancasila tidak dilakukan sehingga kedepan agar mulai dari masa orientasi sekolah diberikan materi wawasan kebangsaan. Semangat kedaerahan tidak melanggar, namun jangan mengeksklusifkan paham kedaerahan. Di era globalisasi saat ini sangat mempengarui idiologi bangsa, oleh karena itu kita jangan sampai melupakan sejarah bangsa untuk membangkitkan semangat kebangsaan. Untuk itu, perlunya peran “Bela Negara” dari segenap komponen bangsa di luar TNI, dapat diwujudkan dalam bentuk keterlibatan dalam komponen cadangan dan komponen pendukung. implementasi peran masyarakat dalam upaya bela negara dapat diawali dengan, mengikuti pendidikan kewarganegaraan baik secara formal maupun informal sehingga memiliki rasa cinta kepada tanah air dan memiliki bekal awal kemampuan bela negara.

Peran Pendidikan

Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah sekolah saat ini semakin di tinggalkan, sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada prilaku seseorang. Pengajaran kearifan lokal terutama di tingkat pendidikan tinggi, wajib diikuti para mahasiswa. Hal ini bertujuan agar budaya lokal tidak tercerabut dan generasi mendatang tidak kehilangan adat istiadat leluhur. Harapanya dengan penggalian kembali nilai-nilai lama yang telah bertahan selama ratusan bahkan ribuan tahun di masyarakat dalam bentuk kearifan lokal berperan untuk menghadapi hadirnya kekuatan baru yang membawa perubahan dalam tata kehidupan masyarakat. Membangun keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bisa dilakukan secara parsial melainkan membutuhkan peran segenap komponen bangsa. Peran tersebut harus dimulai sejak dini dengan memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup universal. Nilai universal dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat terdapat dalam Pancasila sebagai dasar dan falsafah bangsa Indonesia. Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh generasi muda terdidik dan terlatih, apalagi generasi yang banyak mendapatkan berbagai pengetahuan teoritik maupun praktis di Dunia Pendidikan. Oleh karena itu, mahasiswalah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun gagasannya. Diharapkan mahasiswa berperan dalam menanamkan ideologi bangsa demi tanggung jawab atas masa depan bangsa, diibaratkan menjadi terang dalam semua bidang, khususnya bidang-bidang yang besar pengaruhnya terhadap ideologi bangsa Indonesia. Di dalam menjaga kelangsungan ideologi bangsa, Mahasiswa diharapkan mampu memberi kontribusi terhadap moral, etos kerja dan mengikis struktur-struktur yang korup, memerangi struktur-struktur kemiskinan, memerangi proses pembodohan dan mencerdaskan bangsa, membuka jalan kepada dialog peradaban berhadapan dengan globalisasi, sehingga ideologi bangsa tetap ajeg. Selain itu, Mahasiswa mampu memberikan panutan dan pencerahan kepada masyarakat tentang betapa pentingnya ideologi Negara/bangsa Pancasila bagi bangsa Indonesia.

Pengaruh Globalisasi

Pengaruh globalisasi bisa berdampak kepada budaya non Indonesia, idiologi, bahasa, teknologi, pengelolahan sumber daya, pendidikan dan agama. Salah satunya budaya konsumerisme, dimana tindakan dan pola pikir orang untuk melakukan tindakan membutuhkan barang tetapi tindakan membeli sendiri tetapi bisa memberikan kepuasan dirinya sendiri. Untuk itu, perlunya peran bersama antar komponen bangsa, pemerintah, swasta dan masyarakat benar-benar diperlukan untuk membangun dan menggiring semangat dan wawasan kebangsaan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembinaan ideologi Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. “Cara untuk meningkatkan idiologi bangsa, maka kita harus mengingat sejarah perjuangan bangsa”. Muatan pendidikan yang diberikan didesain untuk menumbuh kembangkan semangat persatuan dan kesatuan ditunjang oleh pandangan dan wawasan nusantara serta pribadi yang merupakan bagian dari bangsa yang besar yang tahu akan status diri dan lingkungannya. Tantangan yang dihadapi saat ini dari segi liberalisasi ekonomi adalah kekayaan negara di privatisasi perusahaan asing dan rakyat menjadi buruh di negara sendiri, sedangkan dari segi konservatisme agama adalah kekerasan dalam mengamalkan ajaran agama serta teror dan menyalahkan kelompok diluar dirinya. Kita berada dalam komunitas ASEAN meliputi komunitas keamanan ASEAN, komunitas ekonomi ASEAN dan komunitas Sosial Budaya ASEAN.

Pemimpin bukan dilahirkan langsung menjadi pemimpin tetapi pemimpin yang di siapkan melalui berbagi pendidikan dan kegiatan yang  positif.”

                                    

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…